Masyarakat Dayak Kanayatn merupakan salah satu dari sekian banyak suku Dayak di Kalimantan Barat yang berdiam di wilayah Kabupaten Landak, Sebagai masyarakat adal masyarakat Dayak Kanayatn dalam berperilaku selalu berpedoman pada hukum adat. Meskipun mayoritas telah memeluk agama Katolik dan Protestan tetapi kami masih melaksanakan aturan adat yang disebut adat Kanayatn.Â
Bagi kami agama tidak bertentangan dengan adat karena kami berpendapat bahwa orang Dayak mempunyai adat dan agama tidak menentang adat sehingga keduanya bisa dilaksanakan secara beriringan, Bagi orang Kanayatn yang telah memeluk agama terutarna Kristen dan Katolik, religi tradisional dengan segala upacara adatnya adalah merupakan bagian dari adat. Jika saat ini kami masih melakukan upacara persembahan di tempat pemujaan, itu merupakan bagian dari adat bukan agama.Â
Pada garis besarnya, hukurn adat pada masyarakat Dayak dibagi 2 yaitu adat yang berkaitan dengan kematian dan adat yang berkaitan dengan upacara kehidupan.Â
Adat yang berkaitan dengan hajat kehidupan (disebut adat beliatn betidok) meliputi upacara pengobatan, membayar nazar kehamilan, kelahiran, mernberi nama anak, kawin baulakng( mengulang perkawinan karena pengantin sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum mendapatkan keturunan sehingga dengan dilaksanakannya baulakng pasangan tersebut berharap segera rnendapatkan keturunan dan rezekinya lanear.Â
Kawin baulakng memerlukan biaya yang besar karena harus memotong 4 ekor babi serta upacara yang berkaitan dengan kegiatan pertanian/perladangan seperti baburukng, nabok panyugu, naik dango (upacara ucapan syukur panen padi), dan balala (kegiatan yang dilaksanakan setelah panen padi,sebagai kegiatan untuk meminta perlindungan kepada Jubata/Tuhan dan menghindari dari berbagai penyakit.Â
Dalam upacara ini tidak boleh keluar rumah membunuh hewan, menerima tamu, menghidupkan musik dan mematahkan daun menebang pohon) yang berkaitan dengan kematian meliputi upacara kematian, notokng atau pemberian sesajian pada roh dan pembuatan pantak (membuat patung kayu perwujudan manusia).Â
Kalau pada jaman duhulu kami meluksanakan ritual kematian sesuai dengan adat  tradisional bahkan sampai membuat patung pantak, tetapi sekarang upacara yang berkaitan dengan kematian tidak dilaksanakan sepenuhnya seperti dulu dan tidak ada lagi pembuatan pantak. Hal itu karena waktu dan biaya yang diperlukan untuk upacara terlalu besar Pada hari tertentu, terutama hari besar adat seperti masa balala menjelang naik dango, upacara pemberian makan kepada roh (Notokng) masih sering dilakukan, tetapi dengan cara yang lebih sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H