Mohon tunggu...
Agus Priyanto
Agus Priyanto Mohon Tunggu... Freelancer - sodarasetara

----

Selanjutnya

Tutup

Politik

Faisal Basri, Tim Counterpart Blok Masela yang Tak Independen

23 Januari 2016   16:10 Diperbarui: 23 Januari 2016   16:58 3289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita kembali bertanya-tanya, seperti yang terjadi ketika Faisal Basri menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang tak independen, kenapa kini ketika menjadi wakil ketua Tim Counterpart Blok Masela kembali menunjukkan pembelaannya secara tak objektif. Tak objektif tersebut adalah cara Faisal Basri yang melemparkan isu adanya kepentingan pembangunan pipa dari perusahaan tertentu tanpa sebut nama perusahaannya.

Kejanggalan dari pernyataan Faisal Basri berikutnya adalah permintaannya untuk menertibkan Menko Rizal Ramli. Dalam konteks ini, Faisal Basri jelas telah berposisi sebagai pihak yang tidak independen dengan pembelaannya terhadap Inpex Jepang, Shell Belanda, Poten and Partner Australia

Mengakkhiri tulisan ini, saya ingin mengajak beberapa kalangan yang selama ini menuduh pihak yang ingin mempertimbangkan pengelolaan Blok Masela secara onshore (darat) tidak mendukung gagasan pengembangan industri maritim. Jika selama ini banyak pendapat yang mengatakan bahwa Blok Masela harus mendorong penguatan industri maritim, maka yang harus diperhatikan dari industri maritim itu bukanlah banyaknya kapal yang lalu lalang di laut, tapi industri maritim tersebut harus menciptakan konektivitas perekonomian antar kepulauan di Indonesia dengan adanya pertukaran komoditas antara kepulauan. Pengembangan industri maritim yang ingin kita kembangkan haruslah industri yang ketika mulai banyak kapal beroperasi di lautan indonesia adalah kapal-kapal yang juga membawa komoditas jadi (bukan bahan mentah dan bahan setengah jadi saja) dari Indonesia Timur dan kemudian Indonesia Timur hanya jadi pasar barang-barang. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun