Di titik ini, sebenarnya secara gamblang bisa dijadikan contoh bagi para pendidik di negeri ini, bahkan pembuat kebijakan di level eksekutif dan legislatif, untuk membuat pola pembinaan pendidikan yang komperhens tidak hanya berdasarkan idealisme dirinya semata, tetapi juga lewat fakta-fakta sejarah yang ada. Dan harus lintas zaman. Celaka jika, sistem pendidikan di negeri ini hanya hasil “Test The Water” yang keobjektifannya tidak jelas malah terkesan provokatif.
Explore The Problems, Find The Sollution, and Fix It
Tatkala Ibrahim semakin bebas menjelajah, serta isu-isu pembantaian anak laki-laki sudah menghilang, maka disitulah kecerdasannya yang masih murni mulai menceruat. Logikanya liar menganalisa, Siapa yang menciptakan gunung? Siapa yang menciptakan langit? Pastilah ada yang menciptakan ini semua. Begitulah pertanyaan-pertanyaan itu berlarian di benaknya.
Di kala siang, ia saksikan Matahari begitu gagah menerangi dunia, dalam hati Ibrahim berkata, sepertinya inilah Tuhan. Namun, ketika malam tiba, Matahari tenggelam dan tertingkahi oleh Bulan, maka ia merevisi pandangannya sebelumnya, itu bukan Tuhan, mana mungkin Tuhan tergantikan. Dan pertanyaan-pertanyaan fundament itu terus menerus bergulir dalam jiwanya, hingga ia berkesimpulan bahwa pastilah ada Tuhan, yang menciptakan semua ini.
Dengan keyakinannya itu, ia mantap dalam menentukan sikap diantara kaumnya, yakni, ia tak sudi tuk menyembah berhala seperti yang dilakukan oleh orang-orang di negaranya. Logika Ibrahim tak memberikan ruang untuk menerima penyembahan terhadap patung yang dibuat dari tangan manusia, kemudian hasil buatan manusia tersebut menjadi sesembahan para manusia yang membuatnya, bahkan ayahanya sendiri adalah seorang pembuat berhala dan ia menyembah patung buatannya. Logika macam apa ini? Mungkin seperti itulah kemasygulan Ibrahim dalam menyikapi kelakuan masyarakatnya.
Karenanya, Ibrahim berdoa, mengadu pada Tuhan yang kala itu masih menjadi tanda tanya dalam dirinya. Ia masih tidak mengetahui siapa Tuhan yang menciptakan ini semua, namun, keyakinannya yang murni telah membuatnya yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan itu ada, dan Ia melihat semua yang kita kerjakan. Dengan keyakinan itulah, akhirnya Ibrahim mengadukan kebejatan kaumnya kepada Tuhan, dan di titik itulah, Allah S.W.T menjawab doa Ibrahim.
Allah S.W.T menjawab pertanyaan-pertanyaan Ibrahim lewat wahyu yang tersampaikan kepadanya. Semua hal yang ia perlukan tuk melengkapi puzzle misteri kehidupan pada zamannya, telah Allah penuhi. Kini, tak hanya keimanannya semakin mantap, Ibrahim pun diangkat sebagai delegasi kebenaran untuk kaumnya. Allah mengamanahinya sebagai Nabi yang memiliki misi membebaskan manusia dari penyembahan-penyembahan terhadap berhala menuju penyembahan hanya kepada Allah S.W.T
Dan disitulah kecerdasan Ibrahim bermain. Ia melakukan observasi terhadap paganisme kaumnya, tentu dengan pengamatan yang sangat teliti. Lantas, ketika data-data itu telah terkumpul, dan Ibrahim a.s mulai merencanakan strategi dakwahnya, maka disitulah Allah S.W.T mendatangkan momen yang jitu untuk menyadarkan kaumnya.
Di hari ketika kaumnya merayakan sebuah hari yang dikultuskan dalam agama mereka, yakni dengan melakukan perburuan di hutan, dan seluruh lelaki diwajibkan oleh Namrudz untuk ikut dalam perburuan tersebut, hanya Ibrahim seorang yang tidak berangkat dengan berdalih bahwa perutnya sangat sakit sehingga ia perlu beristirahat di rumah. Padahal, Ibrahim telah merencanakan sebuah pukulan keras bagi Namrudz dan kaumnya agar tersadar dari kebobrokan keyakinan mereka tentang Tuhan.
Dalam kondisi sepi, Ibrahim mengendap-endap masuk ke ruang pemujaan, tempat Namrudz dan kaumnya menaruh patung-patung sesembahan dan menyembahnya disana. Lantas, Ibrahim menghancurkan patung-patung berhala yang berukuran kecil dan sedang, hingga hanya menyisakan satu patung nan paling besar, kemudian ia meletakkan kapak yang digunakannya untuk menghancurkan berhala-berhala tersebut pada berhala yang paling besar. Dan ia pun keluar dari tempat pemujaan dengan tenang.
Ketika Namrudz dan para lelaki kembali dari perburuan, mereka masuk ke ruang pemujaan dalam keadaan riang gembira tersebab mendapatkan hasil buruan yang banyak. Namun, bukan kepalang tercengangnya mereka, tatkala dihadapan mereka terpampang pemandangan mengerikan, berhala-berhala yang mereka sembah porak poranda. Betapa marahnya Namrudz sehingga ia memanggil ajudannya tuk mencari tahu penyebab ini semua.