Benar kata Soekarno JASMERAH ( jangan sekali-sekali melupakan sejarah) karena hal itu tak lepas dari keindahan Cirebon, ada juga yang tak kalah indahnya yaitu Megalithicum atau zaman batu besar yang letaknya di Kuningan, Jawa Barat.Â
Di mana menjelaskan zaman awal mulanya manusia purbakala berkomunikasi dan menggunakan segala batu untuk menjadi alat kebutuhan sehari-hari seperti; memasak, menyalakan api, dsb. Dilihat dari sisi lain bahwa terdapat batu-batu serta lukisan, tetapi jika balik ke belakang bagaimana susahnya berkomunikasi sesama makhluk jika bukan melalui tanda-tanda serta simbol yang ada, banyak makna di batu-batu itu.
Tak kalah indahnya ternyata pemandangan Megalithcum ini memiliki latar yang sama dengan Pantai Kajawanan yaitu Gunung Ceremai, walaupun siang di sana udaranya masih sangat sejuk. Guide sangat baik, serta ramah.
Tak terlepas dari sejarah, kini ada juga Museum Perjanjian Linggarjati, yang dahulunya tempat ini dipakai untuk menghasilkan 17 pasal antara lain;
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia yaitu: Jawa, Sumatera, dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala unit.
Dalam perundingan ini Indonesia yang diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J. van Mook, dan Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini (sumber: wikipedia)
Di Perjanjian Linggarjati suasana sangat sejuk, lahan sangat luas ditanami pohon dan rerumputan yang sangat indah serta di sini masih saja Gunung Ceremai itu kelihatan sebagai pelengkap keindahan.
Tempat bersejarah ini dikelola dengan baik karena terlihat kebersihannya terjaga; bersih dan nyaman karena tak ada sampah yang berserakan. Tetapi sangatlah sedih jika pemasukan wisata ke Museum hanyalah sedikit yang berkunjung, padahal jika bukan bangsa Indonesia juga yang mewarisi maka siapa lagi?