Mohon tunggu...
Aming Soedrajat
Aming Soedrajat Mohon Tunggu... Aming soedrajat

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Gara-Dara Dedi Mulyadi Banyak Yang Tidak Boleh

2 Maret 2025   04:16 Diperbarui: 2 Maret 2025   04:16 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Istimewa / Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi 

Gara-Gara Dedi Mulyadi Banyak Yang Tidak Boleh

"Orang yang paling tidak produktif biasanya adalah orang yang paling suka mengadakan rapat." - Thomas Sowell. Ekonom, sejarawan ekonomi dan filsuf sosial Amerika Serikat

Kalimat diatas menggambarkan pola kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM). Sukses menjadi Bupati Purwakarta dari 2008-2018 dengan berbagai prestasi yang diraih.

Kang Dedi ingin menukarkan kesuksesan tersebut di Jawa Barat. KDM tipikal pemimpin, pemikir dan eksekutor dalam menjalankan roda pemerintahan. Gagasanya lahir secara alamiah dari suara masyarakat.

Pola kepemimpinanya tidak seperti orang kebanyakan, rapat-rapat merupakan hal jarang dilakukan, perencanaan tidak dilakuan berulang-ulang. Selain memakan anggaran, hal itu juga akan memakan waktu. Aksi dan eksekusi secara langsung merupakan gaya kepemimpinannya.

Ketika menjabat sebagai Bupati Purwakarta, atau anggota DPR RI, Kang Dedi merupakan pemimpin yang sulit ditemui di kantornya. Karena, kesehariannya berada di pasar, sekolah, gubuk warga, di pematang sawah, atau disekitar bantaran sungai.

Tempat-tempat seperti itulah Kang Dedi bisa ditemui. Kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat dirumuskan langsung di tempat rakyat, tujuannya agar kebijakan tersebut langsung dirasakan dan tepat sasaran.

Pasca selesai dilantik pada 20 Februari kemarin, Kang Dedi Mulyadi mulai memainkan irama kepemimpinannya. Kebijakan yang berpihak pada kepentingan dan hak dasar publik dirumuskan dengan matang dan terperinci.

Sehingga, setiap kebijakan yang dikeluarkan bukan memberatkan, tapi meringankan beban penderitaan rakyat. Hal yang membebani rakyat mulai dihilangkan, kegiatan yang tidak produktif mulai dikikis.

Kebijakan tersebut mulai dari menjaga ekosistem lingkungan, study tour di sekolah-sekolah, inflasi dan harga kebutuhan pokok masyarakat, menjamin rasa aman bagi yang investor yang berinvestasi dan terbaru soal masuk kerja bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN).

Kebijakan Yang Memberatkan

Kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Kang Dedi Mulyadi memang banyak yang memberatkan bagi mereka yang tidak terbiasa dengan tekanan, disiplin, produktif dan mereka yang mencari keuntungan dari penderitaan yang dialami seseorang.

Kalau kita cermati lebih dalam, sebetulnya Kang Dedi ingin merubah kebiasaan lama yang sudah terlalu kuat mengakar. Kebiasaan malas, tidak disiplin, tidak produktif, bahkan yang lebih parah lagi tidak bertanggung jawab dengan profesi yang di jalankan.

Harus diakui juga, sebagai pemimpin  Kang Dedi merupakan orang yang fair, KDM tidak segan-segan memberikan reward (hadiah/penghargaan) kepada mereka yang produktif dan berprestasi.

Lihat saja bagaimana Kang Dedi memberikan hadiah bagi guru olahraga di Cipanas Cianjur, karena mengajari siswanya melipat, menyetrika baju hingga memasukkannya ke dalam lemari. Bahkan bukan hanya guru, sekolah tempatnya mengajar mendapatkan manfaat.

Memang terlihat sederhana yang dilakukan oleh guru tersebut, tapi kesedarhanan dan hal remeh temeh tersebut lah yang akan memberikan manfaat besar bagi siswa tersebut.

Bagi Kang Dedi, orang yang memiliki produktifitas, dedikasi dan disiplin yang dibutuhkan untuk membangun Jawa Barat yang sangat luas. Bukan orang yang pandai bercerita tapi tidak ada karya. Dari produktifitas itulah peradaban akan berkembang dan tumbuh dengan pesat.

Kebiasaan masyarakat Jawa Barat biasanya kebiasaan 'ngedumel', hal baru di kritisi padahal dia sendiri tidak punya gagasan dan ide untuk membantu mendorong perubahan.

Disiplin memang tidak bisa dilakukan secara cepat, butuh kesadaran dan kemauan dari setiap individu. Apabila kemauan itu tidak muncul, maka pemimpin harus mencari cara lain untuk memunculkannya.

Mendapatkan hal-hal besar dibutuhkan disiplin yang lebih besar, menjalankan visi besar Jawa Barat Istimewa memerlukan energi dan disiplin, itulah yang sedang ditanamkan Kang Dedi pada para bawahannya, disiplin adalah jembatan antara tujuan dan pencapaian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun