Setiap orang tua memiliki cara sendiri untuk mengasuh anaknya. Mengasuh anak bukanlah sesuatu yang terdapat peraturan baku untuk mengaturnya, akan tetapi tergantung pada masing-masing orang tua yang mengasuh anaknya. Dalam hal mengasuh anak, terdapat perilaku tertentu yang menjadi tren pembicaraan banyak orang di Amerika Serikat sejak tahun 2011, yaitu helicopter parenting. Akan tetapi istilah ini masih belum ramai dibicarakan di Indonesia. Istilah ini muncul untuk menggambarkan orang tua yang mengawasi dengan cermat kehidupan anak-anak mereka bahkan hingga anak mereka telah dewasa.[1]
Ketika muncul pertanyaan "apa cara terbaik untuk membesarkan anak?", tidak ada jawaban yang baku atas pertanyaan tersebut. Tujuan utama dari naluri orang tua adalah ingin melindungi anak mereka dari bahaya dan memberikan kebahagiaan bagi anak-anak mereka. Karena keinginan mereka untuk memberikan kebahagiaan bagi anak mereka, beberapa orang tua justru terlalu mengawasi anaknya dan overprotective, hal inilah yang menyebabkan adanya istilah helicopter parenting.[2]
Ciri-ciri helicopter parent adalah ayah atau ibu yang terkait erat dengan kehidupan anak-anak mereka, mulai dari memecahkan masalah bagi anak-anak mereka dan membimbing anak sepanjang hidup, helicopter parent memasukkan dirinya ke dalam kehidupan anak-anak mereka.
Helicopter parenting bentuknya bermacam-macam. Ada orang tua yang sangat membatasi anaknya untuk melakukan suatu kegiatan, ada yang terlalu mengawasi anaknya, bahkan ada juga yang menuntut anaknya untuk melakukan sesuatu dengan perfect tanpa mengetahui passion anak tersebut. Menurut Ann Dunnewold, Ph.D., seorang psikolog berlisensi mengatakan bahwa helicopter parenting hanyalah bentuk pengasuhan atau parenting yang berlebihan. Hal ini berarti terlibat dalam kehidupan anak dengan overprotecting, over controlling, dan over perfecting.[3]Â
Kejadian helicopter parenting yang sering kita jumpai adalah orang tua yang membantu anaknya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah bahkan sampai anak mereka berada di sekolah menengah dan perguruan tinggi yang sebenarnya tugas tersebut dapat mereka lakukan dan atasi sendiri. Pada masa anak balita, helicopter parent terus menerus membayangi anak mereka dengan selalu bermain-main bersama anaknya dan mengarahkan perilakunya, dan tidak membiarkan anak mereka memiliki waktu untuk sendiri.
Ketika anak mereka menempuh sekolah dasar, helicopter parent memastikan anak mendapatkan guru atau pelatih tertentu, memilih teman dan kegiatan anak, dan membantu segala tugas yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh anak tersebut. Beberapa kejadian di atas cukup sering kita temukan di lingkungan sekitar kita, sadarkah kalian bahwa sebenarnya teman atau lingkungan sekitar kalian bahkan kalian sendiri pernah mengalami hal tersebut? Jika pernah, maka Anda pernah merasakan helicopter parenting, apakah menurut kalian pola asuh seperti di atas merupakan sesuatu yang tepat untuk diterapkan? Yuk simak penjelasan berikut.Â
Pola asuh seperti helicopter parenting muncul dikarenakan suatu alasan. Tiap orang tua memiliki alasan tersendiri untuk mengasuh anaknya, termasuk helicopter parenting. Seseorang yang memiliki keinginan untuk terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya, bisa disebabkan oleh beberapa hal. Alasan yang pertama adalah orang tua memiliki rasa ketakutan terhadap masa depan anak mereka.
Beberapa orang tua sangat percaya bahwa apa yang dilakukan hari ini pasti berdampak besar pada masa depan mereka, dan beberapa orang tua menganggap bahwa dengan melakukan helicopter parenting merupakan cara untuk mencegah anaknya mengalami perjuangan yang sulit untuk masa depan mereka. Alasan yang kedua adalah karena rasa gelisah atau anxiety yang dialami oleh orang tua.
Beberapa orang tua menjadi cemas dan khawatir ketika melihat anak mereka terluka atau kecewa, sehingga mereka melakukan segala cara untuk mencegah hal tersebut terjadi. Berdasarkan dua alasan di atas, orang tua tidak menyadari bahwa sesungguhnya rasa sakit, perjuangan, dan kekecewaan adalah bagian dari kehidupan yang harus dilewati oleh anak mereka. Hal tersebut sesungguhnya dapat membuat anak mereka tumbuh dan menjadi lebih kuat setelah melewati masa sulit. [4]
Dampak dari diterapkannya helicopter parenting bagi anak-anak bisa berdampak baik ataupun berdampak buruk. Dampak baik yang dapat dapat dirasakan oleh anak adalah anak akan merasa didukung. Karena memiliki orang tua  yang dapat diandalkan, anak merasa memiliki sistem pendukung untuk mereka berkembang, anak dapat melakukan sesuatu tanpa takut akan terjadi sesuatu yang salah ataupun gagal dalam kehidupannya karena memiliki orang tua yang selalu mengarahkan kehidupannya.
Selain merasa memiliki sistem pendukung, anak juga akan merasa dilihat. Hal ini dikarenakan orang tua yang selalu mengawasi anaknya menempatkan fokus hanya pada anaknya, dan anak tidak merasa orang tua mereka hanya fokus pada pekerjaan mereka.