Mohon tunggu...
anthares soediar
anthares soediar Mohon Tunggu... -

nothing special, pecinta kopi, mencoba menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Segelas Kopi dari Ibu”

22 Desember 2011   09:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:54 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini (tepatnya tanggal 22 Desember 2011) baru sadar kalau hari ini merupakan hari Ibu setelah melihat status semua teman2 pada mengucapkan selamat hari ibu. Artikel ini dipersembahkan buat semua calon ibu baik yang single atau double dan buat para ibu.

“ Segelas Kopi dari Ibu”

Sesungguhnya jasa orang tua kita tidak terhitung banyaknya, segala bentuk materi, waktu, raga, jiwa akan diperuntuhkan untuk anaknya. Terlebih lagi jasa Ibu, beliau  mengandung selama 9 bulan diiringi dengan rasa mual2 di semester pertama dan rasa lelah saat semester ketiga kemudian melahirkan kita dengan taruhan nyawa.  Ketika kita masih bayi tak berdaya, beliau harus memberi ASI selama 6 bulan penuh dan meneruskan sampai umur 2 tahun kita minum. Ketika kita buang air, tanpa jijik mereka membersihkan kita dengan penuh cinta, saat kita beranjak dewasa makan, pakaian, pendidikan, mainan, gadget dll mereka berikan. Ketika kita masih balita, mereka sabar menghadapi rengekan, kenakalan, bahkan mungkin pernah memukul mereka. Namun mereka tetap mencintai kita.

Al-Qur’an sering mengingatkan kita  untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua kita dan menunjukkan kebaikan dalam berbagai bentuk kepada mereka.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Q.S Luqman, 31:14) dan juga dalam (Q.S Al Ahqaaf, 46:15).

Di hari ibu ini waktu yang tepat untuk mengutarakan syukur kepada Allah SWT dan terima kasih kepada para ibu (sebenarnya harus tiap hari, namun hari ini moment yang tepat). Hari yang tepat pula untuk introspeksi diri, sudahkan kita menjadi anak yang sholeh/sholekhah, sudahkan kita menjadi ibu atau orang tua (ayah) yang baik. Hari ini bukan untuk bersenang2 buat ibu, bukan waktu untuk bersantai, bukan watku untuk melupakan kewajiban dan tanggung jawab.

Pernah aku mendengar cerita, “Karena hari ini, hari ibu jadi ibu ingin lepas dari rutinitas, semua yang ibu kerjakan sehari-hari menjadi tanggung jawab laki-laki” tutur seorang ibu. Wah, ini contoh yang tidak baik (sebenarnya boleh2 saja, asal tidak berlebihan). Bicara soal kewajiban dan tanggung jawab dari seorang wanita dibedakan sesuai status, seperti seorang ibu mempunyai kewajiban kodrati (yang tidak dapat diwakilkan) seperti mengandung, melahirkan dan menyusui, seorang istri adalah menjaga perhiasan dan harta, sedangkan untuk single menjadi wanita yang sholekhah. Jadi mengurusi kebutuhan rumah tangga seperti masak, mencuci, gosok baju dll sebenarnya bukan kewajiban bagi seorang wanita, buat para Suami jangan semena-mena terhadap istri, hilangkan budaya bahwa rumah adalah tanggung jawab istri (mbahasnya kok jadi panjang gini ya). Rasulullah saja mencuci pakaian sendiri, Rasulullah juga pernah menjahit bajunya yang sobek.

Selama hidupku ini, telah hadir tiga wanita hebat yang selalu menyertai langkah. Ibu, Bunda (istri) dan Naina (anakku), kalau hari ini ada lomba wanita terhebat dan aku menjadi juri, merekalah juara 1, 2 dan 3 dan untuk semua wanita, kalian mendapatkan juara umum.

Ibu

Jumiati, itu namanya, sosok wanita yang hadir pertama kali. Sama seperti ibu-ibu yang lain, aku dilahirkan, dirawat, dan dididik sampai aku dewasa. Namun ada beberapa hal yang membuat spesial dan tak terlupakan, Saat SMP (lupa muali kelas berapa), tanggung jawab  mencuci dan gosok pakaian diberikan, sebagai anak yang masih dalam pola main, main dan main, tentu hal tersebut bukanlah pembelajaran kemandirian namun dianggap sebagai beban. Saat menjadi dewasa barulah kemandirian yang ditanamkan tersebut sangat bermanfaat,

Yang tak terlupakan, malam hari sebelum tidur, ibu bertanya “besok mau puasa (senin-kamis) tidak?”, “InsyaAllah”, jawabku (dulu waktu rajin2nya melaksanakan sunnah). Setelah itu, ibu langsung masuk kamar dan tidur. Pagi dini hari (waktu sahur), ibu membangunkanku, “Katanya mau puasa, tuch sudah ibu buatkan mie goreng, telor sama kopi”. SubhanaAllah, walaupun tidak ikut berpuasa, namun beliau masih sempat untuk menyiapkan makan sahur dan Segelas Kopi.

Oh... iya, ini berlaku untuk ibu mertua juga, namanya Ibu Batin, beliau selalu menyediakan segelas kopi di pagi hari, Ibu mertua kedudukannya sebagai ibu” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Terima Kasih Ibu

Bunda

Sosok wanita yang tak kalah hebat dengan ibu, Elmi rahayu. Entah seberapa besar pengorbanan yang telah diberikan, mulai dari saat menikah, meskipun dengan gaji pas-pasan (pas untuk makan sehari2) engkau tetap setia, tegar saat hamil 3 bulan dan kewajiban merantau memanggilku, kuat saat melahirkan Naina (ayah hanya menemani saat menjelang kelahiran), begitu juga waktu kelahiran anak kedua, menjelang kelahiran bunda pulang ke kampung sedangkan ayah dirantau, bunda tegar saat harus melewati masa sulit selama beberapa hari di rumah bidan (bukaan empat selama lebih sari 4 hari), bunda siap harus berjuang, walaupun dokter menyarankan untuk diinduksi, namun bunda yakin bisa melahirkan dengan normal tanpa induksi maupun operasi cesar. Dan saat ini diperantauan bunda harus mengasuh 2 anak sendirian tanpa ada pembantu, saat awal datang dirantau bunda bilang “Ayah bunda ingin mencoba dulu untuk mengasuh 2 buah hati kita, jika bunda tidak mampu barulah ayah mencari pembantu”.

SubhanaAllah, sungguh besar pengorbanan bunda, demi keluarga. Terima kasih bunda, tolong jaga buah hati kita, maaf jika Ayah belum memenuhi keinginan bunda dan Ayah Sayang bunda.

Naina

Walaupun masih berusia 2,5 tahun, namun akan menjadi wanita hebat. Naina Sudiar Raihany, dalam setiap doa ada namamu, semoga kelak menjadi anak sholekhah, pintar dan sehat.

Sebagai seorang anak, suami dan ayah, terbaik akan coba diberikan, minimal doa selalu menyertai. Ada hadist mengatakan, Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak yang mendoakannya. (HR. Muslim) dan Apabila seorang meninggalkan do’a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya. (HR. Ad-Dailami) serta hadist2 lain (bisa dilihat di link berikut :

http://ahmedridho.com/post-hadits-tentang-ayah-ibu-anak-dan-keluarga.html

Oleh karena itu sebagai anak yang berbakti hendaknya kita senantiasa berdoa untuk ibu bapak kita. Di antara doa-doa untuk orang tua yang tercantum dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut :

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa, 17:24)

Sekali lagi

untuk para ibu semua, terima kasih atas segala pengorbananmu, hanya doa yang bisa berikan untuk membalas budi.

Untuk para bunda, terima kasih telah menjadi pendamping dalam suka duka, Jaga dan didiklah buah hati kita, namun jangan lupakan kewajiban.

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (Q.S Al Anfal, 8:28)

be smart mom’s and don’t forget to be smart wife.

Untuk anak2 tercinta, berbaktilah kepada orang tua, sayangilah seperti mereka menyayangi di waktu kalian kecil, (tambahan : dan janganlah membenci mereka seperti mereka memarahi kita diwaktu kecil).

Untuk para orang tua, mari kita didik anak2 kita supaya menjadi pribadi yang baik, dengan pembelajaran, harta yang baik maka akan menjadi sesuatu yang baik.

Janganlah sering memarahi, memukul, membentak dkk kepada anak2 kita, ingatlah doa mereka “Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” yang akan ditujukan kepada kita.

Semua akan kembali ke pribadi masing2, yang menuai kebaikan akan mendapatkan kebaikan.

Semoga kita diberikan yang terbaik.

Amiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun