Mohon tunggu...
Nurman Samehuni Gea
Nurman Samehuni Gea Mohon Tunggu... Jurnalis - Sebagai Mahasiswa di universitas Nias dan penulis blog

Hobi : Menulis, Membaca, Bersepeda, berlari

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

PPN 12%: Analisis Mendalam dan Kritik Terhadap Kebijakan yang Membebani Rakyat

25 Desember 2024   11:51 Diperbarui: 25 Desember 2024   11:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah telah resmi menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai 1 Januari 2025. Kebijakan ini tentu menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, terutama di kalangan rakyat kecil yang  rentan terhadap perubahan harga. Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% bukanlah sekadar angka. Di baliknya, terdapat potensi dampak yang luas dan kompleks terhadap perekonomian Indonesia, terutama bagi rakyat kecil dan daerah-daerah tertinggal seperti Nias. 

Kenaikan PPN ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan program-program sosial. Namun, di sisi lain, kenaikan PPN juga berpotensi meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga menekan daya beli masyarakat, terutama di daerah-daerah dengan tingkat ekonomi rendah.

Klaim Pemerintah vs Realita di Lapangan

Pemerintah mengklaim kenaikan PPN bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dan membiayai pembangunan. Namun, kebijakan ini patut dikritisi secara mendalam. Apakah menaikkan PPN merupakan solusi terbaik? Apakah dampaknya telah dikaji secara komprehensif? 

Analisis Dampak Multisektor

Dari segi Sektor Konsumsi, yaitu Kenaikan PPN akan  mengurangi daya beli masyarakat,  berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga dan  melemahkan pertumbuhan ekonomi.

Sektor Investasi yaitu, Ketidakpastian ekonomi akibat kenaikan PPN dapat menurunkan minat investor, menghambat penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Sektor UMKM, yaitu Pelaku UMKM akan terbebani dengan kenaikan biaya produksi dan harga jual, mengancam keberlangsungan usaha mereka.

Sektor Pariwisata, yaitu Kenaikan harga tiket dan  akomodasi akibat kenaikan PPN dapat  menurunkan jumlah wisatawan,  merugikan industri pariwisata yang  sedang berjuang pulih.

Dampak Sosial yang Terabaikan

Kenaikan PPN akan  memperlebar kesenjangan sosial antara  masyarakat kaya dan  miskin.  Masyarakat miskin akan  semakin terbebani,  sementara masyarakat kaya relatif tidak terpengaruh.d

Dalam Kenaikan harga barang dan  jasa dapat  memicu peningkatan angka kemiskinan,  terutama di daerah-daerah tertinggal seperti Nias.

Kenaikan PPN berpotensi memicu inflasi yang  tidak terkendali,  menggerus nilai riil pendapatan masyarakat.

Alternatif Kebijakan yang Lebih Berkeadilan

Pemerintah seharusnya mencari alternatif kebijakan yang lebih berkeadilan untuk meningkatkan penerimaan negara, seperti:

  • Optimalisasi penerimaan pajak dari sektor-sektor yang  potensial,  seperti  pertambangan dan  perkebunan.
  • Peningkatan efisiensi belanja negara dan  pemberantasan korupsi.
  • Pengembangan sektor ekonomi produktif yang  menyerap banyak tenaga kerja.
  • Pemberian insentif fiskal bagi UMKM dan  sektor informal.

Kenaikan PPN merupakan kebijakan yang kontroversial dan berpotensi menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi rakyat kecil dan daerah-daerah tertinggal. Pemerintah perlu melakukan kajian yang lebih komprehensif dan mencari alternatif kebijakan yang lebih berkeadilan.

Rakyat kecil bukanlah sapi perah pembangunan.  Pemerintah harus  mendengarkan aspirasi mereka dan  mengutamakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun