Mohon tunggu...
George Soedarsono Esthu
George Soedarsono Esthu Mohon Tunggu... profesional -

Menembus Batas Keunggulan Pioneer, Problem Solver, Inspirator To Live, To Love, To Serve Mengolah Kata-Mengasah Nurani-Mencerdaskan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kearifan dari Timur

3 Mei 2016   06:18 Diperbarui: 3 Mei 2016   06:58 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kreasi pribadi.

Hasta Brata expo. Alun Alun - Grand Indonesia - West Mall - Lantai 3. Jl. M. H. Thamrin, No. 1, JAKARTA PUSAT.

3 Mei - 9 Mei 2016.

Hasta Brata, seperti yang dituturkan Sri Krisnha kepada Harjuna, dalam Wahyu Cakraningrat.

hasta-brata-5727d04f2323bd35048b4568.jpg
hasta-brata-5727d04f2323bd35048b4568.jpg
Kreasi pribadi.

Hasta Brata ke-1
MATAHARI

“Kapisan hambegé surya, tegesé sarèh ing karsa, derenging pangolah nora daya-daya kasembadan kang sinedya. Prabawané mawèh uriping sagung dumadi, samubarang kang kena soroting Hyang Surya nora daya-daya garing. Lakuné ngarah-arah, patrape ngirih-irih, pamrihé lamun sarwa sarèh nora rekasa dènira misésa, ananging uga dadya sarana karaharjaning sagung dumadi”.

Pertama, sifat matahari itu selalu sabar dalam kehendak. Ia terbit dari timur dan tenggelam di barat tanpan tergesa-gesa. Maknanya tidak buru-buru mencapai apa yang dikehendaki. Cahayanya memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk ciptaan. Semua yang terkena sorot matahari tidak mengering dengan cepat. Tetapi dengan kesabarannya itulah segala kehidupan menjadi berkembang dan menuju ke kesempurnaan.

Hasta Brata ke-2
REMBULAN

“Kapindho hambege candra yaiku rembulan, tegese tansah amadhangi madyaning pepeteng, sunare hangengsemake, lakune bisa amet prana sumehing netya alusing budi anawuraken raras rum sumarambah marang saisining bawana”.

Kedua, sifat rembulan itu selalu memberikan cahayanya untuk menerangi kegelapan. Cahayanya begitu menawan, memberikan keindahan bagi siapa saja yang memandangnya. Seisi jagad saat malam semesta menjadi begitu menakjubkan.

Hasta Brata ke-3
BINTANG

“Katelu hambeging kartika, tegese tansah dadya pepasrening ngantariksa madyaning ratri. Lakune dadya panengeraning mangsa kala, patrape santosa pengkuh nora kengguhan, puguh ing karsa pitaya tanpa samudana, wekasan dadya pandam pandom keblating sagung dumadi”.

Ketiga, sifat bintang itu menghiasi langit semesta di malam hari. Kemunculannya menjadi panduan waktu, gemerlap cahayanya bisa membuat kalbu terjarah oleh kemahaindahan kertap rasa. Ia kecil, tetapi tampak perkasa dan menjadi penghias dan suluh penerang dalam kelamnya malam.

Hasta Brata ke-4
MENDUNG

“Kaping pate hameging hima, tegese hanindakake dana wesi asat; adil tumuruning riris, kang akarya subur ngrembakaning tanem tuwuh. Wesi asat tegese lamun wus kurda midana ing guntur wasesa, gebyaring lidhah sayekti minangka pratandha; bilih lamun ala antuk pidana, yen becik antuk nugraha”.

Keempat, adalah sifat mendung. Ia begitu menakutkan karena membuat gelap suasana. Akan tetapi, ketika ia menurunkan hujan, maka segala makhluk akan bersukaria. Tanaman bertumbuh untuk berbunga kemudian.

Hasta Brata ke-5
ANGIN

“Kalima ambeging maruta, werdine tansah sumarambah nyrambahi sagung gumelar; lakune titi kang paniti priksa patrape hangrawuhi sakabehing kahanan, ala becik kabeh winengku ing maruta”.

Kelima, adalah sifat angin. Ia bisa merasuk kemana saja, ke ruang-ruang yang kosong sekalipun. Angin menyusup ke segenap penjuru keadaan. Yang baik dan yang buruk, semua diberikannya daya hidup.

Hasta Brata ke-6
API

“Kaping nem hambeging dahana, lire pakartine bisa ambrastha sagung dur angkara, nora mawas sanak kadang pawong mitra, anane muhung anjejegaken trusing kukuming nagara”.

Keenam, adalah sifat api. Ia bisa membakar segala keburukan, keangkaramurkaan. Tidak peduli siapapun, baik ia sahabat, saudara, atau kerabat, api tanpa pandang bulu menegakkan hukum semesta.

Hasta Brata ke-7
SAMUDERA

“Kasapta hambeging samodra, tegese jembar momot myang kamot, ala becik kabeh kamot ing samodra; parandene nora nana kang anabet. Sa-isene maneka warna, sayekti dadya pikukuh hamimbuhi santosa”.

Ketujuh, watak samudera. Keluasannya bisa memuat apa saja. Baik buruk, salah benar, besar kecil, bersih kotor, semua ditampungnya.

Hasta Brata ke-8
BUMI

“Kaping wolu hambeging bantala, werdine ila legawa ing driya; mulus agewang hambege para wadul. Danane hanggeganjar myang kawula kang labuh myang hanggulawenthah”.

Kedelapan, adalah watak bumi. Ia ikhlas dalam segalanya. Memberi tanpa meminta balas budi. Menerima tanpa menolak. Ia simbol kesentausaan dan kekuatan yang siap memberi apa saja yang dibutuhkan makhluk ciptaan untuk bisa hidup sesuai kodratnya masing-masing.

cahaya-1-5727d0fcec96737718a4bc4e.jpg
cahaya-1-5727d0fcec96737718a4bc4e.jpg
Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun