Mohon tunggu...
Santi Aulia
Santi Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN Palangka Raya

Haloooo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Kemiskinan adalah Keturunan?

17 Desember 2023   16:37 Diperbarui: 17 Desember 2023   17:38 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemiskinan merupakan masalah umum dan mendasar yang terjadi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Kemiskinan merupakan fenomena yang selalu terjadi di berbagai negara yang sedang berkembang maupun negara yang maju. Yang menjadi perbedaan angka kemiskinan di negara maju dan berkembang hanya terletak pada proporsi dan tingkat kesulitan mengatasi nya saja. Tidak meratanya pendapatan merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan permasalahan kemiskinan.

 Lingkaran kemiskinan terus menerus terjadi karena penghasilan yang rendah dapat menyebabkan pendidikan yang tidak optimal, dan ketidakmampuan mengakses pendidikan dan sarana kesehatan sehingga dapat menyebabkan kualitas sumberdaya manusia tersebut secara aspek intelektual dan fisik nya rendah yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas nya. Lingkaran kemiskinan inilah yang dinamakan kemiskinan struktural. Berdasarkan pernyataan tersebut, apakah benar bahwa kemiskinan didapat dari keturunan dan bisa diturunkan?

Secara umum, kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang atau kelompok tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar nya yaitu kebutuhan pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan yang layak dan memadai. Kemiskinan dapat disebabkan oleh keterbatasan alat pemenuh kebutuhan dasar, terbatasnya akses pendidikan dan juga pekerjaan. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Faktor penyebab kemiskinan ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri seperti pasrah akan kehidupan dan kondisi fisik yang tidak sempurna.

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seperti struktur sosial dan kebijakan serta program pemerintah yang tidak merata. Permasalahan dari faktor internal ini lah yang menjadi pembahasan utama dalam artikel ini. Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik pada tanggal 17 Juli 2023, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 9,36 persen, menurun 0,21 persen poin terhadap September 2022 dan menurun 0,18 persen poin terhadap Maret 2022. Walaupun kemiskinan di Indonesia terus menurun, tetap saja permasalahan kemiskinan ini adalah permasalahan global dan perlu diperhatikan. Lingkaran kemiskinan akan terus berputar jika tidak ditindaklanjuti lebih jauh.

Lingkaran kemiskinan dapat terjadi apabila seseorang merasa pasrah dan menerima keadaan nya saat itu. Padahal dia tahu kalau dia bisa keluar dari keadaan nya, namun dia merasa terkucilkan dan tidak diterima dalam lingkungan sosial. Hal ini juga lah yang menyebabkan dia akhirnya menjalani hidupnya dengan keadaan yang pas-pas an terus menerus. Perasaan malas untuk bangkit dan berusaha juga merupakan salah satu penyebab lingkaran kemiskinan terus menerus berputar. Umumnya perasaan nyaman mereka rasakan dengan kehidupan mereka saat ini sehingga mereka tidak ingin lagi berusaha dan berjuang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di depan sana.

Permasalahan kemiskinan yang sudah umum ini pasti memberikan dampak besar terhadap sosial masyarakat dan negara. Dampak kemiskinan secara umum adalah banyak nya kasus putus sekolah karena terkendala biaya, meningkatnya tindak kriminalitas karena masyarakat miskin umumnya akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan nya termasuk melakukan tindakan kriminal, meningkatnya berbagai masalah kesehatan dan meningkatnya angka kematian karena masyarakat miskin susah untuk mengakses fasilitas kesehatan yang memadai dan yang paling berpengaruh adalah meningkatnya pengangguran karena masyarakat miskin tidak mampu bersaing dengan masyarakat lain yang memiliki pendidikan yang bagus. Masyarakat miskin yang nyaman dengan kehidupan miskin nya, tentu tidak merasa dampak tersebut terlalu berpengaruh karena mereka bahagia saja dengan kehidupan nya tanpa ada rasa ingin maju lebih jauh.

Banyak masyarakat umum dari berbagai kalangan mengetahui kemiskinan karena kemiskinan sudah menjadi permasalahan umum. Namun tentu saja, masyarakat memiliki pemahaman yang berbeda-beda mengenai pengertian kemiskinan sendiri. Berbagai pendapat para ahli mengenai pemikiran yaitu yang pertama dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau rumah tangga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, sandang, papan, dan kesehatan. 

Kemiskinan menurut Departemen Sosial RI adalah kondisi ketika seseorang atau rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak dan memadai. Menurut Bank Dunia, kemiskinan merupakan kondisi ketika seseorang hidup dengan pendapatan kurang dari US$1,90 per hari atau setara dengan Rp.29.505. Sedangkan kemiskinan struktural menurut Selo Soemardjan adalah jenis kemiskinan yang dialami golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat yang tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Dari berbagai pendapat ahli di atas, kurang lebih  kemiskinan diartikan sebagai kondisi dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan nya.

Kemiskinan sendiri tentu memiliki banyak respon yang berbeda-beda di antara masyarakat luas. Menurut saya, kemiskinan harus diatasn mulai dari diri sendiri. Karena bagaimana pun kondisi dari luar, apabila seseorang tidak mau mengubahnya, maka selamanya akan tetap sama. Jangan biarkan lingkaran kemiskinan terus berlanjut sampai generasi selanjutnya. Sudah menjadi kewajiban bagi seseorang untuk memutus lingkaran kemiskinan tersebut agar kemiskinan tidak diwariskan kepada keturunan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun