Mohon tunggu...
Soebhans Raiders
Soebhans Raiders Mohon Tunggu... -

Dengan berjalan Orang akan menemukan sesuatu yang akan Memanja Mata kita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Hajaw Tac

21 Februari 2014   05:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hajaw Tac


“Mengapa Aku ada ditempat ini? Gersang, tandus, panas sepertinya tak Kutemukan aroma kehidupansedikit pun di tempat ini. Dan mengapa pula pakaianku seperti ini? Bak, pakaiankerajaan. Sangatlah kusam, buram, dan kotor. Lalu, Aku sekarang ini ada didunia nyata atau hanya sekedar nastolgia saja? Apa Aku sudah tewas? kemudia, Akudikirim oleh malaikat ke tempat suram ini?” Gemrutu mulutku.

“Oi... apa ada yang bisa menangkap suaraku. Apa ada orangdi tempat ini?” lantang suaraku keras.

Tatapan bola mataku yang kosong ke awan-awan menelusuriingatan terdalam. Menjelang terbitnya matahari, ku-terjatuh dari Motor Trek-trekansewaktu dikejar oleh Patroli malam. “Ya… sekarang Aku sudah menangkap apa yangterjadi padaku kemarin” bisikan mantap dari mulutku.

“Oi... Apa ada manusia di tempat ini?” lanjut kali kedua kuberteriakkembali. Sembari ku berusaha mengayunkan ke gundukan. Hanya 20 langkah  aku telah menginjakan kaki digundukan sebelahkanan. Pandangan ke-tepi Kanan, kiri, belakang dan depan kenihilan yangkudapati. Matahari semakin menyengat ubun-ubun telah  membuat langkahku gontai tuk turun menujugundukan disebelah kiri.

“Oi..l!” pekiksuaraku tak selantang sebelumnya. Rasa bahagia yang kudapati saat matakumenangkap di tepi Utara ada gerombolan manusia.  Dengan gesit ku lari menhampirinya membawa badanyang telah kerasukan setan “Oi tunggu aku!” pintaku lantang.

Semakin dekat. Semakin pula aku dapati gumpalan debupertanyaan dihatiku yang kian menumpuk. “Darimana meraka berasal? Amat begitubanyak sekali, Apa mereka senasib seperti Aku? Lalu, tersesat di tempat ini?”

“Busyet, wuanehtenan, ini formasi apa? terpecah menjadi kedua kubu. Gerak-gerik, Pakaiannyawuaneh wes . Kubu bagian kanan, merekaserba hitam pekat, kumuh dan hanyamelongomelihat ke-atas. Sementara kubu bagian kiri serba putih bersih, indah, dankedamaian, ketenangan rasanya yang mereka rasakan.Toh,sekalipun matahari semakinmenganga perkasa.

Tanpa berpikir lama, ku sodorkan pertanyaan, “Oi... Loe, semua ini mau kemana?” Semabrisemakin  kudekati satu orang dari kubuyang berpakaian serba hitam.

Tak ada jawaban. Hanya suara “Zzz...Zzz...Zzz...” yang kutangkap.

“Oi...” kali kedua kupanggil sembari mendekatkan tangan kanankumengantung 10-cm dihadapan wajahnya. Lanjutku bertanya “Emang, loe ini mengapa pada hitam semua, bukanhanya baju malah wajah di lumuri hitam jua?”

Tak ada jawaban. Hanya suara itu pula yang tak kumengerti maksudnya.

“Oh, dasar hitam, welek.Ditanya benar-benar malah nggak jawab, paling nggaklah kata apa tah...!” tersulutemosiku sedikit. Sembari bergegas mengayunkan ke arah kubu satunya tanpamenoleh sedikit pun pada kubu hitam barusan.

“Ini lagi tambah wuanehpisan wajah dan seluruh tubuhnya serba putih semua bahkan tak ketinggalanbola matanya putih jua, serem tenan”desis hatiku. Lanjutku memanggilnya datar.“Oi... loe, ini pada mau kemana?”

Tak ada jawaban. Lanjutku lagi “Maaf,  Aku tersesat di tempat ini, kelaparan, kehausanudah amat menyengat badanku dan rasanya aku tak kuat lagi membopong tubuhku.Maka, pleastolonglah Aku tuk kembalike alamku lagi,Tuan!” pintaku merintih pada satu orang dikubu itu.

Tak ada jawaban pula. Hanya bibir  yang  basah dengan komat-kamit yang tak kupaham jua.

“Ah.. Alam apa ini? Semuanya aneh, sangatlah aneh. Adayang hitam weluek. Ada yang satuputih bak mayat hidup. Tolong keluarkan aku dari alam ini?”teriakkanku melengking tepat di tengah-tengah kedua kubu tersebut.

Langakah kaki pun mulai gontai. Semakin melemas. Tak kuatlagi rasanya tuk melangkah membuntuti di tengah mereka.  Akupun tersungkur ke tanah. Panas trik matahari begitu sangatmencekik detik-detik kepunahan teggorakanku. Sesaat, kutangkap di sela-sela bola mataku seseorang tegap dan kekar menghampiriku. Kulihat sepintasorang itu berwajah dua warna. Sebelah kanan, putih bersih berkilau. Sebelah kiri,begitu hitam pekat. Dan aku pun...

*

“Siapa engkau ini, dan apa tujaanmu tukmenemuiku ini? Tanyaku lirih padanya. Lanjutku, tanpa menunggu jawaban. “Oke… Tolonglah aku. Bawalah aku pergi dari tempat ini. Aku mohon, Tuan?” Pintaku kembali, sembari melingkarkan tangan pada kedua kakinya.

Tatapan kosong bak patung berdiri tegap. “Apa orang ini sama seperti mereka tadi, takakan menjawab pertanyaanku? Apakah mungkin bahasaku tak dimengerti atau bahkan mungkin mereka dan dia pula orang...?” Gumamku dalam kediaman.

“Oi... jawab donk pertanyaanku!” Bentakku tak sabar menahan permainan semua ini.“Dasar guoblok, ternyata kamu ini sama...” “

Deg…” tangan kanan-kiriku melayang ke pelipisnya tanpa basa-basi terlebih dahulu. “Deg…Deg...” Tangan kananku lagi mengarah ke mulut, leher, perut . Pukulanku semakin membabi buta tak menemukanarah. Ia hanya terdiam, tak bergerak sedikit pun. Tak  jua membalas. Tak marah. Dan hanya menatap kosong.

“Uah... brengsek!”  Sungguh Emosiku semakin tak terkontrol. Ku tonjok lagi. Dan lagi. Hingga Aku dapati  lelah, pilu, letih, dan keringat pun mengguyur tubuhku.

Saat terpaan debu menghantam wajah. Aku pun terperanjatdari mimpiku barusan yang terjadi. Ku dapati tangan kanan dia menjuntaikan sebuah kertas lusuh, kecoklatan kehadapan wajahku. Dengantanggap Aku pun langsung menampik sodoran kertas itu, rasa gemruntuk bibirkumulai membaca dan me-reka-rekaisinya.

Khusus untuk pribadimu

Telah tibalah surat ini menemukan tuannya.Janganlah kamu bingung atas peristiwa yang telah kau lewati barusan. Kau telah menjumpai dua kubu yang amatlah anehsungguh, mengapa mereka bisa begitu? So, kubu yang serba hitam kelam itu disebabkan atas semua perilaku buruk saat di dunia.Sedangkan, kubu yang serba putih dikarenakan mereka telah menghiasiprilaku dengan budi pekerti yang mulia saat didunia pula. Dan mengapa mereka tak bisa membalaspertanyaanmu?. Sebab pita suara telahdi belenggu. Hanya rintihan dan gerak-gerak bibir saja yang bisa kamu tangkap. Lalu, kamu harus mengikuti kubu?

Mataku pun dengan cepat menoleh ke padanya. Hanya jaritelunjuk yang menggelantung 10 cm mengarah pada dadanya sendiri sembari berjalan membelakangiku dan meninggalkanku{}

Soebhans ibnumuniefs

Selasa 25-11-1434. 04:16 Fajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun