Mohon tunggu...
San Soul
San Soul Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mulai menghadapi kenyataan, dan kehilangan mimpi masa kecilnya tentang Matahari di malam hari -___- Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jejak Separatis di Maluku Sepeninggal Simon Saiya

6 April 2016   10:46 Diperbarui: 7 April 2016   08:52 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada dasarnya jejak Kelompok Separatis RMS di Maluku memiliki sejarah panjang. Sejak diproklamasikan 25 April 1950 oleh Christian Robert Steven Soumokil (Mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur), penumpasan pemberontakan RMS dan menjadikan Kota Ambon sebagai Gerakan Operasi Militer (GOM) sejak 14 Juli 1950, hijrahnya pendukung dan simpatisan RMS pada 1952ke Belanda yang pada akhirnya membentuk pemerintah di pengasingan (Governement In Exile), Pengibaran bendera RMS pada tahun 2002 yang mengakibatkan 23 orang ditangkap, Pengibaran bendear RMS oleh ratusan orang pada tahun 2004, dan puncaknya penyusupan tarian Cakalele dan Pengibaran Bendera RMS di hadapan RI-I pada peringatan Harganas pada 2007 dan sejumlah aksi lainnya. 

Sementara itu dengan mengesampingkan aksi-aksi RMS, pasca kerusuhan Ambon 1999-2004, kegiatan pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Maluku sudah berjalan lancar dan mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Bahkan pada 3 tahun terakhir sejak tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Maluku telah melampau tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Perbaikan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, pelaksanaan Pemilu langsung yang aman dan tertib, serta lainnya. 

Pada dasarnya, di masa sekarang keberadaan dan eksistensi RMS di Provinsi Maluku sudah sepatutnya dipertanyakan, meliputi tujuan dan alasan keberadaan dari organisasi tersebut. Meskipun, sebelumnya Simon Saiya dan para simpatisan RMS di Maluku masih berupaya untuk menarik dukungan dari berbagai kalangan, khususnya dunia internasional dan generasi muda di Maluku. Namun upaya tersebut pada akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi kalangan simpatisan dan pendukung separatis. Bukan simpati yang mereka dapatkan justru sikap antipati dari berbagai kalangan khususnya generasi muda. Hal ini dikarenakan tindak-tindakan RMS dapat memicu situasi yang sudah kondusif di Malukumenjadi ricuh kembali seperti di masa lalu.

 

NB. Percayalah, tulisan ini bukan pesanan. Hanya lagi rajin saja untuk menulis yang mungkin terlewatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun