Mohon tunggu...
saya mausukses
saya mausukses Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyikapi Kegagalan dalam Mencapai Tujuan

6 November 2018   13:12 Diperbarui: 6 November 2018   13:26 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perencanaan Hidup Semua langkah sudah saya lakukan dalam membuat tujuan hidup. Lalu saya  sudah bersemangat dalam mengejar tujuan hidup saya. Apapun saya sudah  lakukan tapi semua gagal. Saya trauma !! Buat apa saya membuat tujuan  hidup kalau akhirnya saya akan kecewa. Ini adalah sesuatu yang sudah  biasa didengar oleh semua motivator atau konselor yang sedang menangani  pasien trauma akan tujuan hidup, kami memiliki cara bagaimana Menyikapi  Kegagalan Dalam Mencapai Tujuan

Sebenarnya dengan kita memilih untuk "tidak menentukan tujuan hidup"  saja itu sama saja dengan memiliki tujuan hidup namun bukanlah tujuan  hidup yang baik melainkan negatif.

Jika kita ulas lebih dalam, sebuah keinginan yang kita miliki adalah  murni tujuan kita, lalu siapa yang mengharuskan tujuan itu tercapai? NO  ONE...tidak ada siapapun yang mengharuskan kecuali diri kita sendiri. Kan  lucu kalau kita bisa trauma karena sesuatu yang kita inginkan. Mungkin  lebih tepatnya kalau kita trauma melakukan sesuatu karena dipaksa oleh  orang lain.

Memiliki  tujuan hidup hendaknya disikapi menjadi sesuatu yang normal/biasa dan  harus dimiliki setiap orang tanpa berpikir terlalu jauh sampai  menyebabkan ketakutan.

Contohnya  saja apabila kita berpikir  "ah saya mau makan di warung soto betawi  Mamat", kemudian sampai disana ternyata sotonya sudah habis. Lalu apakah  kita lantas akan trauma gak mau datang lagi keesokan harinya karena  kita tidak mencapai tujuan hidup kita yaitu makan soto betawi mamat?  Tidak seperti itu bukan...?

Hendaknya  kita dapat berbesar hati dalam menghadapi kegagalan dan ingat bahwa ini  adalah hidup anda dimana anda yang bertanggung jawab 100% atas  kesuksesan dan kegagalan yang terjadi.

Tidak ada yang kekal. 

       Apabila kita memahami konsep ketidak kekalan, maka kita tahu maka  didunia ini tidak ada yang kekal. Segala sesuatu berubah, bahkan posisi  kedudukan bumi dan matahari pun setiap detik berubah. Hanya ada 1 hal  yang kekal yaitu ketidak kekalan itu sendiri. Oleh karena itu mengapa  kita harus bersedih? Mungkin bulan depan atau tahun depan atau bahkan  minggu depan kita dapat mencapai tujuan itu.

Let it go/ lepaskan 

       Melepas sebuah kegagalan sama halnya dengan melepas mantan. Memang  bukan merupakan hal yang mudah, akan tetapi apabila kita pegang terus  erat-erat hal ini tidak akan membuat kita maju. Kegagalan yang terjadi  kemarin, tidak perlu membuat kita takut membuat tujuan kembali.  Bayangkan bayi yang pertama kali belajar/mencoba berjalan lalu jatuh  lantas bayi tersebut tidak mau lagi belajar berjalan, saya yakin saat  ini semua orang di dunia hanya akan merangkak tanpa ada yang berjalan.

Review/meninjau kembali

        Memang terkadang sebuah tujuan sudah tidak valid lagi dan dibutuhkan  sebuah peninjauan kembali. Seperti misalnya dulu pada masanya sebuah  walkman sangat terkenal dan mungkin ada beberapa orang yang menjadikan  walkman sebagai tujuan hidup, menabung setiap hari adalah hal yang pasti  dilakukan. Tapi setelah uang terkumpul apakah walkman tersebut masih  merupakan sesuatu yang kita inginkan? Kalaupun sekarang terbeli lalu  dimanakah membeli kasetnya? Karena teknologi sudah berubah. Atau  anda yang ingin sekali berjuang masuk perguruan tinggi negeri, namun  setelah 3 tahun mencoba masih gagal, apakah masih ingin berjuang untuk  masuk PTN? Umur kita saja sudah lewat batas untuk menjadi mahasiswa.

Diperlukan suatu kedewasaan agar dapat meninjau kembali tujuan hidup yang kita miliki.

Buat lagi tujuan hidup yang baru 

        Kegagalan bukan akhir dari segalanya, malah mungkin merupakan awal yang  lebih baik dan cocok untuk kita daripada terhanyut dalam kesedihan dan  kekecewaan yang mendalam. Lebih baik mencoba merancang hidup anda  kembali dengan membuat tujuan-tujuan hidup yang lebih menarik dan  benar-benar ingin anda gapai. Ibarat di perjalanan kalau kita melewati  sebuah lubang lalu apa gunanya kita memikirkan kesakitan dan kekagetan  yang dialami. Bukankah lebih baik kita fokus terhadap tujuan kita.

Demikianlah sharing dari taman belajar kehidupan kali ini. Sampai jumpa hari berikutnya dengan topik lainnya.

Artikel  ini boleh dishare tanpa perlu ijin. Apabila ada pertanyaan atau komen  silahkan tinggalkan pesan melalui medsos dibawah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun