Mohon tunggu...
Siti Nur Aprilia
Siti Nur Aprilia Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketing

When someone says you can’t do something, do it twice and take pics✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Teori Spiral Keheningan pada Persepsi Publik tentang Citra Polisi oleh Media Massa

18 Januari 2024   16:12 Diperbarui: 19 Januari 2024   11:10 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori ini ditemukan pertama kali pada tahun 1974 oleh Elisabeth Noelle-Neumann, Spiral of Silence telah menjadi salah satu teori dalam ilmu komunikasi yang cukup populer. Teori ini menyatakan bahwa manusia cenderung merasa takut dan enggan berbicara tentang pendapat mereka secara terbuka apabila mereka merasa pendapat tersebut bertolak belakang dengan mayoritas masyarakat.

Pada awalnya, Noelle-Neumann menemukan Spiral of Silence saat melakukan penelitian tentang perilaku pemilih di Jerman pasca Perang Dunia II. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki pendapat yang berbeda dengan mayoritas ternyata cenderung merasa takut dan enggan untuk berbicara secara terbuka. Mereka merasa bahwa pendapat mereka tidak relevan, dan khawatir akan dijauhi oleh masyarakat.

Dalam penelitian mengenai representasi polisi oleh media massa terkait kejahatan menunjukkan bahwa media massa memiliki peran penting dalam membentuk sikap masyarakat terhadap polisi. Scheufele & Tewksbury (2007) mencatat bahwa media massa dapat memiliki dampak kuat pada pembaca, tetapi dampak ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti predisposisi, skema, dan karakteristik pembaca.

Menurut Lakačauskaitė (2012), citra polisi mencakup gagasan, perasaan, persepsi, dan imajinasi yang dimiliki individu atau kelompok terhadap suatu organisasi. Citra positif terhadap polisi dapat berkontribusi pada pemilihan kandidat terbaik, meningkatkan kerja sama publik, dan mendukung keselamatan masyarakat. Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa insiden pelanggaran polisi yang diberitakan dapat merugikan citra polisi, memengaruhi sikap masyarakat, dan berpotensi merusak hubungan warga dengan polisi.

Paurienė (2019) menekankan bahwa citra seorang polisi dapat dipengaruhi oleh tindakan individu, keputusan, bahasa, penampilan, pakaian, dan prinsip etika dalam pelayanan. Faktor-faktor ini, baik yang terjadi selama dinas maupun di luar dinas, berperan penting dalam membentuk citra polisi di mata masyarakat.
Perkembangan teknologi, khususnya media televisi, turut memengaruhi representasi polisi terkait kejahatan.

Chiricos et al., (1997) dan Romer et al. (2003) menunjukkan bahwa pengguna televisi lebih mudah terpengaruh secara individu daripada pembaca surat kabar, dengan konsumsi berita televisi lebih cenderung menciptakan efek ketakutan. Meskipun berita televisi sering menampilkan citra positif polisi, terutama dalam adegan pengejaran dan penangkapan tersangka, program tersebut juga melaporkan pelanggaran polisi yang dapat mempengaruhi opini publik terhadap penegakan hukum.

Analisis konten kriminal di televisi menggambarkan kecenderungan positif terhadap penegakan hukum, dengan program sering menggambarkan penangkapan sebagai solusi untuk kejahatan. Hipotesis bahwa program televisi terkait kejahatan dapat meningkatkan penilaian positif masyarakat terhadap polisi didukung oleh temuan ini, sementara berita televisi dianggap memiliki pengaruh lebih besar karena didasarkan pada peristiwa kehidupan nyata.

Meskipun konten positif dan negatif surat kabar memiliki dampak lebih kecil terhadap persepsi polisi (Callanan & Rosenberger, 2011), media televisi tetap menjadi kekuatan yang signifikan dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap aparat penegak hukum.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa teori "Spiral of Silence" telah diadaptasi untuk menanggapi krisis opini publik seputar polisi dalam praktik saat ini. Teori ini menegaskan bahwa pandangan kolektif masyarakat dapat secara signifikan memengaruhi persepsi umum sebagai mekanisme kontrol sosial.

Konsep ini juga berlaku pada efek liputan terkait kinerja polisi, baik yang terdapat di surat kabar, program televisi, maupun platform daring. Masyarakat sangat peka terhadap citra negatif polisi yang tercermin dalam media, sehingga penting bagi institusi kepolisian untuk memberikan perhatian khusus guna mengurangi representasi negatif mereka di berbagai media.

Untuk mengurangi jumlah informasi negatif seputar polisi yang tersebar di media, pendekatan terbaik adalah dengan meningkatkan kualitas kinerja polisi itu sendiri. Dengan kata lain, citra negatif polisi di media dapat diminimalkan melalui pengurangan aktivitas ilegal yang melibatkan aparat kepolisian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun