Mohon tunggu...
Dany Dean
Dany Dean Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

0 -> 1

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan Aku Mencintainya dan Dia #2

12 November 2011   23:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:44 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku resmi menjadi seorang suami dari muslimah bernama Sarah. Merangkai hidup yang benar-benar baru menjadi imam bagi bahteraku, ikhlaskah aku? aku tak tahu yang aku tahu saat ini benar-benar aku belajar mencintainya sepenuh hatiku meski kadang hati sesak dengan perasaan yang gundah aku tetap disini mencintainya dalam lembaran yang telah aku balik sebelumnya.

Pada lembaran yang telah aku balik sebelumnya aku telah menuliskan sebuah nama yang tak mampu aku menyebutnya bagai datangnya gerimis yang tak tak memberi kering pada permukaan hati yang sesak, ada rindu yang mengigil pada setiap adzan yang dinyanyikan deru ombak bermendung tipis dan getir ini membawa aku pada pelukan istriku yang tak pernah kurasa hangat.

Sarah sangat menyayangi keluargaku dan keluargaku pun sangat menyayanginya jadi tiada satu alasanpun untukku untuk sedikit saja mengores hatinya ingin kemudian membunuh kenanganku membangunkannya sebuah peti berukuran besar untuk menampung semua rindu yang terselip diambang fajar kemudian mengeluarkan tanah agar peti itu terbenam. Sarah perempuan yang menggali nurani bumi untuk menemukan mata air yang mendamaikan hati dan untuk mengerti arti setiap lekuk cahaya mata sebagai isyarat hati walau sepertinya ia tak pernah mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi dengan kenanganku.

Hari-hari serasa memburuku bertanya padaku tentang waktu dan pada pertanyaan yang sama ia juga menanyaiku tentang rindu, kapan yang terdengar memaksaku untuk menjawab pada waktu manakah aku akan mencintai Sarah anehnya aku tak mampu sedikitpun berbicara untuk menjawabnya.

Sekarang aku bekerja dan mapan di salah satu perusahaan tekstil dan Sarah bekerja doble sebagai tenaga pengajar pada salah satu universitas swasta dan juga pada sebuah RSJ didaerah yang berdekatan dengan dimana ia mengajar karena dari sebelumnya ia telah bekerja di RSJ itu. Hidup kami berkecukupan Sarah mengatur semua keuangan kami dengan sangat baik dan bijak.

Namun kami masih belum dikaruniai seorang buah hati, aku dan Sarah selalu berdoa dan berusaha agar Tuhan akan menyempurnakan kebahagiaan keluarga kami dengan hadirnya sibuah hati, abah dan umi pun tidak tinggal diam dengan masalah kami mereka selalu menyarankan kami ini dan itu agar kami lekas memiliki buah hati, Pernah pada suatu malam yang gerimis setelah sore harinya ia dan aku pergi keseorang dokter yang ahli dibidang reproduksi manusia aku mendengarnya merintih pada Penciptanya memohon dan berkata,

”Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang aku memohon dengan segala kehinaan hambamu ini Ya Allah…aku mohon Engkau lahirkan keturunan-keturunan suamiku ini hanya dengan rahimku karena sungguh hambamu ini sangat mencintainya sebagai malaikat tak bersayap yang akan membawa hamba terbang menuju surga yang engkau janjikan Ya Allah..namun jika hambamu ini tak pantas…hamba mohon pertemukanlah suamiku dengan wanita yang akan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya…Amin”. Aku mendengarnya diantara suara gerimis yang ringkih hatiku perih karena aku masih merindukan wanita yang selalu menyambutku dengan senyuman dipintu gereja padahal aku telah memiliki istri yang benar-benar mencintaiku.

Sarah selalu bercerita tentang salah satu pasiennya diRSJ, bahwa salah satu pasiennya itu tidaklah gila seperti anggapan yang melekat pada salah satu pasien tersebut ia terus mengungkapkan kekagumannya pada pasien tersebut aku tak mengerti apa yang Sarah ceritakan namun memang aku tidak selalu perduli dengan orang gila dan juga Sarah juga sering bercerita tentang macam-macam pasiennya yang lain.

Suatu hari ia mengajakku membeli beberapa peralatan shalat dan busana muslimah yang berkain lebar juga cadar dikomplek pertokoan itu ia juga membeli beberapa buku islam yang ringan tulisannya, aku sedikit heran karena semestinya ia tidak terlalu perlu dengan semua barang-barang itu ketika ditanya ia malah menciptakan semacam teka-teki didalam kepalaku. Setelah semua ia dapatkan ia mengajakku ke RSJ tempatnya bekerja, langsung saja aku beralasan ini itu agar niat mengajakku ke RSJ diurungkannya, Sarah mengimingin aku akan memberi tahu alasan apa dibalik semua barang yang ia beli hari ini namun aku terus mengelak dan akhirnya ia pergi sendiri seperti biasanya namun kali ini wajahnya terlihat pucat.

Aku menjalani hari dengan biasa, sarah membuatkan aku sarapan terbaiku setiap paginya Sarah menyelimutiku setiap malamnya dan ia mencintaiku pada setiap detik hidupnya, aku pun tidak akan membiarkan hal buruk terjadi dengan istriku ini namun sepertinya Tuhan mulai menguji cintaku pada istriku, aku mendapati berita bahwa Sarah pingsan di RSJ dan salah satu pasiennya yang memberitahukan pada petugas lain di RSJ.

Aku memandangi wajah istriku yang lemah tak berdaya kulitnya sedikit terlihat kuning aku terima kenyataannya jika istriku menderita gagal ginjal

Dan pada kenyataan yang lain ada salah satu pasiennya di RSJ yang memberikan ginjalnya untuk istriku memberikanku tanda Tanya besar alam kepalaku, aku sangat ingin tahu siapa orangnya tanpa sedikitpun mengira-ngira siapa orang yang sedemikian ikhlasnya pada istriku.

Aku menunggunya diruangan dokter kemudian bersiap karena pada salah satu penghuni RSJ yang akan menolong istriku datang dan aku harus berterimakasih padanya menjabat tangannya atau bahkan memeluknya. Aku sangat berharap ia dapat mengurungkan niatnya mendonorkan ginjalnya pada istriku, aku masih tidak mengerti mengapa ia mengerti hal yang terjadi pada istriku.

Aku berdiri dan mengintip keluar jendela ruangan dokter, dan ada seorang wanita ditemani seorang perawat berjalan mendekat keruangan dimana aku berdiri saat ini, ia sepertinya mengenakan gamis lebar yang istriku beli waktu itu dan aku makin didera pertanyaan yang tak bisa aku jawab sebelum aku berbicara dengan orang itu. Aku diam dan wajahnya semakin dekat dengan mataku semakin dekat dan dekat

DEG !!! aku rasa aku mengenalnya…

Dan aku rasa hatiku pernah mencintainya, entahlah…

Bersambung….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun