Mohon tunggu...
SOCCERPEDIA.id
SOCCERPEDIA.id Mohon Tunggu... Jurnalis - All Things About Soccer

Kanal berita kekinian dengan sudut pandang zaman now (all things about soccer), for inquiry please email to: info@soccerpedia.id

Selanjutnya

Tutup

Bola

Talent Squad Level Grass Root: Fair atau Tidak?

24 Mei 2019   13:04 Diperbarui: 24 Mei 2019   13:18 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari sebuah Sekolah Sepak Bola (SSB) di Indonesia, khususnya di wilayah Jabodetabek saat ini bukanlah hal yang sulit, bahkan SSB untuk anak-anak atau level grass root saat ini banyak yang juga berdiri dan difasilitasi oleh sekolah tempat mereka belajar. Ada banyak sekolah yang tadinya hanya menggunakan olah raga sepak bola hanya sebagai sarana kegiatan ekstra kurikuler saja, saat ini telah berkembang dan justru memiliki klub resmi yang dikelola secara profesional, baik oleh sekolah langsung maupun oleh pihak luar sekolah, sebagai partner dalam pengelolaannya.

Lalu bagaimanakah memilih SSB yang terbaik? Reputasi sebuah SSB tentu akan menjadi salah satu faktor pertimbangan utama. Biasanya, SSB yang sering menjuarai kompetisi atau turnamen, baik turnamen lokal maupun international banyak menjadi incaran para orang tua dan anak-anak pencinta sepak bola di Indonesia. Namun demikian bukanlah perkara yang mudah bagi anggota yang baru bergabung dalam SSB tersebut, karena proses seleksi untuk menjadi tim utama biasanya tidaklah mudah, bahkan saat ini ada banyak SSB yang justru dengan sengaja malah mencari para pemain sepak bola yang bertalenta dari luar SSB mereka.

SSB seringkali dengan sengaja mengikuti sebuah kompetisi sepak bola pada level grass root dengan menyelenggarakan sebuah talent squad terlebih dahulu. Jadi, buat siapa saja yang memenuhi syarat dan ketentuan dan jika kalian dianggap cukup berbakat dalam bermain bola, bisa mengikuti seleksi dan yang lolos biasanya langsung menjadi tim utama SSB tersebut dan pastinya akan mengikuti kompetisi yang telah disiapkan, baik kompetisi lokal maupun internasional.

Sebenarnya kegiatan talent squad yang sudah seringkali dilakukan oleh setiap SSB tersebut merupakan hal yang wajar-wajar saja, karena jika dilihat dari proses seleksinya juga dilakukan secara terbuka dan memang para pesertanya juga memiliki keinginan untuk menjadi bagian dari SSB tersebut, apalagi jika SSB yang mengadakan talent squad tersebut merupakan SSB favorit yang banyak diminati oleh pemain lain seusianya.

Namun demikian, aktivitas talent squad tersebut terkadang cukup mengganggu kondisi fairplay dalam kompetisi sepak bola pada level grass root dan masih banyak dikeluhkan oleh SSB-SSB lain yang (mungkin saja) secara sengaja pemain andalannya juga ikut ditarik oleh SSB pencari talent squad tersebut, atau malah justru pemainnya sendiri yang secara sukarela mengikuti audisi dan lolos seleksi untuk menjadi bagian dalam tim SSB yang diminatinya tersebut.

Loyalitas seorang pemain pada level grass root seringkali berbanding lurus dengan keinginan para orang tua yang memegang peranan penting dan sangat dominan untuk menentukan dimana anaknya akan bermain. SSB idealnya memiliki sebuah strategi khusus yang efektif, tentang bagaimana membuat para pemainnya (termasuk para orang tuanya) mau secara konsisten dan tetap bermain bagi SSB tempat mereka berlatih sehari-hari. Terkadang inskonsistensi SSB itu sendiri yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut. Mereka berharap bisa cepat popular dengan melakukan jalan pintas mencari talent dari luar SSB yang mereka miliki, sehingga jika menang SSB miliknya bisa lebih popular karena prestasinya, lalu efeknya akan banyak orang tua yang memindahkan anaknya ke klub atau SSB mereka tersebut.

Mengembangkan para pemain sepak bola pada level grass root di SSB, memang tidak mudah dan tidak bisa dengan cara yang instant. Kegiatan talent squad yang seringkali dilakukan terkadang cukup efektif untuk menarik minat para pemain baru untuk bergabung, namun biasanya hanya bersifat jangka pendek saja. Konsistensi sebuah SSB untuk terus membina para pemainnya yang kebetulan sudah memiliki bakat atau yang (mungkin) masih belum memiliki bakat adalah menjadi bagian terpenting secara jangka panjang. Dengan menjadikan mereka sebagai sebuah asset atau sebuah investasi, maka mereka bisa lebih fokus untuk mengembangkan para pemain di SSB nya sendiri. Untuk jangka panjang, tentunya kondisi tersebut akan sangat berdampak terhadap keberhasilan serta nama besar SSB tersebut dikemudian hari.

Maraknya berbagai kompetisi, baik lokal maupun internasional pada level grass root belakangan ini merupakan sinyal yang baik sebenarnya bagi perkembangan industri sepak bola di Indonesia, namun konsistensi setiap SSB dalam hal pembinaan para pemain-pemain level grass root yang berbakat yang berhasil dikumpulkan dan dibangun dalam sebuah tim yang solid juga merupakan hal yang tidak kalah penting.

SSB di Indonesia seringkali terlalu memperhatikan dari segi teknis para pemainnya, sementara abai dari sisi psikologis atau pengembangan mental dan karakter para pemain, sehingga meskipun secara teknis kemampuannya sudah mencukupi namun saat dilepas menjadi pemain professional atau jika memiliki kesempatan bermain diluar negeri malah tidak berkembang dengan baik, karena pertumbuhan mental dan karakter bermainnya yang masih kurang mendukung.

Mungkin tidak apple to apple jika kita bandingkan dengan pembinaan sepak bola diluar negeri seperti dikawasan Eropa, atau misalnya saja kita ambil contoh pada klub AD Alcorcon (La Liga) yang pernah SOCCERPEDIA.id ulas sebelumnya, mereka menyiapkan setiap pemain mulai dari level grass root, amatir hingga professional secara detail dan pasti tidak pernah instant, meskipun secara teknis ada banyak pemain yang memenuhi standar mereka, namun pembinaan mental serta karakter bermain menjadi salah satu pendukung dan pertimbangan besar klub untuk kesuksesan para pemainnya saat terjun menjadi pemain professional.

Mereka menyiapkan sekolah sepak bola dalam bentuk akademi, dimana para pemainnya tinggal di asrama (Boarding School), dan kegiatan sehari-hari mereka tidak hanya bermain bola dilapangan saja, Akademi juga menyiapkan seluruh fasiltias sekolah dengan baik, tentunya dengan fasilitas khusus bagi para siswa untuk menunjang kemampuan mengembangkan bakatnya dalam bidang sepak bola. Di Indonesia sendiri, selain sekolah khusus atlet di Ragunan milik pemerintah dan Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) di Malang, mungkin masih jarang sekali kita temukan konsep Akademi Sepak Bola seperti diluar negeri pada umumnya.

Akademi sepak bola diluar negeri, selain latihan fisik dan teknis, mereka juga secara konsisten memberikan materi teoritis bagaimana seharusnya menjadi pemain bola, lalu bagaimana mereka harus bersikap dan memiliki karakter sebagai pemain sepak bola secara professional. Hal ini sudah ditempa oleh akademi sepak bola sejak usia awal mereka mulai masuk akademi tersebut. Kemudian yang tidak kalah penting adalah banyaknya kompetisi sehat yang sangat mendukung pada semua level, serta sistem penjenjangan yang sangat jelas, karena pemerintah atau asosiasi sepak bolanya juga ikut aktif terlibat didalamnya, terutama untuk mengatur serta mensupport secara regulasi dalam rangka menciptakan para pemain sepak bola professional.

Tapi jangan patah semangat Gaes! meskipun SSB di Indonesia belum secanggih dan sebagus Akademi Sepak Bola diluar negeri, selama kita semua memiliki keyakinan dan mau berbuat sesuatu yang positif secara konsisten untuk kemajuan dan perkembangan sepak bola di Indonesia, pasti suatu saat kita juga bisa seperti mereka! Keep Fighting!......

SOCCERPEDIA.id - all things about soccer

(kanal berita kekinian dengan sudut pandang jaman now)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun