Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) untuk mengenang jasa pahlawan pendidikan, Ki Hajar Dewantara. Beliau dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional atas kiprahnya dalam memajukan pendidikan di Indonesia, terutama pada masa penjajahan Belanda.
Sejarah Singkat Hardiknas
Penetapan Hardiknas tidak lepas dari peran dan perjuangan Ki Hajar Dewantara. Lahir pada tanggal 2 Mei 1889, beliau merupakan seorang jurnalis dan aktivis pergerakan kemerdekaan yang gigih memperjuangkan hak pendidikan bagi rakyat Indonesia.Â
Pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara bersama dua rekannya, yaitu Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan E.F.E. Douwes Dekker, mendirikan lembaga pendidikan bernama Taman Siswa. Taman Siswa didirikan sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda yang dianggap diskriminatif dan tidak berpihak pada rakyat Indonesia.
Atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam memajukan pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1959. Di tahun yang sama, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959.
Semangat Merdeka Belajar
Meskipun telah lebih dari enam dekade sejak ditetapkan, Hardiknas masih memiliki makna yang relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.Â
Pada tahun 2020, Kemendikbudristek meluncurkan program Merdeka Belajar sebagai upaya untuk memerdekakan pendidikan dari berbagai regulasi dan birokrasi yang menghambat kreativitas dan inovasi.Â
Semangat Merdeka Belajar sejalan dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara untuk menciptakan pendidikan yang berpusat pada murid dan berorientasi pada pengembangan karakter.
Relevansi Hardiknas bagi Mahasiswa