Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... profesional -

"Petiklah Hari dan Jadilah Terang"-\r\n\r\nBlog: www.sarinovitamenulis.wordpress.com dan \r\n www.kapeta.org\r\n\r\n Follow Twitter: @Chalinop & @YayasanKapeta\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(FFK): "Kisah Sang Katak Petualang"

18 Maret 2011   15:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seketika semangat Raku yang sempat ciut jadi berkobar. Ia pun melompat turun dari tempatnya menuju rombongan kepiting yang menuju ke laut. Ia akan mengikuti kepiting-kepiting itu. Hap! Hap! Hap! Ia melompat tinggi-tinggi. Pada lompatan yang ke sekian, tiba-tiba ia berhenti. Ah, bukankah aku berbeda dengan kepiting? Bukankah kepiting memang diciptakan untuk hidup di laut, sementara aku kan tidak? Pikirnya.

Seketika…Buk! Hah! Hampir saja! Sebuah kelapa jatuh dari pohonnya dan menggelinding melewati Raku.

***

Nafas Raku megap-megap, seperti sisa-sisa nafas sehabis melakukan perjalanan panjang. Sedangkan Langit mulai memudarkan kekuasaan malamnya dan mempersilahkan matahari untuk memancarkan sinar pagi. Kulit Raku mulai mengkilat, mentari telah membulatkan matanya ke penjuru jagat. Raku memincingkan kelopak matanya, terik matahari membangunkan raga Raku. Raku masih enggan untuk bangkit dari tidurnya, tapi Raku teringat mimpinya semalam.

Mimpi yang menyejukan bagi Raku - ia berenang bebas di lautan luas-bahkan ia mampu melampui kedalaman laut begitu dalamnya. Jarak kedalaman yang tidak terukur. Anehnya, Raku bermain riang gembira bersama makhluk-makhluk laut, dimana Raku belum mengenal mereka selama hidupnya. Tubuh mereka besar dan bergigi tajam . Sebenarnya fisik mereka amat menyeramkan bagi Raku, namun mereka begitu ramah dan baik terhadap Raku. Raku bingung sendiri dan hatinya berkata,”Dasar sebuah mimpi! Ada-ada saja, aku mampu berenang hingga mencapai kedalaman laut.”

“Aha, mungkin mimpi itu sebagai petunjuk!,” Raku mulai bangun dari posisi tidurnya. “Ya, petunjuk. Mungkin saja makhluk-makhluk itu yang bisa menghantarkan aku untuk berkenalan dengan matahari. Tapi…tapi…dimana aku harus mencari mereka. Tentunya aku harus bisa berenang di lautan besar, tapi…tapi…bagaimana caranya?” jari jemari Raku bermain ketukan di pipinya. Raku gundah memikirkan caranya. “Ahh, lebih baik hari ini aku bermain di tepi pantai saja, siapa tahu para bocah kepiting-kepiting itu bisa memberikan informasi tentang makhluk aneh di dalam mimpinya,” begitu Raku berpikir.

***

Raku duduk di atas karang. Kadang-kadang ia melompat lepaskan kepegalan menunggu. Ya, hanya menanti. “JIka aku hanya berdiam diri saja, sampai kapan aku akan menemukan makhluk di mimpiku itu,” bisik Raku dalam hati.

Raku akhirnya punya akal membuat perahu dari kelapa yang jatuh dan retak secara simetris akibat benturan dengan tanah. Raku kemudian membuat kapal dari kelapa yang sudah retak, dia tinggal membukanya dan membagi dua tempurung kelapa itu. Setelah bekerja seharian tanpa bantuan siapapun, akhirnya perahu kecil terbuat dari tempurung kelapa selesai sudah. Dengan bekal seadanya Raku nekat mengarungi lautanluas, Sore itu juga.

Malam semakin kelam. Angin kencang, kilatan dan guntur di langit yang tampak dari kejauhan adalah pertanda hujan badai akan segera tiba. Dan Raku sendirian dalam perahu, dalam samudera luas. Setetes demi setetes air jatuh dari langit. Sebentar kemudian air dari atap langit seperti runtuh mengguntur-menimpa tubuh kecilnya. Hujan malam itu bertalu-talu. Raku mulai menggigil.

Hujan menampakkan kemarahan pada laut. Perahu kecil Raku masih terombang ambing oleh gelombang besar - susul -menyusul tak henti-henti. Untung perahunya kecil dan ringan, struktur simeteris kelapa berbentuk setengah lingkaran, memungkinkan perahu tidak gampang terguling. Kabut akibat hujan dan badai menghalangi pandangan Raku yang terus berusaha mengendalikan kapalnya dengan terpental-pental.

Tiba-tiba Raku melihat semacam pulau yang lumayan besar. Raku ingin singgah sebentar untuk beristirahat, karena badai masih mengamuk dan hujan belum menunjukkan tanda-tanda segera reda. Sudah hampir setengah hari dia terombang-ambing di tengah lautan, pada gelapnya malam, sendirian tanpa teman. Hujan masih berontak tak mau berhenti, petir masih menyambar-nyambarganas. Dia memikirkan kawan-kawannya. Tentu mereka sudah tidur nyenyak dan berada dalam kehangatan keluarga bersama ayah dan ibu mereka.

“Ah, aku tidak boleh kalah. Aku adalah Raku, katak petualang. Aku harus menjadi katak nomor satu yang berhasil menyeberang lautan. Mengarungi samudera. Masa depanku ada di seberang sana.”

Raku terpaksa harus membuang jauh-jauh perasaan takut dan rindu kampung halamannya. Tanpa terasa Raku terlelap pulas, dia tertidur dalam gelapnya malam dan hujan yang masih mengguyur deras dan menghentak-hentak tubuh kecilnya. Tanpa disadari olehnya, pulau yang dia tiduri bergerak pelan dan meluncur semakin jauh ke tengah laut.

Raku bangun ketika menyadari hari sudah kembali pagi. Matahari bersinar cerah dan badai seolah bersembunyi tiada berbekas, kalah oleh pergeseran malam menjadi pagi. Raku sedikit bingung dengan keadaan dirinya. Tadi malam dia berada di tengah lautan dan sekarang dia berada di sebuah tepi benua asing. Agak di kejauhan, Raku samar-samar melihat sebuah daratan yang berbeda dengan daratan di kampung halamannya.

Raku dikejutkan oleh gerakan perlahan-lahan. Dia baru sadar bahwa pulau yang dia tiduri adalah ikan yang sangat besar. Orang-orang di kampungnya menamainya ikan Paus. Ikan yang sangat besar. Dua ekor lumba-lumba meloncat-loncat gembira di samping kanan dan kiri Ikan Paus, berputar-putar mengelilingi Raku yang masih duduk di atas punggung ikan Paus. Seolah mengucapkan selamat datang pada Raku, sang katak asing, pendatang baru. Burung camar berputaran di atas ikan Paus sambil teriak-teriak riang, seolah katak pendatang adalah pertanda datangnya rejeki.

Menjelang agak siang, ketika matahari mulai memanjat naik, Raku dikerubuti oleh banyak sekali binatang yang ingin mendengar kisahnya. Burung-burung pada berkicau, monyet-monyet bertepuk tangan dan meloncat-loncat sambil menjerit-jerit senang, sekawanan katak ikut berbaris rapi, membentuk lingkaran melihat katak asing yang terdampar di kampung mereka. Rombongan kepiting juga tidak mau melewatkan peristiwa langka ini, seekor katak yang berhasil menyeberang lautan samudera yang ganas

dengan selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun