Mohon tunggu...
Another Day
Another Day Mohon Tunggu... Editor - Hanya penulis biasa yang mencoba segala genre^

Hit close to home-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Tua Helikopter, Anak: "Kami Lapar Bermimpi"

5 Maret 2021   14:30 Diperbarui: 4 Desember 2022   21:36 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua adalah guru pertama yang hadir dalam hidup kita. Mengajarkan ini itu semenjak kita bayi hingga bahkan dewasa. Orang tua menjadi sebuah akar dalam perkembangan karakter seorang anak. 

Peran yang sangat penting bukan? Tapi tidak semua orang  tua memberikan pelajaran dan didikannya dengan benar. Sebagian besar dari mereka menerapkan cara dan sistem yang sedikit salah dan sering kali tak mudah diterima. 

Beranggapan bahwa orang tua lah yang berhak memegang kendali atas hidup anaknya dan seorang anak bertugas untuk melakukan semua perintah. 

Itulah orang tua ditahun 90'an. Bukan salah melainkan sedikit kuno, pemikiran yang seperti itu lah yang membuat seorang anak rentan mengalami depresi dan stress yang ekstrim.

Orang tua yang over protecting, tidak mementingkan privasi anak, selalu memecahkan masalah anak, tidak boleh bepergian sendiri, mengekang anak, menuntut dan melarang ini itu, hal tersebut bisa dikatakan sebagai orang tua helikopter. 

Kenapa helikopter? Seorang anak yang diasuh dengan orang tua helikopter akan cenderung bergantung dan tidak akan bisa memecahkan masalahnya sendiri. 

Hal tersebut akan terus berputar-putar dalam pola pikir sang anak, mengubur mimpi-mimpinya atau mungkin lebih parahnya adalah tidak memiliki keberanian untuk bermimpi. 

Sangat disayangkan sekali ketika ratusan bahkan milyaran anak muda di seluruh dunia yang seharusnya memiliki mimpi dan sejuta ide-ide hebat didalam kepalanya harus mengubur, membuang dan melupakan selamanya.

Terdengar sepele, namun ini juga akan memengaruhi kesehatan mental anak yang sedang bertumbuh. Misalnya, ketika anak umur 12-14 tahun memiliki keinginan untuk mengikuti kemah atau camp yang diadakan di sekolah namun orang tua helikopter ini akan melarang dengan tegas diikuti dengan alasan yang kuat. 

"Pergi berkemah itu sulit, capek, tidak bisa makan teratur dan hanya akan menguras tenaga." Ketika memberi banyak sekali respon negatif pada keinginan anak, seorang anak ini akan merasa seperti tidak dihargai. 

Dapat dilihat tidak sepenuhnya yang dilakukan itu memiliki hal negatif didalamnya. Berkemah bisa menjadi ajang mencari teman, menemukan pengalaman baru dan memunculkan ide-ide luar biasa. Orang tua helikopter ini cenderung untuk tidak menerima pendapat dan keinginan sang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun