Jurnalisme multimedia. Jurnalisme online. Kira-kira apa, sih, beda? Bukannya sama aja? Jurnalisme adalah proses atau kegiatan mengumpulkan berita (news gathering) dan memproduksi berita (news producing). Multimedia adalah kombinasi atau penggabungan konten berupa audio, visual, foto, teks, animasi grafis, peta, dan sebagainya. Sedangkan online adalah keadaan dimana setiap orang dapat saling terhubung dengan mudah.
Dari uraian di atas, kita dapat mencoba menarik pemahaman mengenai jurnalisme multimedia dan jurnlisme online. Jurnalisme multimedia akan berisi berita dengan berbagai keragaman format. Format yang dimaksud dapat berupa sebuah teks dengan gambar, suara, dan sebagainya. Sedangkan jurnalisme online menurut Deuze (2001, h. 5 dalam Anshori, 2011, h. 136), mencirikan diri sebagai praktik jurnalistik yang mempertimbangkan beragam format media untuk menyusun isi liputan, memungkinkan terjadinya interaksi antara jurnalis dengan audiens, dan menghubungkan berbagai elemen berita dengan sumber-sumber online lain.
Keduanya sama-sama produk jurnalistik, yang membedakan hanya format yang digunakan. Kedua tipe jurnalisme ini sama-sama muncul karena adanya new media (media baru). Adanya media baru kita ketahui menjadikan teknologi terus berkembang pesat. Jurnalistik adalah salah satu media atau medium yang terkena dampak dari media baru.
Kemajuan teknologi, menuntut adanya pergerakan cepat dari segala bidang. Tujuan sederhananya agar publik menjadi lebih cepat mengetahui kegiatan atau event terkini. Harapannya agar publik dapat merasa lebih dekat - memangkas jarak.
Jurnalisme multimedia dan jurnalisme online dapat dikatakan hasil dari adanya konvergensi media. Konvergensi media ini, menuntut dunia jurnalisme untuk dapat bergerak cepat. Adanya konvergensi, diharapkan dapat memangkas waktu kerja. Sehingga cara berpikir perusahaan sekarang lebih mengedepankan mencari keuntungan.
Institusi atau perusahaan berlomba-lomba mencari audiens salah satunya dengan cara menyajikan berita terkini dan yang mampu menarik perhatian. Jalan yang ditempuh oleh berbagai macam institusi kebanyakan adalah konvergensi itu sendiri. Alasannya, dengan melakukan konvergensi yang menjadi kurang dan lebihnya dapat saling menutupi. Berita yang disajikan pun juga lebih cepat sampai ke publik.
Kini, individu pun dapat menjadi bagian dalam jurnalisme. Hal ini tercermin dari adanya citizen journalism. Para konsumen kini dapat menjadi pengguna yang memiliki akses media. Dalam satu media yang tekonvergensi dapat mengahasilkan banyak konten dengan beberapa format tertentu. Sayangnya, tujuan untuk memberikan berita kepada publik, kini telah tertutup dengan model bisnis tertentu yang digunakan oleh suatu institusi atau perusahaan.
Sumber Referensi :
Adzkia, A. R. S. (2015). Praktik Multimedia dalam Jurnalisme Online di Indonesia (Kajian praktik wartawan multimedia di cnnindonesia.com, rappler.com, dan tribunnews.com). Jurnal Komunikasi, Vol. 10, No. 1, Hlm. 41-53. pdf
Anshori M. (2011). Jurnalistik Online di Indonesia: Analisis Framing Tiga Portal Berita Online di Indonesia. Jurnal komunikasi, Vol. 5, No. 2, Hlm. 129-144. pdf
Kurniawati M. (2013). Dari Multi-Disorder hingga Multimedia Journalism - Sebuah Catatan Sejarah Media. Jurnal E-Komunikasi Universitas Kristen Petra, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-11. pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H