Apa hanya dengan berdoa saja semua bisa? Apalagi kuasa langit sehingga
usaha terlihat percuma.
Istilah waktu hanya sebagai penanda, tahun, bulan, minggu, hari, jam,
menit dan detik cuma patokan, yg membuat beda hanya jeda
diantaranya.
Jelasnya ini soal penantian karena hidup tidak serta merta sim
salabim ataupun prambanan tetapi
kun fayakuun. Sebagai
orang beriman dan percaya dengan adanya Tuhan sudah semestinya
menghargai proses. Jangan salah menafsirkan kun fayakuun sebagai
keputusan instan, tanpa melalui proses. Semesta alam ini tercipta dengan
melalui tahapan-tahapan dan dalam jeda waktu yang sangat lama, itu
buktinya. Jadi saat berdoa lalu mengharap
kaya/pintar/cantik/berkuasa/tenar bersiaplah juga menyusun agenda untuk
mencapainya tanpa melupakan realita.
Akan tetapi, janganlah mengkhawatirkan kemustahilan doa yang
dipanjatkan, semua bisa terjadi. Karena tak ada yang tak mungkin, semua
memiliki kemungkinan yang sama untuk terjadi walaupun dengan prosentase
probabilitas yang kecil. Bukanlah takdir yang mengantarkan pada
pilihan-pilihan tetapi pilihan itulah yang mengantarkan pada takdir.
Klaim bahwa hal itu sebuah takdir hanya bisa dikatakan ketika hal itu
telah terjadi. Dan apapun takdir itu, semua merujuk pada satu hal yaitu
bertahan hidup dengan ataupun tanpa
pengorbanan.
Tuhan bukanlah tunggal maupun majemuk, Ia satu, satu untuk setiap jiwa
yang mempercayainya. Untuk itu, tak perlu takut Tuhanmu diserobot orang
lain sehingga doa dan keluhanmu tak lagi nyaman dan aman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI