Mohon tunggu...
Sarah Naura Irbah
Sarah Naura Irbah Mohon Tunggu... Dokter - FKUI 2014

In-Memory Processing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Luka Tusuk Kehidupan

20 Februari 2020   17:23 Diperbarui: 20 Februari 2020   17:26 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian, proses pembersihan luka dilakukan dengan cara yang ideal. Setiap permasalahan (batu pasir, kuman, jaringan mati) akan diangkat, dibersihkan, dan dicari solusinya sehingga luka kembali bersih dan bisa dijahit tidak akan meninggalkan bekas. Mengapa berat untuk dilaksanakan? Apakah beratnya hati mengalahkan beratnya rasa pedih dan perih dari proses pembersihan luka tersebut? Mengapa tak mampu untuk menahan rasa sakitnya ketika mereka lebih tau bahwa nilai benefit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai risknya? Mungkin pikiran mereka mengetahui, mungkin logika mereka berkata demikian...namun hati mereka yang tak pernah siap.

Luka Tusuk yang Dibiarkan Menganga
Tak perlu ditanya...bahwa luka tusuk yang kotor dan dibiarkan menganga tanpa diobati ataupun ditutup sekalipun akan membawa bahaya dan membuka jalan bagi seluruh jenis penyakit untuk dapat hinggap. Mereka beranggapan bahwa luka tersebut akan menutup dengan sendirinya...sembuh dengan sendirinya hanya dengan mengandalkan kemampuan proses fisiologis tubuh yang terbatas. Jika society ini masih dapat berpikir dengan bijak, tentu opsi ini merupakan pilihan terakhir mereka ketika tidak ada jalan lain.

Sebegitu pasrah dan bergantung pada keadaan kah untuk dapat melewati seluruh proses ini? Padahal mereka tahu bahwa proses penyembuhan luka tusuk kehidupan ini akan jauh lebih lama, akan jauh lebih sakit, dan tentunya akan meninggalkan bekas nyata yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bukankah ke depannya akan lebih sakit? Terus terbayang akan luka tusuk tersebut, terus terbayang akan pelaku yang menggoreskan luka tusuk tersebut, dan akan terus merasakan proses penyembuhannya dalam jangka waktu yang lama. Namun...mengapa society masih banyak yang memilih jalan ini untuk mengatasi luka tusuk kehidupannya? 

Terlalu beratkah bagi mereka untuk sedikit berusaha serta mengorbankan waktu, tenaga, dan perasaan demi menyembuhkan luka tersebut? Mengapa enggan? Mengapa sanski? Ketahuilah bahwa sejatinya prinsip "only time will heal" hanya diperuntukkan bagi hati dan pikiran yang lemah, ditujukan pada mereka yang pasif dan hanya menyakiti diri mereka sendiri, dialami oleh mereka yang enggan dalam meningkatkan taraf derajat kehidupannya untuk menjadi tegar. Hati dan logika mereka tertutup rapat...

Menolak bala bantuan datang yang rela membersihkan luka mereka. Tidak. Bahkan hanya untuk menutupnya saja, mereka menolak dengan keras. Mereka lebih memilih mengembargo dan mengisolasikan dirinya dari seluruh hal postitif di sekitarnya yang mungkin akan datang padanya. Mengecewakan. 

Begitu pasrahnya mereka dengan keadaan bahwa seluruh problematika hidup akan berakhir seiring dengan berjalannya waktu dan pada akhirnya akan teresolusi secara mandiri. Bukankah luka kehidupan ini adalah jenis yang paling perih? Dengan membiarkan adanya luka terbuka yang rawan dihinggapi dengan infeksi (problematika) yang lain, tentu individu justru membuka pintu gerbangnya menuju permasalahan yang lebih kompleks. 

Luka tusuk yang didapat belum tentu sembuh, bahkan sangat besar kemungkinanya menyebabkan komplikasi berupa kematian jaringan, saraf, otot, dan struktur di sekitarnya yang pada akhirnya hanya amputasi lah satu satunya jalan. Begitulah Anda memilih kehidupan? 

Mengapa masih ada society yang memilih jalan ini dimana mereka lebih rentan untuk mengalami komplikasi (depresi) yang mana penyakitnya akan berujung pada kematian (bunuh diri). Haruskah problematika kehidupan diselesaikan dengan cara demikian? Haruskah kita menanti ajal hanya untuk menyelesaikan problematika kehidupan? Sungguh ironi.

Jika Anda menerima luka tusuk kehidupan, sekiranya opsi mana yang akan Anda pilih?

Sudah pernah dipost di tumblr sendiri

Sarah Naura Irbah
Jakarta, 18 Februari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun