Mohon tunggu...
Sondang malau
Sondang malau Mohon Tunggu... guru -

Guru di salah satu SMP di Kabupaten Padang Lawas, SUMUT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berpikir Sekali Lagi sebelum Cerai

28 April 2015   22:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:35 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena kawin cerai bukan hal yang jarang lagi terjadi sekarang ini. Ada yang baru menikah beberapa bulan saja sudah bercerai atau ada yang sudah puluhan tahun menikah dan sudah memasuki usia uzur kemudian bercerai.

Kalau anda sering melihat perilaku artis mengenai kawin cerai, maka itu adalah perilaku yang sudah biasa bagi mereka. Malah ada beberapa artis yang setelah cerai menikah kembali dan tidak lama kemudian sudah bercerai kembali. Kalau alasannya saya kira tidak usahlah dibahas, berbelit-belit. Dan tentu saja kedua belah pihak memiliki alasan masing-masing.

Jika saja mereka menikah dan kemudian bercerai tetapi belum memiliki anak mungkin kita tidak terlalu menghiraukan hal itu. Tetapi kalau sudah memiliki anak dan bercerai bagaimana perasaan kita jika kita berada pada posisi si anak. Apakah kalau mereka ditanya tentang setuju atau tidak dengan perceraian orang tua mereka? Saya kira jawabnya tidak.

Di daerah saya ada juga yang seperti itu, kedua orang tuanya bercerai sejak anaknya lahir. Sejak masih bayi hingga sekarang si anak berumur 3 tahun 4 bulan dibesarkan oleh ibunya dan tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Maka suatu saat ketika berkumpul bersama dengan ibunya pada suatu acara, si anak mengatakan begini,

“Ma …. Bolehkah papa si Lili jadi papaku ma?” Dia Tanya ibunya ketika dia melihat temannya senang bersama ayahnya. Dan ketika ibunya terdiam dan tidak bisa menjawab apa-apa. Si anak kemudian berkata,

“Aku mau papa Lili jadi papaku ma…..”

Mendengar ini saja rasanya hati terasa teriris betapa beratnya ketika masih anak-anak seperti itu tidak pernah bertemu dan dipeluk oleh ayahnya sendiri. Sementara dia melihat kawan-kawannya senang bermain-main dengan ayah mereka sehingga sampai-sampai dia ingin menjadikan ayah kawannya jadi ayahnya sendiri.

Terkadang betapa mudahnya para orang tua memutuskan bercerai ketika suatu masalah terjadi dalam keluarga mereka tanpa memikirkan anak-anak mereka. Itu egois namanya hanya memikirkan diri sendiri. Bila hanya mereka saja yang berpisah itu bukan masalah tetapi bagaimana dengan anak-anak. Anak-anaklah yang menjadi korban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun