Mohon tunggu...
Siwi Nugraheni
Siwi Nugraheni Mohon Tunggu... Penulis - Dosen salah satu PTS di Bandung

Menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Kita, Tanggung Jawab Masing-Masing

22 Februari 2023   05:57 Diperbarui: 22 Februari 2023   07:40 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat sampah yang terbagi berdasarkan jenis sampah di TPS 3R Ketapang, Gambir, Jakarta Pusat. (KOMPAS.com/Xena Olivia)

Dalam mengatasi masalah sampah, beberapa program ditawarkan. Ada semboyan "mengubah sampah menjadi berkah". 

Jika tidak hati-hati, semboyan ini justru menjerumuskan. Bukan hanya menghilangkan rasa bersalah, tapi menimbulkan rasa nyaman karena merasa "menjadi berkah bagi orang lain melalui sampah yang kita buang".

"Nanti juga akan diambil pemulung, lalu dijual, dan mereka dapat uang."

Jika sampah yang kita buang adalah campuran antara organik dan non-organik, tidak ada cerita sampah kita jadi berkah. Sampah organik di dalam plastik akan membuat proses penguraian bersifat anaerob, yang akan menimbulkan bau busuk. Maka pemilahan antara sampah organik dari sampah non-organik adalah keharusan, dan dilakukan di sumber sampah: rumah tangga.

Menggeser tugas pemilahan sampah dari rumah tangga ke petugas atau pemulung di tempat pembuangan sampah akan berhadapan dengan materi yang membusuk dengan bau menyengat. Saya sendiri tidak akan tahan berhadapan dengan situasi seperti itu, maka rasanya tak tega menyuruh orang lain melakukannya.

Keberadaan Bank Sampah juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah. Jika dulu sampah non-organik kita jual ke tukang rongsok yang lewat di depan rumah, dengan adanya Bank Sampah, kita datang ke Bank Sampah untuk menjual sampah. 

Namun iming-iming uang yang terlalu ditekankan bisa menjadi boomerang, karena dua hal. Pertama, tidak mendorong perilaku mengurangi sampah ("sampahku akan menghasilkan uang").

Kedua, sebaliknya. karena jumlah nominal harga sampah sering dianggap terlalu kecil, maka menjual sampah ke Bank Sampah bukan hal yang menarik. 

Akan lebih baik menekankan fungsi Bank Sampah yang dapat menghindarkan lingkungan dari masalah sampah. Jika dipilah, sampah akan berpotensi bermanfaat, dan kita terhindar dari masalah sampah (kotor, bau, sumber penyakit).

Pengelolaan sampah mestinya dimulai dari akar penyebabnya: volume timbulan sampah melebihi kapasitas mengolahnya; tingkat daur ulang sampah non-organik masih sangat rendah karena kondisi sampah non-organik yang tercampur sampah organik, dan memang kapasitas daur ulang yang jauh di bawah volume sampah non-organik.

Maka kunci pengelolaan sampah: kurangi timbulan sampah, jika terpaksa masih membuang sampah, maka pilah antara organik dan non-organik sehingga sampah non-organik yang dibuang dalam kondisi bersih, dan berpotensi dapat dimanfaatkan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun