Mohon tunggu...
Bani Sabili Zulkarnain
Bani Sabili Zulkarnain Mohon Tunggu... -

#Humanis #Sanguinis #Optimis #Kritis #Logis #Humoris #Pragmatis #Loyalis #Perfeksionis #Nasionalis #Agamis \r\n@smileportable sebuahperjalanan.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjelma Pahlawan Ala Ibrahim a.s (Episode 1)

13 Mei 2015   08:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431479844981097713

Para prajurit Namrudz sudah menyusun kayu-kayu untuk membakar Ibrahim. Semua orang yakin, Ibrahim akan hangus dan lebur menjadi abu. Bagaimana tidak, tumpukan kayu dan pancang lilitan untuk Ibrahim dapat dipastikan menghasilkan api yang menyalak dan membumbung tinggi.

Di sisi lain, Ibrahim begitu tenang, tak gentar sedikitpun. Keimanannya kepada Tuhannya mengantarkan ketenangan batin yang tak terdefinisi oleh Namrudz dan pengikutnya. Di kala Namrudz telah merasa menang atas Ibrahim, justru Ibrahim tengah berdzikir kepada Rabb-nya seraya memintal jalan keluar yang juga takkan terdefinisi oleh Namrudz, anda, dan saya sekalipun. Disinilah kita akan belajar, bagaimana Ibrahim mencontohkan pelajaran penting yang hari ini banyak dilupakan oleh Muslim di negara ini.

Ibrahim telah terikat di tiang pancang. Para prajurit menyirami kayu-kayu di bawahnya dengan minyak. Tiap pasang mata berdegup menanti momen tak biasa di hadapan mereka. Seorang Ksatria Illahi yang tak lama lagi akan dibakar hidup-hidup di atas api yang mebumbung.

Dan, dilemparlah api itu ke arah Ibrahim. Sontak, api segera menjalak dengan cepat melahap tiap inci kayu-kayu bakar yang ada, hingga cahayanya menutupi seluruh tubuh Ibrahim. Pemandangan yang sungguh menyayat hati dan membuat dada berdegup tak karuan. Semua orang yakin bahwa Ibrahim pasti lebur menjadi debu. Dan Namrudz, ia mulai berfikir pesta macam apa yang akan ia pergelarkan sebagai bentuk kemenangannya atas Ibrahim.

Aura panas di sekeliling api tersebut terasa begitu menyengat, hingga radius beberapa meter. Orang-orang yang menyaksikan mulai berpaling satu demi satu. Hingga, api yang membakar Ibrahim mulai padam. Dan disinilah, sekali lagi, kita diajarkan oleh seorang Ksatria Illahi, Ibrahim 'alaihissalam. Semua pasang mata takjub dan tak percaya atas apa yang mereka lihat saat itu. Sang Ksatria, Ibrahim, masih utuh tak terluka sedikitpun. Ia berdiri dengan gagahnya, seakan berkata kepada Namrudz dan kaumnya, Bahkan api takluk akan ke-Maha Kuasaan Tuhanku, adakah Tuhan kalian sanggup berbuat demikian?

Dan hari itu, Namrudz sadar, Ibrahim-lah, sosok lelaki yang ada dalam mimpinya. Yang kelak akan menghancurkan kekuasaannya. Maka sejak hari itu, sejarah akan mencatat, pertarungan antara iman dan kepercayaan, ketulusan dan keserakahan, pengorbanan dan pembantaian, yang terbela dan teraniaya, antara Ibrahim Sang Ksatria dan Namrudz Si Durjana.

No Pain No Gain, makna kalimat inilah yang diajarkan Ibrahim lewat kisah pembakaran dirinya oleh Namrudz. Tersebab keyakinannya kepada Allah, ia rela mengorbankan dirinya untuk dibakar oleh Namrudz, karena keyakinannya, bahwa sesiapa yang membela kalimatNya, maka Dia akan menyelamatkan. Tetapi, sesiapa yang menantangNya, niscahya Dia akan menimpakan azab nan tak terperi rasanya.

Di titik inilah relevansi itu nyata adanya untuk kita. Kita seringkali mendambakan perubahan ke arah yang lebih baik untuk negeri ini, tapi sejatinya kita melupakan bahwa Allah-lah yang berhak menentukan kejayaan itu tergulirkan di negeri ini atau tidak. Dan Allah memberikan syarat sederhana bagi mereka yang menginginkan hal itu, sesederhana yang Ibrahim contohkan kepada kita, namun konsekwensi logisnya begitu dahsyat. Yakni,perubahan besar hanya diperuntukan bagi mereka yang berani berkorban dengan besar pula. Artinya, sejauh mana kita mengimplementasikan nilai-nilai keIslaman, maka sebesar itu pula-lah Allah akan mengganjar kita.

Insya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun