Mohon tunggu...
SNF FEBUI
SNF FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Badan Semi Otonom di FEB UI

Founded in 1979, Sekolah Non Formal FEB UI (SNF FEB UI) is a non-profit organization contributing towards children's education, based in Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia. One of our main activities is giving additional lessons for 5th-grade students, from various elementary schools located near Universitas Indonesia. _________________________________________________________ LINE: @snf.febui _________________________________________________________ Instagram: @snf.febui ____________________________________________________ Twitter: @snf_febui _______________________________________________________ Facebook: SNF FEB UI ____________________________________________________ Youtube: Sekolah Non Formal FEB UI ______________________________________________________ Website: snf-febui.com ______________________________________________________ SNF FEB UI 2020-2021 | Learning, Humanism, Family, Enthusiasm | #SNFWeCare

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ramai-Ramai Startup Pendidikan (EdTech), Benarkah Membantu atau Tren Semata?

3 Oktober 2021   08:02 Diperbarui: 3 Oktober 2021   10:24 2534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekhawatiran yang muncul dari persaingan ketat pada startup EdTech di Indonesia, yakni bagaimana derasnya permintaan pasar pada sektor ini, pada akhirnya, membuat beberapa startup yang muncul mengambil kesempatan untuk memaksimalkan keuntungannya. Startup EdTech, dengan dikemas oleh visi misi pengembangan pendidikan, dapat saja beralih fokus total menjadi profit-oriented. Tentunya, jika berpikir secara logis, tidak ada salahnya suatu bisnis berusaha mencari profit, apalagi guna mempertahankan eksistensinya di masa depan, tetapi ketika peningkatan kualitas pendidikan, bukan lagi dijadikan patokan utama bisnis EdTech, ketika angka-angka penjualan lebih diutamakan dibandingkan angka  pelajar yang benar-benar memahami dan mampu mengaplikasikan ilmu-ilmunya, pada siapa lagi kita dapat berharap untuk pendidikan Indonesia? 

Peran Pemerintah

Pandemi menggeser perilaku belajar pelajar di seluruh dunia, terutama Indonesia, dari tatap muka secara langsung hingga beralih ke era digital yang memaksa setiap pelaku pendidikan, guru dan murid, untuk dapat beradaptasi. Dengan segala permasalahan pendidikan Indonesia yang masih membayangi dunia pendidikan, terutama rendahnya kompetensi pelajar yang ditandai dengan peringkat PISA Indonesia yang masih berada pada peringkat 72 dari 78 negara di bidang matematika dan peringkat 70 dari 78 negara di bidang Sains [7], peran teknologi sudah seharusnya menjadi fokus utama  pemerintah dalam mengembangkan pendidikan Indonesia. Dukungan dan inklusi startup EdTech dalam sistem pendidikan nasional perlu lebih dipertimbangkan. Beberapa contoh implementasi di luar negeri dapat dijadikan acuan, seperti halnya pada pembelajaran di Leicester, England, yang mulai menerapkan personalisasi dalam sistem pembelajarannya, sehingga para pelajar dapat mengikuti kelas dengan lajunya masing-masing serta dapat lebih mengukur kesulitan yang dihadapi murid [8].

Beberapa startup EdTech terkemuka dalam pasar, telah bermitra dengan pemerintah, dalam hal peningkatan kualitas dan keterjangkauan pendidikan, terutama secara spesifik pada pemerataan akses pada pendidikan. Seperti platform Zenius yang mulai bekerjasama dengan Telkomsel mengadakan program Zenius Telkomsel Scholarship (ZTST) dalam memberikan beasiswa kepada pelajar di Indonesia melalui bentuk pemberian pulsa dan akses pada produknya, serta upaya Ruangguru dalam melakukan program kemitraan dengan guru berupa program pelatihan guru gratis dalam upaya peningkatan kualitas guru yang juga diperhatikan. 

Tentu saja, tantangan digitalisasi ini bukanlah suatu hal yang mudah di Indonesia, dengan jumlah pelajar yang semakin meningkat akibat bonus demografi diiringi isu ketidakmerataan akses teknologi pada  pelajar dan guru Indonesia . Dalam menghadapi perubahan era, PR digitalisasi ini perlu untuk diatasi, salah satunya dengan menggaet startup EdTech melalui penciptaan ekosistem bisnis yang dapat mendorong tumbuhnya inovasi pada sektor-sektor tersebut.

Masih Ada Harapan

Terlepas dari segala permasalahan yang mungkin muncul dari startup EduTech di Indonesia, tidak dapat dipungkiri banyak manfaat yang diperoleh pelajar dari kehadiran startup ini. Startup Edtech membawakan hasil yang baik bagi peningkatan motivasi belajar siswa/i, yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah pengguna startup EdTech di masa pandemi, sehingga membuat EdTech memang nyatanya masih potensial untuk semakin dikembangkan. Terlebih, berbagai startup EdTech yang ada juga mulai berinovasi membuat pembelajaran lebih menarik dengan adanya fitur gamification, reward, personalised, dan lainnya. Nyatanya, beberapa permasalahan memang masih membayangi perkembangan startup EdTech di Indonesia, namun isu tersebut tentunya perlu menjadi pembelajaran yang tidak dapat diabaikan bahwa peningkatan startup EdTech, seharusnya dapat sesuai dengan visinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, terutama semakin banyaknya pelajar Indonesia yang "gemar" belajar. 

Jumlah Investasi Global Pada Usaha EdTech. Sumber : Adkins (2018)
Jumlah Investasi Global Pada Usaha EdTech. Sumber : Adkins (2018)

Proses digitalisasi ini mungkin saja masih melewati waktu yang panjang. Tidak hanya indonesia, fenomena peningkatan startup terus dikembangan di berbagai negara yang dapat dilihat dari peningkatan investasi global pada sektor EdTech sebagaimana tergambarkan dalam  grafik diatas. Jika dibandingkan dengan startup EdTech di China dan India sebagai negara dengan jumlah investasi yang besar di sektor tersebut, startup EdTech Indonesia masih berada dibelakang dan perlu terus ditingkatkan.

Dibalik derasnya kompetisi pada pasar EdTech ini, sudah seharusnya masing-masing berbenah, memperbaiki kualitas yang ada agar sistem pembelajaran Indonesia dapat semakin berkembang dari waktu ke waktu. Jangan sampai startup EdTech yang ada hanya merupakan suatu "copy-paste" dari sistem pembelajaran yang ada di sekolah konvensional yang kemudian dibalut dengan teknologi. Faktor penting, dalam hal ini, peran pemerintah juga tidak dapat luput dari pembicaraan akan startup EdTech. Sudah semestinya pemerintah, melalui bantuan Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi (PUSTEKKOM) Kemendikbud, lebih fokus pada pengembangan dan memfasilitasi startup EdTech yang berkembang dan potensial di Indonesia agar dapat menciptakan sistem pembelajaran yang lebih efisien.

Pada akhirnya, startup EdTech di Indonesia masih memegang PR yang besar dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Kurangnya kompetensi guru, rendahnya kompetensi siswa, isu ketimpangan pendidikan, dan berbagai tantangan  lainnya menjadikan startup EdTech perlu semakin meningkatkan inovasi dan kualitasnya. Semua hal ini dapat tercapai dengan baik melalui dukungan dari berbagai pihak. Investor, pemerintah, dan guru menjadi aktor penting yang tidak dapat diabaikan dari proses pengembangan pendidikan di Indonesia. Jika melihat dari peringkat Indonesia, kita memang masih jauh dari menjadi acuan pendidikan dunia, tapi dengan kerjasama dan inovasi yang baik, bukannya tidak mungkin bahwa Indonesia dapat mencapai misinya sebagai pendidikan yang berkualitas tinggi, merata, dan berkelanjutan dengan didukung oleh infrastruktur dan teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun