Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa FPI Bebas Mengancam?

13 November 2014   05:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55 4679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415805488128663994

Dalam kasus mereka menghadapi Ahok, adalah gambaran yang memperjelas seperti apa wajah organisasi ini. Ada arogansi di sana. Sebuah arogansi yang secara telanjang terlihat didukung elite-elite seperti kalangan Koalisi Merah Putih, atau beberapa figur yang kerap muncul di depan publik. Membiarkan arogansi ini berlangsung dengan nyaman, tanpa ada yang berupaya mengadang, saya kira sama saja dengan menunggu organisasi ini tidak lagi sekadar "penyakit kulit", tapi kelak akan menjadi "penyakit kronis" yang membunuh.

Betapa, dalam kasus teranyar itu, organisasi itu secara gamblang menunjukkan hal-hal yang beraroma SARA yang mengancam timbulnya perpecahan dan keributan. Konyolnya lagi, mereka yang turun ke jalan dan memacetkan jalanan, tapi justru Ahok yang dituding mereka sebagai penyebab. Sementara di sisi lain, mereka juga tak merasa digelisahkan saat melontarkan banyak kata-kata tidak mendidik, rasis, di depan publik dan diekspose berbagai media.

Mereka merasa aman-aman saja, lantaran beralasan bahwa itu adalah bagian dari hak mereka untuk berekspresi. Sementara apakah mereka juga membuat masyarakat lainnya aman, menjadi hal yang justru dipersetankan. Ini masalah dan ini harus diselesaikan.

Karena, saat ini, saya kira ini bukanlah masanya lagi organisasi yang hanya mengandalkan otot untuk diberikan tempat. Ada banyak hal yang jauh lebih penting, dan itu adalah bagaimana organisasi yang ada mampu membawa manfaat, paling tidak di sekeliling mereka sendiri.

Kembali saat saya berdiskusi dengan salah satu tetangga petinggi FPI itu lagi, saya mendapatkan penjelasan, bahwa ada banyak masyarakat miskin di sekeliling rumah tokoh tersebut. Bahkan hanya beberapa meter dari kediaman sang habib, terdapat lokasi pelacuran yang pengguna bisa membayar dengan harga murah.

Kenapa organisasi seperti ini tidak diarahkan untuk membawa manfaat untuk mereka yang terpaksa menjadi pelacur karena kemiskinan? Melakukan sesuatu untuk mereka. Daripada hanya mengandalkan kekuatan massa untuk menakut-nakuti, membuat keriuhan, keributan, dan merusak. Apakah Islam datang untuk merusak? Tidak! Maka, pemerintah, saya kira tak perlu lagi dicemaskan dengan faktor bahwa organisasi ini mengusung Islam dan masyarakat muslim akan tersinggung. Masalah penyakit masyarakat--seperti keberadaan organisasi tersebut--adalah masalah bersama. Maka jika masalah bersama jauh lebih penting dari hanya satu kelompok perusak, lebih baik yang merusak dihilangkan dan konsentrasi bisa diarahkan pada bagaimana membangun.

Apalagi, ormas-ormas seperti FPI ini sudah bisa dipastikan membahayakan. Aksi-aksi yang dilakukan nyaris tak lebih baik dari remaja yang tawuran. Jika mereka yang berjubah dan konon fasih meneriakkan nama Tuhan bisa sebegitu anarkis, remaja-remaja yang melihatnya pun kelak akan menjadi penerus aksi-aksi seperti ini. Jika begini, lagi-lagi yang terjadi adalah berpindahnya tongkat estafet anarki. Akan kian sedikit yang terwarisi nilai-nilai yang membangun, yang membangkitkan, dan lebih membawa manfaat. Maka, saya pribadi, yang juga bersyahadat dan melaksanakan perintah Islam, sebagai muslim, berpikir organisasi destruktif seperti FPI sudah seharusnya dihapus dari negeri ini. Atau, jika tidak, ubah organisasi ini menjadi wadah yang memang mampu membawa manfaat bagi masyarakat. (Twitter: @ZOELFICK)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun