Bagi kita sebagai masyarakat, peristiwa ini juga mengajarkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan seorang ulama sekalipun bisa melakukan kesalahan. Yang penting adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk memperbaiki diri.
Kasus Gus Miftah dan penjual es teh adalah pengingat nyata bahwa berilmu belum tentu beradab. Ilmu tanpa adab hanyalah kesombongan, sementara adab tanpa ilmu hanyalah niat baik yang belum terarah. Kita harus terus berupaya menyeimbangkan keduanya agar menjadi manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermartabat.
Untuk Gus Miftah, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan keteladanan dengan meminta maaf secara tulus kepada sang penjual es teh dan publik. Adapun bagi sang penjual, semoga peristiwa ini tidak mematahkan semangatnya untuk terus berusaha dan berkarya. Mari kita semua mengambil pelajaran agar selalu menjunjung tinggi adab dalam setiap tindakan, apa pun posisi dan status kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H