Mohon tunggu...
Wara Iswandari
Wara Iswandari Mohon Tunggu... Guru - Love God, Love Myself, Love Others

Seseorang yang suka membaca, pengalaman baru dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Sunbaenim

12 Juni 2020   09:34 Diperbarui: 12 Juni 2020   09:39 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Haruskah aku berteriak kencang ?

Haruskah aku menangis?

Ketika semuanya nyata terpampang

Garis takdir itu telah nyata

Membawa perpisahan yang tak terelakkan

Setiap jengkal kenangan terurai kembali

Satu persatu mengharu biru hatiku

Dekade seakan hilang dalam satu hari

Terhenti  dalam hitungan detik

Jalan berbunga telah terlewati

Jalan berduripun telah terlewati

Sosok tegar bagai karang berdiri tegap

Berjalan menjauh dari jalanku

Aku dalam kesendirianku

Menapak jalan dengan hati remuk redam

Tanpa manisnya pengertian

Aku dalam keluhanku

Berbicara dengan kekosongan udara

Tanpa sosok yang mendengarkan

Kesendirian  seolah nyata berputar di mataku

Ilusi kehampaan menghampiri dengan senyum lebarnya

Tulangku seolah lepas dari tubuhku

Mencair seperti coklat dalam secangkir air hangat

Ketidakberdayaan melawan takdir

Menghisap seluruh dayaku

Akankah ada pertemuan kembali ?

Ketika perpisahan itu telah terjadi

Bertemu untuk berpisah

Kesadaran hakiki kenyataan hidup manusia

Tak ada yang abadi di dunia fana ini

Ketulusan hatimu telah menghiasi hitamnya hari

keanggunanmu menambah satu arti dalam keindahan

Kebijaksanaanmu mampukan aku melihat dunia dari sisi berbeda

Kelemahanmu menandakan kemanusiaanmu

Aku hanya bisa berdoa untukmu

Tetaplah berjalan dalam kebenaran

Membawa sukacita dalam kehidupanmu

Bergeraklah maju dengan kepastian

Tiang awan dan api yang melindungi

Yogyakarta, 5 November 2019

Note :

Sunbaenim  (Korea): sebutan untuk senior yang dihormati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun