Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... profesional -

"Petiklah Hari dan Jadilah Terang"-\r\n\r\nBlog: www.sarinovitamenulis.wordpress.com dan \r\n www.kapeta.org\r\n\r\n Follow Twitter: @Chalinop & @YayasanKapeta\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(FFK): "Kisah Sang Katak Petualang"

18 Maret 2011   15:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


“Jadi kamu ingin bertualang melalui laut? Hahaha......Raku Raku.....keinginanmu tak akan tercapai” Dodo mengejek sembari mengepakkan kedua sayapnya dan pelan-pelan terbang.


“Hei...tungguu...aku belum selesai....” terlambat, Dodo sudah terbang menjauh. “Lihat saja nanti. Akan kubuktikan bakwa aku bisa bertualang mengarungi laut” sanggah Raku dalam hati.


****

Senja pun turun. Lingkaran jingga mentari perlahan tenggelam dalam laut yang kini berubah warna menjadi emas kecoklatan. Camar-camar lain teman Dodo pun mulai menjauh, hanya melintas satu-satu. Dari atas batu karang, Raku ingin sekali mencapai tempat matahari yang tenggelam itu.


Tapi bagaimana caranya? Uuhh…andai saja Dodo mau mendengar keinginanku, bisik hatinya. Paling tidak dia bisa membawaku terbang sekali-sekali melintasi laut. Aku kan tidak terlalu berat. Kalau mengatakan ini pada keluarga atau teman-temanku, pasti mereka juga menertawakan aku. Ahh…lebih baik aku berusaha sendiri. Bagaimanapun caranya.

“Waakk…tunggu aku, matahari…tak lama lagi aku akan sampai ke tempatmu,” Raku mengucap janjinya pada matahari yang tinggal segaris sinar merah jingga.

***

Laut biru, langit cerah, ombak nun ramah, dan angin mendesau-desau menyejukkan. Matahari sepertinya sedang ceria dan tersenyum pada alam pagi ini. Seperti hari-hari lalu, Raku duduk di atas batu karang - menjorok ke laut. Warna batu karang hitam menyamarkan keberadaannya dari penglihatan katak-katak lain. Ia ingin sendiri saja. Menghabiskan waktu sepanjang hari hanya untuk memandangi panorama laut yang setiap hari selalu memukau. Pesonanya seperti tiada habisnya.

“Hmmm…bagaimana caranya agar keinginanku menuju ujung lautan itu tercapai?,” batin Raku dalam hati. Matanya menatap ke depan, memusat pada ujung lautan yang saat cerah begini seolah tak berbatas. Langit dan laut sama-sama berwarna biru muda. Ia mulai berpikir keras untuk menyibak misteri yang ada di ujung sana.
Tiba-tiba kepak sayap Dodo mengagetkannya.

“Ah, kamu lagi, Dodo. Bikin kaget saja!,” ujar Raku sambil merengut.

“Hahahahaha…kenapa kamu sendirian lagi di sini, Raku? Bukannya teman-temanmu sedang asyik bermain di rawa sana?,”

Raku diam saja. Sejak diejek, ia malas berbicara lagi dengan Dodo. Apalagi tentang impiannya menembus lautan menuju matahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun