Malang, kota dingin yang tak kenal ampun ketika malam menyerang. Aku sebagai perantauan dan masih beberapa bulan disana benar-benar harus beradaptasi. Tidak hanya beradaptasi dengan lingkungan, akan tetapi juga kepada alam.
Kehidupan kampus benar-benar produktif, termasuk aku harus tinggal di asrama selama setahun untuk menjadi mahasiswa disini. Aku sebagai anak rantauan dari Jombang pun harus benar-benar bersiap secara fisik dan mental ketika merantau disini. Mulai dari kehidupan Malang, jalanan, teman-teman bahkan suhu di Malang ketika cuaca tertentu.
Suatu ketika aku merasakan kedinginan yang kuat dan merasa mual, aku pun pergi ke warung terdekat untuk membeli obat. Seorang ibu di warung tersebut pun bercerita bahwa semua itu adalah hal yang wajar, dan beliau bercerita baru bisa menyesuaikan diri dengan dinginnya kota selama Sembilan tahun semenjak pindah.Â
Aku sontak kaget dan membayangkan hal buruk terjadi padaku.
Aku sendiri kurang fit dengan suhu dingin dan alergi dengan dingin. Selain merasa meriang ketika kedinginan, tidak jarang aku mengalami gatal-gatal ketika dihadapkan dengan angin dingin maupun air yang dingin. Semua itu terasa seperti mengganggu segala aktivitas dan belajarku.
Singkat cerita, aku yang kebetulan gemar menulis mendapat informasi dari temanku akan ada lomba menulis cerpen untuk seluruh mahasiswa baru. aku tertarik untuk mengikutinya.
Tapi kesibukan kuliah di pagi hari mebuatku tidak memiliki kesempatan untuk menulis. Begitupun ketika malam, badanku seringkali meriang dan aku merasa kedinginan sehingga sulit untuk berpikir bahkan belajar. Sampai hari deadline pun tiba, pengumpulan terakhir pukul dua belas malam atau tengah malam. Pada hari itu, aku bingung karena beberapa hari yang lalu aku masih belum menyiapkan cerita apapun.
Sore hari, malam terasa dingin. Tanpa memikirkan apapun dan aku mencoba untuk menulis namun masih saja belum mampu. Aku berpikir akan membuat teh hangat untuk membantu mengurangi meriangku, tiba-tiba seorang teman sekamar menghampiriku dan meneteskan tiga tetes Minyak Kayu Putih Aroma di tehku. Aku kebingungan karena aku pikir dia menggodaku, tapi ternyata hal tersebut adalah salah satu cara untuk menghangatkan tubuh dan itu aman. Akhirnya aku menghabiskan tehku dan mencoba mengoleskan Minyak Kayu Putih Aroma ke beberapa bagian tubuhku.
Selang dua jam aku mulai merasa hangat, akhirnya ku raih laptopku dan segera menulis tulisanku. Hanya memakan waktu satu jam aku pun berhasil menyelesaikan tulisanku dan mengirimnya.
Pagi pun tiba, hari itu adalah kejutan bagiku. sepulang dari kuliah, aku mendapat e-mail dan SMS dari panitia bahwa aku mendapat kejuaraan di lomba cerpen. Yahh.. meskipun menjadi juara ketiga tapi adalah salah satu pengalamanku menjadi juara di perlombaan menulis.
Sejak saat itu, aku percaya atas saran temanku bahwa tidak perlu khawatir lagi dengan cuaca dingin. Mencoba hal baru dan berkreasi tidak lagi ada penghambat sekalipun dari lingkungan dan cuaca yang dingin. Dengan tiga tetes Minyak Kayu Putih Aroma akan menghangatkan tubuhku, membantuku beraktivitas kembali dan berkreasi lebih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H