Namun pertanyaannya, apakah pembungkaman terhadap Raden Nuh dan kawan-kawan berikut akun Twitter yang menjadi senjata andalannya itu apakah sebuah keputusan yang tepat?
Saya tertarik menyimak berbagai cuitan yang cenderung mendukung mereka. Bahwa akun itu dilihat mereka tak ubahnya pahlawan yang layak dihargai dan dibela. Selidik punya selidik, yang memprotes pembungkaman atas akun tersebut adalah mereka yang cenderung memiliki kepentingan politik, atau paling tidak mereka yang selama ini berada di kubu politik yang sangat terbantu oleh akun tersebut.
Maklum, lewat akun Twitter itu, banyak pejabat publik dan tokoh politik dengan leluasa diserang oleh mereka. Mereka membeberkan banyak hal, yang terkesan sebagai sebuah kebenaran.
Bahkan, kiprah Trio Macan, juga sempat membuat tertarik seorang jurnalis ternama Tempo, Badja Hidayat yang juga menuliskan cuitan berisikan pengakuannya pernah bertemu langsung dengan pengelola akun Twitter itu.
Bagja menuliskan cuitannya per 1 November, berisi pengalamannya dua kali bertemua dengan Raden Nuh dan kawan dekatnya. Ia menyebut alasannya menemui sosok tersebut karena ketertarikannya bahwa sebelumnya Trio Macan mengaku memiliki data-data penting yang faktual.
Tapi setelah pertemuan demi pertemuan itu, alih-alih mendapatkan data yang dibutuhkan, Bagja hanya mendapatkan bahan-bahan dari berbagai media online yang sebagiannya tak lebih merupakan hasil cuitan dari akun itu.
Di depan Bagja, paling tidak Raden Nuh dan rekannya itu mengaku memiliki data korupsi pupuk di Kementerian Pertanian. Nuh juga menyebut kasus itu melibatkan banyak pihak, dari DPR hingga kejaksaan.Info-info itu, dicuitkan Bagja, diketahui Nuh berasal dari penguasaha pupuk yang berkongsi dengannya.
Namun Bagja yang memiliki pengalaman panjang di dunia jurnalistik dan berada di media sekelas Tempo, ia tak begitu saja tersihir dengan data ala Nuh tersebut. Insting wartawannya bekerja, dan ia merasa apa-apa yang disampaikan oleh Nuh tak memiliki bukti pendukung atau cerita detail.
Setelah pertemuan selanjutnya juga, wartawan Tempo tersebut menyimpulkan tak ada yang baru dari semua yang diutarakan Nuh. Menurutnya isu-isu itu cenderung sumir dan sudah menjadi gosip umum. Alhasil, Bagja sendiri hanya menjadikan apa-apa yang disampaikan Nuh sebatas pengetahuan baru saja.
Tak berhenti di situ, kepadanya, Nuh juga mengakui dirinya sebagai salah seorang intel dan memiliki kedekatan dengan petinggi BIN sehingga mengetahui banyak hal.
Hasil dari pertemuan itu, Bagja menurunkan dua berita yang dimuat di TEMPO.co. Pertama, berita bertajuk Trio Macan2000 Akhirnya Mau Buka Identitas (tayang 25 Mei 2012):