Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Di Balik Pertemuan Jokowi dan Pendiri Facebook

14 Oktober 2014   13:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:06 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413242516900869807

Jokowi, antara kaskus dan facebook (Gbr: KOMPAS.com)

Kedatangan Mark Zuckerberg, Minggu (12/10) menjadi pembicaraan publik. Nyaris tidak ada media yang tidak mengangkat berita programmer berusia 30 tahun itu, dan membidiknya dari berbagai sisi. Dimulai dengan kunjungannya ke Candi Borobudur hingga pertemuannya dengan Presiden Terpilih, Joko Widodo, dan ikut melakukan "blusukan" yang menjadi gaya khas presiden terpilih Indonesia itu. Lalu apa saja yang berada di balik kedatangan pendiri jejaring sosial Facebook tersebut?

Kepada Jokowi, Senin (13/10)  Zuckerberg menawarkan konsep "E-Blusukan". Agar presiden terpilih itu bisa terkoneksi dengan masyarakatnya melalui Facebook secara lebih leluasa. Ringkasnya agar Jokowi tak perlu berlelah-lelah dan berpanas-panas ria di jalanan hanya untuk mendeteksi masalah rakyatnya.

Lalu bagaimana respons Jokowi sendiri?

Atas tawaran yang diberikan Zuckerberg, Jokowi secara terbuka menanggapi di depan pers, bahwa ia menyadari tidak ada makan siang gratis. Berbagai tawaran yang datang kepadanya, termasuk dari Zuckerberg, bukanlah tawaran gratis. Ia sudah mencium bahwa di sana terdapat kompensasi yang harus ia bayar, terlepas apa pun bentuknya.

Menariknya, alih-alih mengiyakan tawaran dari pendiri Facebook itu begitu saja, Jokowi justru menegaskan bahwa keberadaan Kaskus--jejaring sosial produk dalam negeri--memiliki "power" tidak kalah dari Facebook. Walaupun dari banyak sisi, memang Facebook memiliki pengaruh jauh lebih besar dengan berbagai kelebihan lainnya.

Di sinilah saya pribadi menemukan ketegasan kuat dari sosok Jokowi. Ia tidak begitu saja membiarkan dirinya terkecoh dengan nama besar Zuckerberg dan jejaring sosial miliknya. Ia masih menunjukkan bahwa minatnya terhadap produk dalam negeri di bidang teknologi informasi---Kaskus--jauh lebih tinggi dibandingkan Facebook sekalipun.

Saya juga memerhatikan, ketika Zuckerberg berbicara sebagai seorang pebisnis berkelas internasional, Jokowi tidak sampai lupa posisinya untuk lebih memprioritaskan kepentingan nasional dan ia berbicara sebagai wakil nasional. Maka itu sikap Jokowi di sini memang pantas diapresiasi.

Lalu, apakah pertemuan itu berhenti di sini? Tentu tidak. Lantaran berdasarkan rilis dari pihak promotor Zuckerberg, agenda pendiri Facebook ini diakui tak hanya itu. Melainkan memberikan juga dukungan terhadap pemerintah RI dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan. Di antaranya dengan cara memaksimalkan pemanfaatan internet.

Menurut saya, meski di antara agendanya, Zuckerberg tidak saja membawa misi bisnis saja melainkan juga terdapat misi sosial yang diusungnya, namun, soal lebih besar ke manakah agenda Zuckerberg itu, tak mudah untuk diramalkan.

Merujuk ke awal kedatangannya, saat ia ke Candi Borobudur, terlihat dia memiliki kekaguman atas negeri ini, dan ia menyadari berbagai potensi yang terdapat di negara yang berada di Asia Tenggara ini. Tidak hanya di sisi alam, tapi juga dalam hal lain-lainnya, terutama keakraban jutaan penduduk negeri ini dengan internet.

Apalagi ada fakta yang tak bisa ditampik, belakang terlihat sebagai motif kedatangannya ke Indonesia, bahwa terdapat 69 juta pengguna Facebook aktif setiap bulannya di negeri ini. Namun di sini juga terdapat masalah, bahwa jumlah itu berasal dari 82 juta penduduk yang mendapatkan akses internet. Sementara, itu terbilang kecil dibanding jumlah populasi Indonesia yang berada di angka 250 juta jiwa. Artinya ada persoalan tidak meratanya internet di negeri ini.

Tak heran dalam rentetan kunjungannya ke Indonesia, ia lebih dulu "blusukan" dengan mendatangi Kampung Cyber yang terdapat di Yogyakarta. Menarik juga, di sana ia tidak menunjukkan sikap layaknya seorang sosok elite. Ketika menelusuri Kampung Cyber itu, Zuckerberg malah mengadakan pertemuan yang hanya bertempat di pos ronda yang sehari-hari menjadi tempat masyarakat biasa berkumpul.

Maka saya berpendapat, paling tidak sudah terdapat semacam "chemistry" antara tokoh jejaring sosial ini dengan Jokowi sebagai presiden terpilih. Terutama dari sisi karakter, yang memang lebih kental sisi sosial dibandingkan dengan sisi bisnis. Di samping keduanya sama-sama memiliki perhatian terhadap dunia kreatif.

Mudah-mudahan chemistry ini bisa membuka jalan agar kedua tokoh itu bisa bekerja sama, tapi lebih mengarah ke pembangunan masyarakat melebihi alasan-alasan bisnis.

Toh, Jokowi sendiri, terlepas ia sudah menunjukkan bagaimana sikapnya atas tawaran Zuckerberg, paling tidak ia juga menunjukkan sinyal bahwa berbagai kemungkinan kerja sama mungkin saja bisa dilakukan. Tapi sekali lagi, sebagai pemimpin, Jokowi tentunya akan lebih menonjolkan sudut pandang, seberapa bermanfaat kerja sama itu untuk rakyatnya. Jika ternyata alasan bisnis lebih menjadi prioritas Zuckerberg, saya masih percaya, Jokowi akan bersikeras pada prinsip bahwa pemimpin rakyat hanya bekerja untuk kepentingan rakyat. (Twitter: @zoelfick)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun