Sebuah babak baru dalam era pemerintahan bapak SBY di mulai, seperti sebuah tanyangan sinetron yang ratingnya mulai meredup, Pemerintah yang berkuasa (saya sebenarnya tidak suka memakai kata berkuasa ini -red) menggebrak dengan sebuah episode special dari biasanya, dengan mengganti beberapa pemain dengan artis yang baru. sayangnya jika sinetron semata-mata menggantinya dengan yang disukai publik dan kemampuan akting yang mumpuni (saya ga yakin juga -red) yang dimaksud mumpuni biasanya standar sinetron ialah mampu menghibur dengan gaya elegan dan wajah menawan...biasanya si tokoh dibuat sebisa mungkin sangat menderita hingga bisa menyebabkan banjir air mata di waktu jam tayang primer
Terjadilah pegantian Menteri dan kepala lembaga juga perombakan departemen, entah dengan kebijakannya, karena semua tidak bisa menjajikan apapun hanya berkata yang jelas akan bekerja sebaik mungkin, bahkan ada yang minta waktu satu bulan untuk mengkaji job desknya, harap dimaklumi karena beberapa menteri meamng bukan ahli di bidang kementrianya,
Saya sebagai rakyat sangat berharap ada beberapa perubahan kebijakan yang bisa memajukan rakyat minor dan mikro, minor di kesejahteraan dimana makro untuk miskin nya. Saya berharap beberapa pos kementrian di isi orang yang berkemampuan di bidangnya sehingga kompisisi nya tepat, pas kopinya pas gulanya.....
Gebrakan pertama bapak Presiden kita yang terkenal kalem ialah menambahi wakil menteri yang menurut pandangan saya itu sama saja dengan dirjen atau sekjen atau kepala departemen,sekarang jadi rancu, bapak dirjen atau sekjen atau kepala departremen dan sejenisnya mau lapor ke siapa? bapak wakil atau bapak menteri?. hanya yang saya senangi meamng semua wakil menteri berasal dari kalangan profesional di bidangnya, yang jadinya menurut saya merekalah menterinya...meamng bila di manajmen yang baik wakil menteri ini di fungsikan optimal, bisa jadi terjadi kemajuan pesat dalam program2 pemerintahan ( yang mana program apa saja, saya sendiri sebagai rakyat tidak tahu -red)
Di Posisi Menteri ada beberapa nama yang kejutan, kejutan karena bidangnya bukan karena orangnya, seperti Bp Cicip tidak menjadi kejutan karena golkar-nya tapi menjadi kejutan latar belakang cicip, saya kurang yakin dia berlatar belakang perikanan dan kelautan sebagaimana menteri sebelumnya, padahal di IPB sana banyak sekali pakar kelautan dan perikanan, sebagai salah satu yang mengeyam pendidikan di bidang perikanan saya kecewa, jelas karena bagaimana bisa maju bila urusan perikanan diserahkan pada yang tidak ahlinya,jadilah kemampuan dipertanyakan, apakah karena semata-mata leadership yang bagus atau karena titip menitip dan sebagai muslim yang baik kemudia mempraktekan rasa berbagi?.
Untuk kementerian BUMN saya merasa di sini ada sedikit ngepas, Latar belakang menterinya barangkali di bidang media tapi pengalaman mengurusi perusahaan dan salah satu BUMN sudah teruji dengan baik, walau sampai sekarang saya masih sangsi sama pelayanan PLN terutama di customer service nya, Melihat gaya bapak yang menteri satu ini adalah satu dari sedikit orang yang suka keluar pakem nya,bukan rahasia lagi kalau BUMN kita ga bisa banyak berbicara bahkan beberapa tinggal menunggu waktu saja, semua saya lihat karena pakem BUMN masih seperti pakem pegawai negara yang status quo dan melupakan kemajuan pesat dalam bidang manajemen, betapa tidak bila ditinjau satu persatu BUMN kita miskin inovasi usaha, miskin kemajuan, birokrasi nya gaya manajemen nya kolot sekali, silahkan cek seperti kantor pos, telkom, pegadaian dan beberapa usaha lain, ada yang hanya sekedar jalan, contohlah kantor pos, ketika surat sudah tidak jaman nya lagi, ketika perangko benar2 barang antik,banyak perusahaan jasa pengiriman malah maju pesat, kita lebih mengenal TIKI, JNE, PANDU SIWI ketimbang PT. POS.
Untuk menteri perdagangan sepertinya kompeten, Tapi kita lihat apakah bisa menyeimbangkan perdagangan domestik? bisakah mengatasi import dari negeri luar? ga harus barang2 mahal seperti motor dan mobil, yang murah saja, peniti...bisa ga kalau peniti tidak harus kemasukan barang dari china?
Menteri ESDM, ini harus dijabat menteri yang cinta tanah air banget,harus berani bertindak seperti Alm Khadafi yang menasionalisasikan ladang sumber mineral yang selama ini disedot asing...berani tidak beliau menggebrak presiden dan para wakil rakyat untuk menutup operasional asing dan mengganti dengan operasional yang langsung ditangani negara? saya tidak yakin jujur saja untuk masalah ini kita masih takut sama negara barat itulah jawaban pastinya....
Ya babak baru ini membuat saya banyak berpikir, di tempat perusahaan saya bekerja untuk menggapai standar entry level saja sudah susahnya seperti mau jadi menteri,ada objektifitas yang harus ditepati,ada penilaian kinerja yang terukur dan selalu diaudi....manajemen negara ini sudah kelewat kolot kalau masih memikirkan komposisi hanya berdasarkan berbagi, perlu dicatat walau pemerintahan yang terbentuk karena koalisi negara ini bukanlah milik partai politik tapi milik petani dan nelayan yang hidupnya masih di bawah rata-rata, tercatat di negeri ini yang sejahtera biasanya masih kebanyakan yang bekerja pada perusahaan asing.
Saya banyak berharap pada pemerintahan yang tidak membuat negara ini menjadi asing bagi rakyatnya, menjadi masyarkat manja yang apa-apa tinggal import saja, bahkan untuk peniti saja kita masih import,kita hanya jadi objek konsumsi bukan objek penyedia.
Kalau sudah begini saya memilih banyak-banyak berdoa saja, semoga Allah memberikan kemajuan bagi bangsa ini dengan caraNYA
Pemimpin kita memang baik sehingga segala sesuatu harus dibagi, bukan hanya jabatan, china juga kita bagi, prancis kita bagi juga, Amerika juga banyak sekali dibagi, di jalanan berbagi dengan jepang dan eropa, pendidikan juga sudahmulai berbagi, kesehatan juga begitu...dan entah apa lagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H