Mohon tunggu...
Sapto Anggoro
Sapto Anggoro Mohon Tunggu... Lainnya - Pedagang

Semesta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasih Menuntun Hidup Kita

6 September 2024   09:40 Diperbarui: 1 Oktober 2024   13:52 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Poster Bagus Suratya

Pengenalan Diri Menumbuhkan Kesadaran

Hidup kita berasal dari Allah karena itu tujuan perjalanan hidup kita ini juga menuju kepada asal hidup kita yaitu Allah. Kita ini milik Allah. Allah lebih dulu mengenal diri kita. Kita diundang dan diijinkan mengenal diri kita melalui roh budi yang disematkan dalam diri kita. Roh budi ini menuntun hidup kita dalam kesadaran diri kita. Kesadaran ini merupakan buah pengenalan diri kita untuk hidup sesuai dengan kebenaran.

Iman adalah sesuatu yang tak terlihat namun dapat kita rasakan kuasanya. Pengetahuan akan iman ini memberikan tuntunan kita mengenal lebih dalam akan Sang Sumber Hidup kita. Kerakusan manusia menghalangi pengenalan lebih dalam akan Allah. Dalam keadaan apapun yang kita alami kasih Allah senantiasa bersama kita bahkan dalam kesulitan hidup kita. Allah bahkan lebih dahulu memahami, menyapa kita dan menopang kita di saat saat kita membutuhkan pertolongan. Kasih Allah kita dicurahkan kepada kita bukan karena jasa baik kita, justru oleh kasihNya kita dimampukan melakukan kebaikan. Kasih Allah sempurna bagaikan matahari memberikan terangnya bukan untuk dirinya sendiri namun memberikan terang kepada siapa saja.

Pengenalan diri kita juga mengarahkan pengenalan akan Sang Sumber Hidup kita. Dalam diri manusia memiliki dua dimensi yang berbeda yang membentuk diri kita. Yang satu bersifat roh dan yang satunya lagi berwujud daging. Keduanya terhubung dan menyatu menjadi diri kita. Kita dapat mengenali siapa diri kita dengan menerima diri kita apa adanya. 

Kita menyadari ketidaksempurnaan diri kita. Ketidaksempurnaan ini terlihat saat kita dapat mengalami munculnya berbagai keinginan yang terjadi secara tidak terduga dan tidak teratur. Kita sering menghadapi banyak peristiwa yang spontan dan kita sering tidak siap merespon dengan baik saat mengalaminya. 

Meski demikian kita dapat memahami keinginan spontan ini adalah salah satu bentuk kejujuran, apa adanya diri kita. Saat kita mengenal diri kita maka kita tidak mudah kagetan, tidak mudah gumunan, tidak mudah aleman dan tidak mudah getunan terhdapa apapun yang kita alami.

Kebaikan Buah Dari Kesadaran

Kita sering mengalami peristiwa yang terjadi yang tidak kita duga dan tidak kita rencanakan. Sering kali peristiwa terjadi tidak seperti yang kita bayangkan atau harapkan. Kita menjadi bertanya-tanya mau dibawa kemana kita ? Apa yang dapat kita lakukan ? Inilah saatnya bagi kita untuk semakin mengenal diri kita sendiri. 

Kita menyadari bahwa ada terang dan gelap yang ada dalam diri kita. Budi kita terhubung dengan Sumber Terang yang menyinari kegelapan yang menyelimuti diri kita. Kesadaran ini mendorong kita dapat melakukan kebaikan yang dituntun oleh terang budi kita. Kebaikan yang dapat kita lakukan menjadikan kita mengenal diri kita sebenarnya. Kebaikan ini bagaikan terang yang menyinari kegelapan diri kita. Kebaikan merupakan buah kesadaran dari proses pengenalan diri kita.

Kenapa hidup sehari-hari penting ? Hidup sehari-hari penting karena kita bisa bertumbuh dan berbuah selama masa hidup kita ini. Kita mengalami proses hidup yang kita terima dan jalankan dalam kesadaran kita. Kita mengalami perkembangan saat bisa menyadari kebiasaan sehari-hari kita. Kita menjadi bisa karena biasa. Kita belajar hidup sederhana. Kebiasaan memudahkan kita melakukan sesuatu. Saat kita membiasakan berpikir yang baik, maka kita bisa melakukan kebaikan. Saat kita membiasakan hidup yang jujur, maka kita diarahkan kepada kejujuran. Kebiasaan hidup kita membentuk diri kita.

Orang Lain Adalah Saudara Kita

Mengenali diri kita sendiri bukan berarti kita menjauh dari hubungan dan pergaulan dengan orang lain. Justru semakin kita mengenal diri kita, kita juga semakin mengenal dan mudah berinteraksi dengan orang lain. 

Bagaimana itu bisa terjadi ? Orang lain adalah wujud refleksi diri kita. Kita tidak hanya menerima kebaikan-kebaikan orang lain sebaliknya kita justru sungguh berterima kasih kepada orang lain saat kita menerima kritikan, teguran, penolakan atau lainnya yang kurang enak kita rasakan. 

Kenapa ? Ini merupakan proses pengenalan diri kita, kita menyadari ketidaksempurnaan diri kita. Kita diingatkan kembali menerima diri kita apa adanya dengan Kasih. Kasih yang akan memberi pertumbuhan hidup kita. Kasih adalah senjata yang paling sakti, karena kasih tidak membunuh kita namun kasih itu memberi kita hidup.

Saat kita mengenal diri kita, kita memurnikan jiwa kita dengan menerima diri kita apa adanya. Kita melepaskan keinginan berlebih, kerakusan yang menempel mengotori jiwa kita dan menghalangi pandangan jernih hati kita. Sikap menerima diri kita ini ternyata membentuk sikap yang sama untuk menerima orang lain apa adanya. 

Diri kita dan orang lain sebenarnya memiliki kesempatan yang sama untuk bertumbuh bersama, saling melengkapi satu dengan lainnya sebagai saudara yang tinggal di bumi, rumah kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun