Tiba-tiba orang yang berada di depan kami berhenti, seketika aku dan Anis pun ikut berhenti. Tak disangka ternyata orang yang berada tepat didepan ku ternyata orang yang selama ini aku kagumi. Oh Tuhan, andai aku bisa menghentikan waktu, ku ingin lebih lama menatap wajahnya. Tak ku sangka aku bisa melihat wajahnya dengan jarak sedekat ini.
"May ayo buruan nanti keburu bel bunyi." suara Anis menyadarkanku.
"Eh iya Nis." jawabku dengan wajah yang masih bingung.
Akhirnya setelah sekian lama aku baru tahu namanya.
"May kamu kan sudah tahu nama kakak kelas yang kamu kagumi, bagaimana kalau kamu cari nama facebook-nya, jadi kamu bisa chattingan dengan dia, kan bisa lebih dekat lagi, tidak hanya memandanginya." ujar Anis.
"Tapi aku malu untuk memulainya Nis."
"Tapi kan kamu belum tahu, siapa tahu dia merespon baik. Ini tuh kesempatan kamu May." jelas Anis.
Malam itu ku coba untuk mencari akun facebook Kak Dilan. Akhirnya ketemu, langsung aku meminta pertemanan dengannya saat itu akun facebook-nya tidak aktif. Saat aku melihat akun facebook-nya tidak ada yang status ataupun foto tentang pacarnya. Itu berarti dia masih belum punya pacar. Huh, betapa bahagianya hatiku. Setelah aku meminta pertemanan, beberapa jam kemudian dia langsung menerima pertemananku. Ini memang hari keberuntungan ku.
Seminggu telah berlalu hari-hari ku jalani seperti biasanya, aku masih saja memandanginya dari kejauhan dan rasa sukaku ke padanya pun makin bertambah. Tapi aku masih ragu untuk chattingan dengannya. Aku masih menunggu waktu yang tepat saat aku sudah siap dan yakin barulah akan ku mulai.
Siang itu mentari pagi tak bersinar terang awan tampak gelap, sepertinya akan turun hujan. Entah kenapa cuaca hari ini tak begitu bagus. Saat aku tiba di sekolah aku dikejutkan dengan sebuah bom yang akan meledak. Bagaimana bisa orang yang selama ini aku kagumi berjalan dengan wajah bahagia dengan seorang wanita yang tak begitu jelas ku liat.Â
Dan akhirnya bom itu pun meledak hati ku hancur saat ku lihat ternyata Anis, sahabatku sendiri yang sudah ku anggap seperti saudaraku. Bagaimana mungkin dia menghianatiku, aku meyakinkan diriku bahwa yang ku lihat itu pasti salah mungkin saja Anis ada perlu dengan kak Dilan.
Tapi selama ini, yang ku tau Anis tak menunjukkan bahwa kalau dia juga mengagumi kak Dilan dan beberapa hari yang lalu aku mendengar gosip bahwa kak Dilan baru pacaran tapi aku gak percaya dengan berita hoax seperti itu. Akankah orang yang diceritakan oleh mereka adalah Anis, sahabatku sendiri. Akhirnya butiran air mata pun membasahi pipiku, aku berlari ke toilet, aku tak sanggup untuk melihatnya lebih lama lagi. Aku mencoba untuk menenangkan diriku, tapi aku tak bisa menahan perasaanku yang telah hancur.Â