[caption id="attachment_398617" align="aligncenter" width="558" caption="Gbr: sidneymorningherald"][/caption]
"Let's not forget that a few years ago when Indonesia was struck by the Indian Ocean tsunami, Australia sent a billion dollars worth of assistance...."
Ya, itulah kalimat yang terlontar dari mulut Perdana Menteri Tony Abbott, baru-baru ini. Merujuk bahwa seharusnya pemerintah Indonesia mengikuti permintaan mereka karena negaranya pernah membantu Indonesia, terutama saat Aceh dilanda tsunami pada 2004 lalu. Tentu saja, di antara yang paling gerah mendengar respons dari Abbott itu tak lain masyarakat Aceh. Hingga ide ber-hashtag #KoinuntukAustralia pun muncul, menampar wajah Abbott.
Tidak itu saja, beberapa tokoh politik dan akademisi Aceh yang juga menjadi teman penulis di jejaring sosial pun membicarakan hal itu. Tak terkecuali dengan beberapa pihak yang memang berkewarganegaraan Australia. Misal saja Damien Kingsbury, seorang profesor kelahiran Victoria, Australia, yang sejak konflik Aceh berkecamuk--sebelum Tsunami--telah memiliki hubungan baik dengan kalangan aktivis daerah tersebut. Beberapa kali ia menegaskan, apa yang ditunjukkan PM Abbott adalah sebuah kebodohan.
Selain itu, kata Kingsbury, apa yang disampaikan oleh perdana menterinya itu sama sekali bukanlah mewakili suara masyarakat Australia pada umumnya. "Masyarakat Australia tidaklah sepicik dia," seperti diungkapkan profesor di Deakin University tersebut.
Di luar itu, salah seorang tokoh Aceh yang juga pernah menjadi pejabat eksekutif di Sabang, Munawarliza Zainal, juga menyampaikan pandangannya terkait sikap "ngambek" yang ditunjukkan Abbott. Menurutnya, sepanjang ia berusia 40 tahun sejauh ini, ia telah berkawan dengan banyak orang Australia. "Semuanya baik. Ada satu-dua saja yang aneh, dan itu manusiawi," kata dia, melalui akun facebook-nya.
Munawarliza juga menyinggung saat Aceh masih dalam konflik. Menurutnya, saat itu juga banyak warga Australia yang membantu Aceh. Mereka bahu-membahu membantu supaya kekerasan di Aceh bisa dihentikan. Di antaranya, yang paling mengesankan eks wali kota Sabang itu adalah Dr. Damien Kingsbury dan Dr Vacy Vlazna yang bahkan terlibat langsung sebagai penasihat utama tim perunding mewakili Aceh di Helsinki, 2005 lalu.
Senada disampaikan Kingsbury, Munawarliza meyakini bahwa mengungkit bantuan tsunami yang dilakukan Abbott bukanlah suara rakyat Australia. Bahkan ia menyebutkan, bahwa Abbott sejatinya bukanlah sosok yang mengakar di Australia.
"Anthoni John Abbott adalah pria kelahiran Inggris. Ia datang ke Australia pada tahun 1960-an dengan kapal laut SS. Oronsay sebagai imigran. Bagaimana ia bisa mengatakan Indonesia mesti membalas bantuan tsunami itu dengan menghentikan sebuah keputusan hukum yang telah diambil pengadilan atas beberapa bandar narkoba?" ia menggugat.
Lebih jauh, Munawarliza sempat menukil guyonan seorang sahabatnya. Sahabat itu mengatakan kepadanya, bahwa bantuan Australia sebetulnya lebih banyak berupa makanan dan sudah dimakan. Jika perlu, bagaimana jika semua dimuntahkan saja, dimasukkan ke dalam plastik, dan dikirim kembali ke perdana menteri tersebut?
Dari berbagai hal yang mengemuka itu, terlihat bahwa masyarakat Australia juga merasa malu dengan ulah Abbott. Sementara masyarakat Aceh sendiri tidak sampai merasa malu dengan pernyataan Abbott yang meminta agar mengingat kembali bantuan mereka. Apalagi, tak ada masyarakat Aceh yang mengemis ke negaranya, dan bantuan itu juga datang atas inisiatif masyarakat Australia.