Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... profesional -

"Petiklah Hari dan Jadilah Terang"-\r\n\r\nBlog: www.sarinovitamenulis.wordpress.com dan \r\n www.kapeta.org\r\n\r\n Follow Twitter: @Chalinop & @YayasanKapeta\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kesimpulan 3 Puisi di Hari Fiksi Kompasiana

9 Maret 2011   19:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:55 1877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sebelumnya saya ingin katakan, saya memberi kesimpulan 3 puisi di ajang "harifiksikompasiana", sebagai "PEMBACA" bukan sebagai stastrawati atau apa pun itu yang mempunyai ilmu sastra tinggi dibandingkan saya. Memang banyak puisi-puisi yang hadir di acara ini, tetapi saya tidak puas, tetapi juga saya senang luar biasa karena para kompasianer turut menuangkan tulisan-tulisannya di harifiksikompasiana. Ada 3 puisi yang menarik perhatian saya, yaitu: "Menoreh Dalam Kalbu", "Dalang Dalam Wayang" dan "Kisah Kita Dari Gelas-gelas Kosong".

Pertama, "Menoreh Dalam Kalbu" karya HM Zwan.

Terus terang saya mendapatkan puisi ini setelah 3 hari usai harifiksikompasiana. Bagi saya puisi ini yang paling menyentuh saya. Loh, berarti saya tidak subjektif dunk. biarkan yah.hehhe..

Puisi ini penuh sayatan kepedihan yang diterka-terka oleh pihak pertama ("Aku").  Perih tapi begitu asyik dinikmati untuk membaca "Menoreh dalam Hati" dan juga pemilihan kata yang sederhana tapi hasilnya memuaskan.

-Bait pertama: Bait yang sangat baik- pengungkapan rasa, ketajaman penghayatan.

-Bait kedua: Ada berapa kalimat yang tidak perlu dijabarkan lagi,

Bait-bait tak lagi sempurna

Satu kata tak bermakna

Dua kata apalagi

Tiga kata entahlah

Satu kalimat hilang sudah

keempat kalimat ini sudah cukup menjelaskan sebuah rasa, yang hanya satu rasa. di baris ketiga entahlah""Tiga kata entahlah, satu kalimat yang membingungkan. Padahal, Di baris sebelumnya dan terakhir sudah jelas tertera rasa hampa atau kehilangan., sayang sekali penggunaan kata ini dimasukan karena entahlah berarti keraguan. Dan keraguan itu berbeda arti dengan hampa atau kehilangan. begitu juga dengan kalimat di awal "Tak mampu terbaca meski noda itu ada" dan bandingkan dengan kalimat akhir "Aku melihatnya, bahkan merasakannya". Ini Berarti "Aku" bisa membaca seseorang itu dan yakin sekali noda-noda yang jelas terlihat pada seseorang itu. Bagi saya hal ini berlarian, tidak stabil atau apa ya kalimat yang enak untuk mengatakannya..heheehe...

kesluruhan puisi ini BAGUS! APIK!

Kedua: "Dalang dalam wayang"

Entah ini puisi atau prosa, bagi saya sama saja dan saya tergelitik sekali dengan tulisan ini. Dan saya tidak perduli jika banyak yang menentang saya mereview ini..hahahahha..Terus terang banyak tulisan dari HAz Algebra yang saya gemari. Banyak kalimat-kalimat unik, apik, cerdas dan berbeda dari lainnya.

Dalang dalam wayang, secara pribadi puisi/prosa ini yang paling menggoncangkan. Keren sekali tema yang diusungnya. dan hanya satu kalimat "Tikam" mampu memberikan pengertian, pendalaman dan pengkahayatan yang tajam. Luar biasa!!

Coba perhatikan saja kalimat ini: "Wayang akan tetap diam jika tak ada dalang yang menggerakkan!". Simbol atau suatu bentuk personikfikasi atau bentuk apapun, kalimat ini memiliki makna yang luas dan bagus. Bagi pembaca bisa juga luas memaknainya dan bahkan bisa terinspirasi dengan kalimat ini. Cerita dalam tulisan ini banyak terjadi di sekitar kita. Dan di tulisan Haz Algebra yang satu ini, banyak permainan kata yang menggangumkan. Fantastis bagi saya.

Dan tidak ada saran atau kritik buat tulisan ini, entah pembaca lain. Bagi saya Dalang Dalam Wayang "MENAKJUBKAN".

Ketiga: "Kisah KIta Dari Gelas-gelas Kosong"

Di tulisan milik Rezy BUlu, banyak kalimat yang menari begitu menggoda. Saya bagaikan larut dalam peran yang ditampilkannya bersama gelas-gelas kosongnya. Kosong hanya Terisi kejujuran! Tidak hanya itu bibir saya terasa dikecup berkali-kali oleh sang pangeran perangkai kata. Ya, Rezy begitu baik merangkai kata demi kata dalam tulisannya. Menggoda sekali cara dia mengecupkan tebaran kecupan pada saya, dan saya rasa para pembaca turut merasakan kecupan kata-katanya itu.

Idenya diambil dari kisah perempuan malam. Diungkapkan secara bebas, mengalir, apa adanya dan cukup sopan. Sudah pasti penuh kebebasan. Rezy mengajak pembaca untuk membuka mata hati dan melihat dengan terang mengenai dunia dibalik lelapnya malam. baca saja "Nikmati saja malam yang membuat setan Menari-nari” , benar-benar bebas dan jujur, bukan?

Rezy Bulu, Bolehkah saya menyebut anda sebagai "Pangeran Perangkai Kata"? Karena sebutan ini sesuai/cocok/ pas sekali untuk anda.

Dari awal tulisan hingga akhir tulisan, tiada yang cacat tentang kebebasan ceritamu. Dan saya acungkan DUA JEMPOL berkali-kali untuk Rezy BUlu, seperti anda melumuri tulisan ini dengan kecupan bebas yang terindah.

Kesimpulannya tulisan rezy bulu Ini, It's WONDERFUL!!!

Maaf saya tidak pintar dalam mereview, saya hanya memberikan kesimpulan yang saya ambil dari membaca semua puisi diharidfiksikompasina. Dan kesimpulannya, SAYA JATUH CINTA PADA TIGA TULISAN DI ATAS.

karena bagi saya sebagai pembaca, untuk bisa penulis membuat kenikmatan bagi pembacanya saja, itu sudah  merupakan kepandaian yang tak terukur nilainya. Jadi, PERSETAN bagi para yang merasa pintar dalam bersastra. NIkmat, asyik diikuti, ada pesan yang bisa diambil, tidak membosankan, unik, berbeda, permainan kata yang menarik-semua itu sudah mengundang banyak pembaca. dan pembaca mampu larut masuk ke dalam cerita, ini merupakan suatu hal yang CERDAS dan Keyeeeeeennnnnnn.

HIDup Hari FIksi!!!....Setiap detik adalah Fiksi, entah itu nyata atau hanya khayalan belaka!!!

Pastinya Kreativitas itu bisa membunuh kejenuhan, kegagalan, kesakitan, kesunyian dan kumpulan kawan-kawannya-yang membuat diri terbunuh. Berkreativitaslah....Berciptalah...Karena ini HALAL hukumnya dan kuasa memberi kebahagian dan kepuasan yang tiada tara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun