Ruben melangkah lambat menuju sebuah toko bunga disudut jalan. Ia membeli serangkai bunga mawar putih kesukaan kekasihnya.
"Untuk pacar ya?" sang penjaga toko bunga menggoda, sambil tangannya sibuk menyiapkan rangkaian bunga untuk Ruben.
"Iya"
"Wah, mau tambah kartu? jadi kamu bisa tulis sesuatu untuk pacar kamu"
Ruben berpikir.. lalu mengangguk. Ia pun memilih sebuah kartu mungkin berwarna perak dan pink. Ia pergi ke sudut dan mulai menulis kartunya.
Dear Kayla.. begitu Ruben memulai tulisannya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kayla sudah memutuskan untuk pergi. Mungkin memang sudah saatnya ia membiarkan Ruben sendiri, dan membiarkan dirinya menerima kenyataan. Meskipun semuanya teramat sakit. Kayla merasa dadanya nyaris meledak. Tidak.. ia tidak ingin menangis lagi.
Kayla berjalan lambat menuju tempat terakhir yang ingin dikunjunginya sebelum pergi. Dan ia tersentak melihat serangkaian mawar putih tergeletak manis. Ia berlari.. berlari menghampiri rangkaian mawar itu. Ia menghirup dalam-dalam wangi mawar putih itu. Ia mencoba menyentuhkan dengan ujung jemari.. Dan .. ia melihat kartu itu.
Kayla tak dapat lagi menahan tangisnya, ia menangis, meraung, memohon Ruben untuk kembali. Namun ia sadar, Ruben tak pernah pergi.. Ia yang sudah pergi.
Dear Kayla..