Abad-21 juga erat kaitannya dengan teknologi dan kreativitas. BK harus mampu melihat peluang keterampilan-keterampilan baru yang dibutuhkan dalam pengembangan karir murid. Tentu hal ini juga masih menjadi tantangan yang besar mengingat keterampilan akan teknologi di Indonesia yang masih tergolong rendah dengan teknologi dalam dunia pendidikan yang masih berada di kisaran 20% [5]. Namun, jika penggunaan teknologi ini dioptimalkan, tantangan yang ada dapat menjadi peluang untuk terciptanya pendidikan di Indonesia yang lebih baik lagi.
BK Sebagai Satu Kesatuan dalam Pendidikan Indonesia
Seringkali, sekolah cenderung memandang BK sebagai suatu hal yang terpisah dari sistem pendidikan. Hal ini seharusnya sudah tidak lagi relevan. Dalam kenyataannya, pendidikan, karir, dan permasalahan pribadi murid merupakan satu hal yang seringkali tidak dapat dipisahkan [6]. Sering dianggap sepele, permasalahan emosional yang dihadapi murid nyatanya dapat berpengaruh banyak terhadap kinerja serta semangatnya dalam belajar. Oleh karena itu, BK merupakan satu kesatuan dalam sistem pendidikan yang saling berkorelasi dan tidak dapat dipisahkan.
Akhir kata, sekolah diharapkan bukan hanya menekankan pada pencapaian akademis murid. Namun, sekolah juga dapat menjadi rumah kedua, dimana murid merasa nyaman dan aman dalam menempuh pendidikan. Tak bisa dipungkiri, Bimbingan dan Konseling nyatanya berperan banyak dalam pembentukan serta pengembangan pribadi murid, sehingga murid menjadi pribadi yang bukan hanya sukses secara akademis, namun juga terpenuhi dalam segi kesehatan mentalnya.Â
Dalam perkembangannya, bukan hanya peningkatan keterampilan pada guru BK. Namun, diharapkan juga adanya pemahaman serta peningkatan kenyamanan murid dalam menjangkau BK. Konselor memang memiliki efek yang penting, tetapi mengetahui bagaimana cara mengembangkan akses murid kepada konselor yang efektif, dapat beriringan sejajar dengan banyak kebijakan dan tujuan dari pendidikan (Mulhern, 2020).
.
.
Referensi
Romano, J. L., Goh, M., & Wahl, K. H. (2005). School counseling in the United States: Implications for the Asia-Pacific region. Asia Pacific Education Review, 6(2), 113-123.
Rakhmawati, D. (2017). Konselor sekolah abad 21: Tantangan dan peluang. Jurnal Konseling GUSJIGANG, 3(1).
Kartadinata, S. (2005). Arah dan Tantangan Bimbingan dan Konseling Profesional: Proposisi Historik-Futuristik. In Seminar Nasional: Perspektif Baru Profesi Bimbingan dan Konseling di Era Globalisasi. Bandung (Vol. 21).