Mohon tunggu...
smile king
smile king Mohon Tunggu... -

Ketika Kita LaHiR, Kita menangiS dan dunia berGembiRa. JaLaniLah HiDuP Kita denGaN sedemikian RuPa, suPaya KetiKa Kita MeninggaL, dunia aKan menangiS dan Kita berGembiRa, Karena HiDup Itu Hanya Usaha menjaRing AnGin smiLe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

INDONESIA

14 Desember 2010   18:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cucuran merah kental membasahi bhumi
Meregang nyawa tak kenal ‘tanpa’
Membusung dada bagai Swa Bhuwana Paksa
Adarma bagi tanah tumpah semesta


Isakan tangis derita nestapa

Dibayar mahal dengan tetesan dan cucuran

Dari perjuangan bambu runcing dalam sejarah

Merah putih berkibar perkasa di udara

Layak mereka menyandang Bintang Kartika Mulia

Untuk setiap gerak langkah

Tetes airmata dan darah

Bagi Bhumi Pertiwi Maha Karya

Hasil perjuangan tiada henti para pahlawan bangsa

Dari pergerakan sumbang daya upaya
Dalam meraih fajar serangan di sudut Yogya

Berteriak lantang gagah perkasa

Dalam semangat juang Maha Putra



Jika ada Garuda di dad
a
Kebanggaan segenap jiwa
Haruskah lengser berganti rupa

Hanya karena Aksara dalam kitab pidana


Dulu kala,

Hanya satu tujuan utama,

Merdeka !!!


Tanpa berpikir reformasi atau demokrasi

Tanpa melihat Siapa Raja atau Panglima

Abdi atau rakyat jelata

Satu tujuan untuk nusa bangsa

Dalam bhinneka Tunggal Ika

Meraih sang Saka Berkibar di angkasa

Dalam gempita INDONESIA RAYA


Semua kini nampak percuma

Agustus 45 hanya tinggal kenangan bak cinderamata

Mahabarata – Bharata Yudha

Disusupi kurawa dasamuka

Ber devide et impera

Dari Barat sampai ke timur

Dalam pesisir alam Nusantara



Tak ada lagi arti Darah dalam kesucian

Tak ada lagi arti JATAYU Perkasa

Tak ada lagi LIMA PANCA Berperisai Baja

Tak ada lagi ragam dalam Nusantara


Semua sirna....karena ulah manusia


Jayabaya berkata,

Tentang Satria piningit penyelamat bangsa

Hanya kata kata syair belaka

Yang tak kunjung membawa ambarukma

Bagi Bumi pertiwi tercinta

INDONESIA

Sewaktu demi sewaktu
Mengalun dalam desiran pasir yang menderu

Menanti Aruna bersinar di ufuk timur

Walau kabut menutup pekat

Tapi ruas ruas harapan dalam impian

Anjaya dalam hati lubuk sanubari

Walau sampai anumerta dalam nisan kalibata





Ini bangsaku
Ini Negeriku

Ini Tumpah darahku

Ini Bhumiku

Ini Hidupku



Tak bisa kupungkiri rasa asmaradahana

Dalam Atma dan Atmaja

INDONESIA Tanah Pusaka

INDONESIA Tanah Nan Jaya

INDONESIA Tanah Air Beta



INDONESIA.

By smile, 15 Desember 2010









Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun