Mohon tunggu...
SYIFA LIMIA
SYIFA LIMIA Mohon Tunggu... Politisi - Seorang perempuan yang pernah berasumsi bahwa hidup adalah kutukan

Jangan tua tanpa cerita~

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hai Firdi! Apa Kabar?

20 Februari 2020   12:08 Diperbarui: 20 Februari 2020   12:11 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*sinta: sinta sering dipanggil sinte atau kim sin ta. Dia penggila oppa oppa plastik. Amat fanatik dengan boy band BTS. Favoritnya adalah menonton drama korea saat jam pelajaran. Sering tidak mandi demi menyeleaikan satu judul drama korea. Sinta termasuk pada golongan orang yang makan banyak tapi tidak pernah gendut.

*syifa limia: nama rimba nya tunggul. Dia pecinta alam, aktif di organisasi, ketua pecinta alam. Tidak punya mata alias petet. Pemburu senja, sama kalo dapet pacarselalu ganteng. Gak pernah ada yang gagal. Hidup sendiri di bandung. Ibu bapak nya ada di negri jiran. Anak kost yang selalu miskin kalo akhir bulan.

* cinta: ya every people say dia lekong. Cowok yang tomboy. Hahaa cinta adalah atlit karate, handalan sekolah. Di rumahnya banyak mendali. Cinta ditinggalkan oleh ibunya 5 tahun yang lalu. Tinggal bersama ayah dan kakak nya tentara yang tampan.

*ririn: aku sering panggil dia oongi atau iing. Iing adalah satu satunya orang yang berbeda kelas. Iing anak ips. Tapi sering gabung sama kita kita. Iing adalah dancer. Bertubuh mungil. Namun piawai berbahasa inggris.

Kami kompak, bila satu tidak mengerjakan tugas. Semuanya tidak akan mengerjakan. Kita paling dicari oleh guru saat akhir semester. Karena tak jarang tugas tugas yang kita kumpulkan tidak pernah lengkap. Kita selalu menjadi perbincangan hangat di ruang guru. Bahan untuk para guru ngobrol kalo jam istirahat. Kita juga sahabat guru BK dan kesiswaan. Karena kita penyumbang kaos kaki paling banyak untuk kesiswaan. Kita mempunyai dua markas besar di sekolah. Selain uks juga ada warung batagor om darwis. Sering mengadakan rapat penting untuk memberi pelajaran berharga bagi anak anak di sekolah ini yang kita rasa mengganggu. Bukan melabrak, hanya memberi pelajaran.

Terakhir kita mendatangi adik kelas yang diduga sering menggunjingkan kita. Kami dapat laporannya dari teman sekelasnya. Kalian jangan sangka kita hanya berani pada dede gemes saja. Kami pernah mendatangi kakak kelas juga. Karena dia menyangka aku mendekati pacarnya. Kami bukannya so jagoan. Tapi kami memegang teguh prinsip. "keberanian itu tidak diukur dari usia. Selagi kita benar, jangan pernah takut. Maju terus pantang mundur" itu yang membuat orang lain segan pada kami. Dibalik kita yang seperti ini kita juga orang yang humble, kami punya cukup banyak teman. Bahkan di luar sekolah sekalipun.
                                                                             ***
"hah?" kompak semua berbarengan membuka mulut heran.
"kenapa? Salah ya?"  ucapku polos.
"bentar, kan katanya mau ngikutin jadi kaum jomblo. Kok sekarang malah pacaran sih?" ucap icey
"aduh ini mah ganteng euy, jadi gak tega mau nolak nya juga hehee" kataku
"tau dari mana diaganteng asu?" timpal sinta
"dari foto lah" kataku angkuh
"giliran aing pacaran kencan buta di hujat. Lah ini malah ngikutin lagi"  tire ikut nimbrung
Tire benar. Dahulu aku amat mencibir orang yang menjalani kencan buta. Kalian tau kencan buta? Kencan buta adalah hubungan yang hanya dari media sosial atau kita pacaran tapi belum pernah bertatap wajah. Tapi, setiap orang berhak munafik. Bukan? Dan aku akui aku harus menjilat ludah ku sendiri. Sialan!
"jadi, gimana? Apa masalahnya?"  hanya icey yang antusias dengan ceritaku.
"nah itu, dia gamers guys. Kayanya gila game nih. Dia sering ninggalin chat aing. Karena mabar game moba analog " jelasku
"sia pasang aplikasi game nya biar pacar sia sama sia bisa mabar. Terus pacarannya di game deh. Goals ga tuh?" saran dari wawa membuat aku berpikir.
"tapi masalahnya aing gak suka game euy" aku tidak tertarik sama sekali pada game.
"ohh aing ada ide su buat sia" celetuk icey
"kan si tire main game moba itu tuh. Nah, sia bisa liat pacar sia lagi on game atau engga lewat akun si tire" nice dude. Brilian.
"re, bantuin aing yakk!!" bujuk ku pada tire
Dan tire memberi jempol. Isyarat meng-iya kan.
Aku meminta id game pacarku, firdi. Dan ku berikan pada tire.
Firdi adaalah kencan buta ku yang pertama. Firdi tinggal di pusat kota bandung. Sedangkan aku di bandung bagian lainnya. Kita hanya beda kabupaten. Tapi aku amat ragu untuk bertemu dengan firdi, takut nantinya firdi tidak bisa menerima ku. Firdi bersekolah di smkn 7 bandung. Rumahnya di lengkong gede. Ingat sekali. Firdi pecinta motor klasik. Dan dia amat jatuh cinta pada gunung.
Dia satu angkatan dengan ku. Firdi puitis. Romantis. Dan humoris. Benar benar tipe ku. Firdi berhasil mematahkan ekspektasi ku mengenai kalimat "belum ketemu kok udah sayang?" dan aku bersyukur. Aku jadi mengetahui bahwa aku mencintai firdi bukan karena fisik apalagi materi. Bagaimana aku mencintai dari fisiknya? Aku saja belum tahu firdi itu nyata atau semu. Bagaimana aku mencintai materi nya? Berkabar saja hanya lewat chating whatsapp. Kalian tahu? Firdi juga satu satunya lelaki yang pernah aku buatkan puisi. Puisinya begini...

Judulnya: firdi
Karya: reza eka andini
Aku bingung mau panggil namamu
Kalau aku panggil fir, aku takut orang menyangka namamu itu kafir
 kalau aku manngil nama kamu dii, nanti orang nyangka nya diimana
 kamu adalah ambigu
 kisah di bulan april ku
 Teruntuk firdi yang jauh disana
 tetap menjadi firdiku.
Hari ini, besok dan sampe bulan depan aja
 kalau masih mau nanti aku perpanjang ya haha
                                                                                            ***
"gimana? Ngapain aja sama si firdi semalem?"
"ga ngapa ngapain, firdi baru pulang dari cikuray. Pas malem cuman diajak makan doang sama jalan-jalan" jelasku pada mereka
Akhirnya keberanianku cukup terkumpul untuk berani menemui firdi. Kemarin malam aku menemuinya. Dan aku rasa aku makin jatuh cinta. Aku menemui firdi dengan naik kereta ke bandung. Dia tidak bisa menjemputku katanya, karena dia baru pulang dari pendakian nya di garut, cikuray. Amat teringat percakapan ku diatas kuda besi nya "kau tahu ndin? Kenapa ku namai vespa ini vebi astuti?"  aku menggeleng tanda aku tak tahu.
"vebi astuti itu singkatan yang artinya. Vespa Biru Asli TUjuh TIlu( vespa berwarna biru asli tujuh tiga) "
"Kenapa kau beri nama demikian?" tanya ku heran
"sebelum vespa ini berwarna hitam, karena restorasi. Vebi berwarna biru tua. Orsinil nya begitu. Ibu ku memberikan vespa ini karena aku berhasil masuk smk favorit. Dan kata 'tujuh tilu' adalah tahun lahir vebi. Yang aku tahu vespa seperti vebi ini dikeluarkan pada tahun 1973. Vebi harus nya sudah memiliki anak kalau dia perempuan hahaa" jelasnya jenaka.
"vebi malah lebih tua darimu ya fir?"
"iya, dan kadang aku merasa berdosa karena aku menduduki yang lebih tua dari usiaku"
Kita saling diam.
"ndin?"
"hmm?"
"aku kira kamu mati karena aku yang belum mandi"
"hahaa tidak fir, eh ngomong ngomong kenapa kau lebih suka motor tua dibanding motor motor yang ada saat ini?"
Dia nampak sedang berfikir "kau tidak suka kubonceng naik vebi ya ndin?" suara nya merendah
"eh tidak fir, tidak. Aku malah suka, selain bentuknya lucu. Aku jadi bisa lebih dekat denganmu. Tempat duduku amat dempet denganmu, demikian kau kupastikan tidak akan terkena angin malam" aku memeluk tubuh firdi dari belakang.
"aku suka vebi karena aku terbebas dari tilangan polisi di simpang dago yang suka uang, juga aku mendapatkan vebi dengan penuh doa dan usaha, asal kau tahu. Masuk smk ku sangat susah apa lagi untuk orang tidak punya dan oon sepertiku. Akan mudah jika kau seorang anak orang kaya. Meskipun kau oon sepertiku, uang akan mempermudah urusan mu di kota seperti bandung ini" kupastikan firdi orangnya berpemikiran terbuka, pandai berbicara, dan rendah hati.
Akhirnya kita sampai di salah satu cafe di bilangan antapani.
Aku memesan susu kocok, dan tidak makan. Kau tahu? Aku tidak bisa memegang sendok dengan benar. Jika aku makan. Firdi akan mengetahui kelemahan ku yang satu ini.
Firdi memesan susu kocok juga. Dengan seporsi kentang goreng. Kami memutuskan untuk duduk di dekat panggung live music. Menikmati hiruk pikuk kota bandung di malam senin ini. 5 mei berakhir indah. Ditambah alunan lagu dari fiersa besari-april.
Firdi bertingkah konyol, dengan sesekali memasukan 3 kentang goreng ke dalam lubang hidungnya. Aku tidak merasa jijik. Tidak sama sekali, aku hanya trtawa. Apalagi saat firdi naik ke panggung dan ikut nernyanyi lagu april dari fiersa besari. Suaranya buruk, amat buruk. Semua orang bersorak sorai menertawakan tingkahnya, tapi aku tidak. Entah mengapa, itu yang membuat aku jatuh cinta padamu. Firdiku.
Kita hanya dapat berbincang sebentar di tempat itu. Hanya sekitar satu jam lebih 17 menit. Dan itu adalah menit berharga dalam hidupku.
Di jalan pulang aku dikejutkan dengan tingkah unik firdi yang lainnya. Dia tiba tiba membuka slip on nya dan menyuruhku memegangi sepatunya itu sejajar dengan telingaku. Kita bernyanyi bersama, dan aku tanya.  Mengapa jalan pulang nya nampak lebih jauh daripada saat kita berangkat.
"aku masih ingin bersamamu, makanya aku ajak kamu berkeliling dulu. Kalau kau sadar, kita sudah melewati tempat ini sebanyak 3 kali ndin" usaha yang bagus, aku tidak sadar sama sekali.
"ajak aku pulang ke kostan temanku fir, kita tidak akan mati besok kan? Jadi, masih banyak waktu lain yang dapat kita habiskan. Tapi tidak hari ini, hari ini sudah akan berakhir" dia memacu vebi menuju tempat yang aku arahkan
 Firdi tidak mengantarkanku pulang ke rumah. Tapi ke kosan temanku yang jaraknya hanya satu blok dari rumah firdi. Sebelum aku ke sini aku menghubungi temanku, ucil namanya. Jangan tanya padaku siapa nama aslinya. Walaupun aku sudah lama berteman dengannya, aku tidak pernah mengetahui nama aslinya siapa. Yang jelas ucil adalah wanita tangguh satu tahun lebih muda dariku. Dia terpaksa putus sekolah karena alasan ekonomi, dan sekarang dia bekerja di salah satu toko distro di jantung kota kembang.
Aku turun dari motornya, "besok aku akan antarkan kamu ke stasiun. Bagaimana?" aku tertarik pada tawarannya. Tapi aku sudah lebih dulu  berjanji pada ucil bahwa aku akan pulang dengannya besok pagi. "tak usah fir, kau nampak lelah. Beristirahatlah. Hari ini cukup panjang. Trerima kasih atas tawaranmu" jika aku pulang dengan firdi, lantas ucil bagaimana? Masa iya aku harus naik motor dengan firdi sementara ucil naik angkot, bukankah ucil sudah cukup baik dengan menawarkan tidur di tempatnya? Tidak. Aku tidak boleh egois.
"ya sudah, istirahat lah kamu kencan buta ku" aku tersenyum dan melambai. Sampai aku hilang di balik pintu. Ahh tuhan, berikan aku umur hingga pertemuanku berikutnya.
Pagi harinya,
Aku dibangunkan ucil. Aku akan pulang.
Aku tengok room whatsapp firdi yang aktif pukul 2 dini hari. Kurasa dia bergadang dan sekarang tengah tidur. Ku kirimi pesan bahwa aku akan pulang.
"ka, ntar kita beli bubur dekat stasiun pokoknya enak deh!" ajak ucil padaku
"di traktir sama yang baru gajian ya!!" ucapku pada ucil dan ucil meng-iyakan.
Angkot jurusan alun-alun-stasiun membawaku pada tujuan ku. Aku turun dan berjalan di trotoar. Kalian tidak akan percaya apa yang aku temukan. FIRDI!
Aku mengenali motor itu. Dan walaupun orang itu tidak menampakan wajahnya. Aku tahu itu firdi. Memakai kaus putih dan celana pendek, sandal capit dan dua lembar kertas di tangannya. Aku menyentuh pundaknya
"fir?"
"akhirnya kamu datang ndin, aku kira aku harus membeli tiket lagi. Yu kereta jurusanmu sudah datang"
"tunggu,sejak kapan kau disini?" aku heran karena sekarang belum jam 6 dan sejak kapan dia disini?
"entah, aku sempat ketiduran tadi disini. Nih" dia menyodorkan dua tiket kereta. Ucil bengong.
"ini untukmu, dan satu lagi untuk ku" jelasnya
"lah aku gimana?" kata ucil
"aku mendapatkan benda ini di loket sebelah sana. Kamu bisa dapatkan ini dengan cara yang sama" ucil nampak cemberut dan menuju loket tiket.
"maksudnya tiket ini untukmu apa? Kau akan ikut denganku? Ke padalarang?"  ia nampak menunjukan raut wajah sedih. Dan mengangguk.
"tidak fir, kamu tidak boleh ikut" kataku.
"tapi kemarin malam kau bilang kita bisa habiskan waktu berdua hari ini"
"kau tidak menangkap maksudku. Kembali kerumah dan bergegas sekolah fir"
"tapi ndin.."
Suara bel kereta membuat aku kaget. Dan segera memasuki pemeriksaan tiket
"okey, kita sepakat. Aku tidak akan ikut denganmu. Tapi biarkan aku mengantarmu sampai gerbong kereta. Setidaknya aku pstikan kamu mendapat  tempat duduk. Bagaimana?"
Aku menjulurkan tangan tanda setuju. Firdi ikut masuk di pemeriksaan tiket, ikut masuk ke dalam gerbong kereta kelas ekonomi ini. Tapi berbalik badan saat aku sudah duduk.
Keluar gerbong dan melambai. Kereta melaju. Dan aku harus merindu, lagi.
"gila, sweet banget. Dapet darimana cowok kaya gitu anjir"
"dia kok bisa nerima sia sih su?"
"eh kok dia manggil sia 'ndin' sih?" nah itu yang ingin aku bahas.
"saat pertama dia nanya nama. Aing jawab nama aing reza eka andini, dan dia boleh panggiln aing eka atau asu kaya kalian manggil aing"
"terus terus?" mereka nampak penasaran
"dia bilang mau manggilnya andin aja. Biar beda. Lagian kalo manggil eka kaya nama  cowok. Kalo manggil asu, ntar dibilang toxic lagi"
"bener juga"
                                                                                         ***
"selamat hari jadi 7.776.000 detik bareng aku ndin" pesan indah di tanggal 8 juli ini.
Pagi pagi aku terima sebuah paket dari seorang kurir. Aku tanya dari siapa. kurir itu menjawab dari hamba allah. Paketnya sedikit berat, terbungkus kardus dan agak keras. Kurasa isinya selusin piring dari hadiah detergen. Namun... ah aku buka saja lah. Ada alamat pengirim nya. Dari kota bandung!
Betapa kagetnya aku mendapati sebuah celengan tanah liat berbentuk babi berwarna merah jambu. Siapa yang mengirimiku benda seperti ini? Oh tunggu ada sebuah kertas. Bertuliskan.
"hai andin, aku pig baby. Selamat menabung. Aku adalah celengan rindumu yang baru. Cintai aku sebagaimana kamu mencintai pengirimku" aku sedikit curiga tadi pada firdi. Dan pasti ini darinya. Hahaa firdi, firdi.
Ku bawa dia ke sekolah, kutunjukan pada teman teman ku. Dan mereka terkagum.  
Di 3 bulan ini aku merasa makin dekat walau berjarak.  Firdi, indahnya kita saat itu.
Pulang sekolah aku mendapati, pesanku tak dibalas. Padahal, dia online. Naluri ku sebagai perempuan mendorongku untuk memencet tombol 'panggilan suara' dan, betapa kesalnya aku membaca 'firdi sedang ada dalam panggilan lain'
Dan itu berlangsung cukup lama 3 kali aku telpon tetap begitu. Entah apa yang saat itu aku rasakan. Rasanya aku ingin menelpon tire, ingin bercerita mengenai firdi yang sedang telponan lama itu. Namun hal aneh ku dapati di room panggilan tire 'tire sedang berada di panggilan lain' apa setiap orang tengah saling telponan?
Aku ketik pesan pada firdi "lama amat nih yang telponan, telponan sama siapa?" firdi sontak membalas. Berdalih bahwa ia sedang menelpon temannya membicarakan tentang planing muncak bulan ini. "Aku minta bukti kamu telponan dengan temanmu. Ss room panggilan mu" aku yang tidak biasanya seperti ini tiba tiba ingin menjadi se posesif ini. Firdi mengirimkan sebuah gambar screenshot tengah telponan dengan temannya bernama adit dengan durasi 3 menit sekian detik.
Muncul chat dari tire, bahwa dia meminta maaf tadi dia sedang telponan dengan alif teman sekelasku, membicarakan perihal tugas. Katanya.
"firdi, aku bukan bocah kelas 2 smp yang bisa kamu bodohi, kalaupun aku bodoh. Semua ini tidak masuk logika. Tadi aku menelponi mu sebanyak 3 kali dan kamu masih menelpon dengan orang itu. Bagaimana mungkin di screenshot itu kau bertelpon hanya dalam waktu 3 sekian menit"
Firdi lantas marah padaku dengan dalih aku jadi selalu membesarkan masalah kecil. Salah kah aku?
                                                                             ***
Hari demi hari, aku jadi kehilangan sosok firdi yang ku kenal, yang padai merayu saat aku merajuk. Tapi kini semuanya bagaikan karma. Jadi firdi yang sering merajuk dan aku yang sering merayu. Kalaupun aku yang merajuk, daripada dia merayu ku, dia lebih senang meninggalkanku dalam keadaan marah. Dan memilih bermain game, lagi.  
Firdi yang sekarang jadi lebih banyak berbohong, tapi masih bisa aku toleransi. Selagi itu bukan tentang perempuan, aku masih bisa memaklumi. Aku amat bersyukur, karena firdi bisa ku pegang kesetiaan nya. Dia tetap memilih aku yang sederhana dari pada meladeni mantan mantannya atau perempuan baru yang mencoba mendekatinya.
Sampai suatu ketika...
"gila gak tuh, udah tau guru killer. Masih aja suka bolos jam pelajaran hahahaa" semua tertawa saat kami memutuskan untuk bolos jam pelajaran guru kimia.
"apa yang bikin kalian males belajar kimia?" tanyaku
"ngebosenin" kata sinta
"ngantuk" ucap alysha
"pusing" celetuk wawa
"guru nya ga asik anjir" iing yang berkoar
"sia anak ips anjir ga belajar kimia bngsat" kataku sambil menggetok kepala iing.
"kalo lagi ngumpul gini gausa main hp re, lagian so sibuk banget jadi jomblo" icey menyinggung tire yang dari tadi fokus dengan ponselnya.
"siap salah maaf. Nih hp nya di kumpulin lagi biar ga main hp terus aing nya" tire menyimpan hp nya di tengah. Kami punya kebiasaan, bila sedang berkumpul dilarang bermain hp. Sepenting apapun yang ada di ponselmu, bila kamu sedang berkumpul dengan temanmu itu akan membuat kita terasa berjauhan walaupun raga kita berdekatan.
"pindah markas oy, guru piket mau ngecek uks!!" seru seseorang dari luar
Saat akan berdiri, telepon tire berdering. Suatu panggilan dari seseorang tak asing dari fotoprofilnya. Firdi? Wajah tire nampak kaget. Icey menyikut ku tanda memberi tahu. Tire cepat cepat mengambil ponselnya. Dan kami bergegas ke kedai batagor om darwis.
                                                                                     ***
"aku tidak akan lembek padamu fir, sekarang aku ingin bertanya padamu" ucapku dalam telepon.
"lagi tanggal nya ya sayang, marah marah terus nih"
"tidak fir, aku sekarang kehilangan dirimu. Dirimu yang dulu"
"ndin ayolah jangan seperti ini. Apa lagi? Mengungkit lagi? Atau kenapa?"
"kamu fir, kamu"
"aku kenapa sayang. Jelaskan"
"kamu kenapa menelpon tire saat kamu tak berkabar denganku?"
"menelpon tire? Hah kapan? Ngaco kamu ndin" ingin ku memarahinya.
"kalau kau salah. Baiknya kau akui. Jangan berdalih" suaraku kini bergetar
"aku makin tidak paham ndin. Tak paham apa yang kau ucapkan"
Aku tahu dia sedang berbohong. Namun aku hanya ingin dia mengakuinya saja.
"akui, lalu aku memaafkanmu. Atau terus berbohong hingga aku memaksamu untuk jujur. dan jika kamu pilih pilihan kedua kurasa kau tahu apa res..."
"iya, aku akui ndin aku menelpon tire siang itu. Kau puas?"
"brengsek kamu fir!" isak tangis ku meledak
"agar apa?" sambungku
"berhenti menangis ndin, lalu hukum aku. Maafkan aku, lebih baik kau hukum aku daripada aku harus mendengarmu menangis"
"aku tahu semuanya fir, baiknya kau akui saja" saat itu sebenarnya aku hanya akan memancing firdi. Aku tidak benar benar tahu mengenai apa yang firdi sembunyikan. Namun lagi lagi naluri wanita ku mendorongku untuk memancing firdi dengan cara begini.
"aku bodoh ndin, harusnya aku tidak teleponan dan membohongi mu kala itu." Suara penyesalan itu mendorong air mata ku menyeruak menyusuri pipiku.
"perjelas fir, aku tak paham" nada suaraku terisak
"seperti yang kamu tahu. Aku menelpon tire saat itu. Dan membicarakan tentangmu, aku sering bermain game dengannya saat kamu marah. Maafkan aku ndin"
Tak ada yang bisa aku ucapkan kecuali 3 kata "bajingan, kita putus!!" ku tutup telepon dan aku mengurung diri di kamar.  Aku memacu sepeda motorku menuju rumah cinta, sore harinya. Cinta adalah jarak terdekat ke2 setelah rumah tire. Namun aku tak mungkin menceritakan semua ini pada tire. Aku takut tire akan meng iyakan penjelasan firdi tadi.
"aku ngerti rasa kecewa kamu. Tapi, langkah kamu meninggalkan firdi sudah tepat"
Aku tertunduk lesu.
"kita sudah mau 3 tahun berbarengan eka, percaya tire tidak seburuk itu"
"cin?" air mataku terjun
"apa ka?"
"aku tinggalin firdi karena aku gamau kehilangan tire sebagai sahabat, apa aku salah. Aku salahkan firdi?" tanyaku menyesal
"yang salah adalah dirimu ka" suaranya terputus
"kau yang dari pertama memberi celah untuk tire dan firdi berkomunikasi. Kau juga yang membiarkan mereka jadi seperti ini" lanjutnya
"ini semua salahku? Tapi tadinya aku memberikan kepercayaan itu karena aku percaya tire tidak akan begitu cinn"
"tire dan firdi juga memiliki campur tangan salah yang lebih besar darimu. Firdi tau tire sahabatmu. Dan tire juga tahu firdi kekasihmu" jelas cinta
Aku terisak di pangkuannya.
"kita adakan rapat akbar besok. jangan khawatir. Semuanya akan baik baik saja"
                                                                                         ***
Syifa membuka rapat ini di mabes batagor om darwis. Tire sepertinya sudah tahu apa yang akan diceritakan. Matanya nampak berkaca kaca. Begitu pula aku.
"sok su" syifa mempersilahkan aku untuk menjelaskan ini semua pada mereka.
"maaf re, aing kira selama ini kita temen"
"denger dulu su. Aing telponan bukan ada maksud seperti yang sia kira" ucapnya
"bukan maksud aing menghakimi nih ya. Secara etika, sia ga pantes buat sekedar chattan sama firdi dibelakang si asu re. Dimana otak sma harga diri sia?" ucap icey penuh emosi
Ternyata yang lain sudah tau.
"kalian cuman gatau apa yang aing omongin sama si firdi tentang si asu" jelasnya membela diri
"apapun alesannya, apapun yang sia bicarain. Sia ga pantes chatan bahkan telponan sama pacarnya temen sia sendiri"  wawa yang berbicara. Semua kaget. Sejak kapan si lemot jadi cerdas gini?
"oke gini, si firdi tadinya mau ke gunung bendera yang disini. Deket sini kan? Dan si firdi mau sambil ketemu si asu. Si firdi nyerita katanya si asu sekarang jadi berubah apa karena LDR? Firdi nanya gitu. So, aing kasih saran supaya dia nemuin sia. Ngajak muncak bareng. Pakek kejutan kejutan gitu su. Jangan salah paham" tire menangis, "aing tau aing salah. Ini demi sia su. Maafin aing" tire nampak amat menyesal.  "aing mutusin si firdi demi sia re. Aing gamau pertemanan kita rusak hanya karena hal bodoh kaya gini. Re, lain kali sia jangan gini. Ini ngerusak kode etik tau ga"
Tire menangis tak henti. Kurasa ini cukup. Cukup membuat dia menyesal. "aing cuman mau sia maafin aing su. Udah itu aja"
"aing bisa maafin sia re, bisa banget. Tapi buat sekarang aing gabisa"
Rapat ditutup.
Semua orang kembali menyuruhku untuk balikan dengan firdi. Ini bukan sebuah kesalahan. Hanya sebuah kesalah pahaman.
Kalian harus tahu, aku orangnya pendendam. Dan aku tidak bisa melupakan kesalahan seseorang sehari duahari.
Dua, tiga hari firdi sering mengirimi ku untuk mendengarkan penjelasannya. Namun aku tak mau membuka pesannya. Di status media sosialnya. Nampak dia amat terluka karena keputusanku. Namun, bukannya aku yang disini tersakiti. Aku akan membuka pesan firdi jika hati ku sudah baik baik saja.
Dan itu berlangsung berminggu minggu.
                                                                                   ***
Aku harus bangkit, walau aku sudah memaafkan tire dan firdi aku tidak bisa balik lagi dengan firdi. Selama sendiri, aku banyak dikenalkan dengan berbagai lelaki oleh teman teman ku. Mereka kasihan karena aku selalu menyendiri dan nampak murung semenjak kehilangan firdi.
Aku mencoba menyibukan diri dengan berorganisasi. Seperti saran dari syifa. Aku mengikuti karang taruna. Dan disitulah aku bertemu dengan panji, panji adalah ketua karang taruna di desaku.
"inget ga ka? Dulu kita satu TK" Mana aku inget lah anjir
"wah iya? Masa sih jii" aku anggota karang taruna yang baaru, namun semua heran. Mengapa aku didekati oleh nya? Kata teman teman ku. Panji itu anak orang tajir, gak pelit. Aku pernaah bertemu dengan ayahnya, dan penampilannya biasa saja. "justru itu yang bikin orang- orang suka sama keluarganya, mereka kaya tapi sederhana" bla bla bla. Aku tak perduli dengan latar belakangnya. Tapi boleh juga tuh, panji kan ganteng.
Aku sudah berbaikan dengan tire, nyaris layaknya tidak ada masalah sebelumnya.
Tire sering mengajaku untuk makan nasi goreng atau bahkan hanya nongkrong di mini market langganan.
Aku sudah sembuh dari terapi ku yang tanpa firdi. Saat aku membuat status. Firdi mengomentari nya "hai din, apakabar?" aku jawab dengan baik baik saja.
Firdi mulai bertanya ke arah yang lain, dan aku jawab sewajarnya. Seringkali dia bercanda mengenai indahnya kita dulu. Dekatnya panji disampingku, bukan membuat aku jatuh hati. Melainkan hanya untuk pengobat hati. Dan kini firdi kembali, mendekati lagi. Aku sering bercerita pada teman teman ku perihal ini dan mereka hanya menjawab "kalo sakit hati lagi, gausa curhat. Telen aja sendiri!!" hhaahaaa siap kataku.
Tire jadi sering mengantar aku bertemu dengan panji, dan tire pernah bilang bahwa aku jadi lebih ceria, dibanding saat dengan firdi.
                                                                         ***
"diajak balikan gamau ya. Kalo diajak ketemu mau gak yaaa"  suaranya di telepon pagi hari
"boleee hayu, kamu bawa vebi mu dan aku bawa si papu" kataku
"sambil ada yang akan aku bicarakan" katanya
"hah?"
"sebuah pengakuan yang mungkin akan membunuhku ditangan mu, sayang"
Aku terdiam. Sudah 3 hari firdi selalu berkata bahwa ada yang ingin dibicarakan.
"ndin? Aku jemput dimana?"
"oh tidak perlu, aku akan bawa motor. Kamu tunggu aku di pasteur. Nanti kita touring berdua" tadinya aku akan nongkrong sama teman teman ku seperti icey,wawa, dan yang lainnya di tempat makan cepat saji. Tapi aku urungkan karena aku ingin bertemu firdi. Yang kedua kali.
                                                                     ***
"aku sudah di pasteur, pinggir vio hotel. Kamu masih dimana?"
"bentar aku masih di gunung batu. Tunggu aku." Suara telepon ku matikan. Aku tak suka membuat orang lain menunggu.
Dan aku gas pol si papu. Matic 155cc ku. Saudara si vebi.
Aku sudah melihat firdi dari kejauhan. Naik si vebi dengan wajah baru. Berwarna biru.
"haiii vebiii"
"kok nyapa si vebi sih?!"
"habisnya si vebi jadi biru sih, jadi lucu!"
"aku kira si vebi harus pada kodratnya. 'vespa biru' bukan vespa hitam"
Aku memacu si papu menuju salah satu kedai kopi di bilangan dago pakar. Aku dan teman teman ku pernah kesini. Kurasa tempatnya comfort buat ngobrol dan ngopi sore.
Kami, aku dan firdi suka sesuatu yang outdoor maka dari itu aku memilih meja diluar.
"capucino satu, susu kocok satu" ucap firdi pada pelayan.
"roti bakar keju susu, sama kentang goreng" sambung ku
Kita sudah saling paham satu sama lain. Kita tau kesukaan masing masing.
"masih jomblo aja nih yee" celetuk firdi.
"pusing pacaran mah, disakitin mulu"
"kita jadi kaku gini kaya kanebo kering ya ndin. Anadai aja waktu itu aku ga bertingkah bodoh. Mungkinn..."
Aku tutup mulutnya,
"ada apa yang ingin kamu omongin fir" aku malas jika harus berbincang perihal masa lalu
"aku ingin meminta maaf.."
"atas?"
"perlakuan ku padamu, lagi" aku tersentak kaget. Maksudnya apa? Lagi?
Aku tak sanggup berbicara dan hanya bisa mengangkat satu halisku
"ya, biar aku jelaskan..."
Pelayan membawa makanan. Dan kuucapkan terimakasih.
"biar kulanjut, aku melakukan hal kotor selama aku dekat denganmu. Pasca kita putus. Aku telah memacari temanmu. Ndin."
Kalimat yang dia ucap. Lagi lagi berhasil mengiris relung hati ku. Harusnya aku tahu semua ini akan terjadi.
Air mata menetes, deras. "tunggu, jangan menangis ndin. Aku bisa jelaskan.." ku gebrak meja ,aku menggeleng,dengan air mata. Tak percaya, kejadian sebenarnya benar benar terjadi.
"bajingan!" aku meninggalkan firdi yang duduk dengan segelas susu kocok, capucino, roti bakar dan kentang goreng yang belum aku sentuh sama sekali. Firdi mengejarku.
Hingga ke parkiran, dia memeluk erat tubuh ku. Aku mencoba melepaskan.
" ku kira kau menyukai kejujuran. Aku ingin bersamamu lagi ndin. Makannya aku jujur. agar kau nantinya tidak kecewa"
"lepaskan aku firdi!!!!"
"nggak akan ndin, aku mencintaimu"
"kalau kau cinta aku, tak akan kau berperilaku menjijikan dengan cara memacari  temanku sendiri"
Aku menangis kian kencang.beruntung suasana kafe tidak ramai.
"sudah ku putuskan dia demi kamu ndin"
"lepas anjing!! Sia gak lebih dari sebuah benalu pengganggu!!!"
Aku menaiki si papu dengan terburu. Dengan isak tangis. Aku menyusuri jalanan kota bandung. Pikiranku kacau. Tak disangka tak diduga, sulit ku percaya.
"diiiiiiiiidddd.....!!!!!" klakson mobil dari arah kiri mengagetkanku. Nyaris aku mati terlindas sedan putih karena melamun. Sore indah kota bandung seolah larut bersama kesedihanku. Awan hitam menggumpal, mengutuk sepasang mantan dan teman yang telah melakukan pengkhianatan. Bangsat!
Perjalanan pulang terasa amat jauh. Aku tak mau pulang dalam keadan begini. Aku butuh teman teman ku. Tunggu, bukankah mereka sedang ada di luar? Sedang di restoran cepat saji ? Aku harus menemui mereka dan membuka busuknya topeng teman mereka.
Ku parkirkan motor dan melihat mereka tengah bercengkrama dengan si bangsat.
Tak pikir panjang aku langsung ambil kerah baju nya dan aku hantam pipi nya.
"naon anjing?!" si bangsat nampak tak terima ku perlakukan demikian. Yang lain memisahkan.  Membela si bangsat yang berlagak so' polos. Padahal sikapnya amat menjijikan.
"kick si tire atau aing nu kaluar!!"
"santai, ada apa ini oy"
"tanya sama si bangsat ini. Aing pamit"
Saat aku menjauh semuanya riuh bertanya. Aku pulang dalam keadaan tidak baik.
Dan hanya satu peraduan ku. Panji!
                                                                                  ***
"tadi kamu hantam apanya?" kata panji
Panji berhasil menenangkan ku. Memberi nasihat bahwa menangis itu sebenarnya baik. Asal tidak berlebihan
"pipi nya ji"
"hebat, hebat pisan. Kalau ada aku. Aku bakal jadi suporter kamu ka. Soalnya biasanya cewek kalo berantem kan saling jambak jambakan. Ini kamu mukul. Hebat" aku tertawa.
Aku dikejutkan dengan kehadiran si  bangsat manusia biadab, diiringi kehadiran alysha.
"kenapa sia ke sini? Mau ngapain sia lagi sa. Mau belain si anjing ini?" ku lihat panji bersorot mata tajam melihat dua orang temanku
"aing mau jelasin ka" suaranya lirih. Sama persis dengan suara dan air mata saat dia meminta maaf padaku di awal.
Dia berbicara sambil menangis, aku tak mendengarkannya. Hanya satu yang ku tangkap darinya. Saat di bagian "kamu harusnya bersyukur, saat aku mulai mencintai firdi. Layaknya kamu. Firdi malah meninggalkanku dengan alasan masih sayang sama kamu ka. Firdi hanya menjadikan aku pelampiasan. Dan sial nya aing jatuh di zona pelampiasan itu" tak aku dengar. Ku hujamkan sebuah pukulan tepat di hidungnya.
Sejak saat itu tire tidak ikut bersama kami. Padahal aku sudah bilang, ini urusannya personal. Bukan kelompok. Jadi, dia masih bisa bermain atau bolos dengan mereka. Tapi tidak dengan aku.
Yang akhirnya tire mengundurkan diri dari kelompok kami. Dia keluar tanpa paksaan. Tanpa perintah dan tanpa suruhan dari siapapun. Mungkin dia sudah sadar. Sudah mikir. Dan sudah beli otak di warung nasi padang untuk menggantikan otaknya yang hilang entah kemana.
                                                                                       ***
Firdi, aku sudah menemukan cinta yang sebenarnya. Bukan panji, kisahku dan panji juga harus kandas karena aku tahu bahwa panji juga mempunyai pacar. Dan aku memilih menjauh, jika aku lanjutkan dengan panji saat itu. Apa bedanya aku dengan si biadab tire? Aku belajar tentang harga mati kesetiaan. Tentang perihnya pengkianatan. Tentang berengseknya percintaan.
Dan apa yang terjadi pada tire setahun belakangan ini? Aku tidak pernah bertegur sapa dengan nya. Walaupun kita satu kelas. Kalau aku satu kelompok dengannya aku memilih keluar saja. Lebih baik bekerja sendiri daripada harus sekelompok dengannya.
Aku sudah tidak seperti bocah ABG yang harus memblokir kontak mantan. Aku lebih suka tetap menyimpannya. Firdi harus tahu. Aku bisa bahagia tanpamu. Aku tidak pernah melupakan firdi secara utuh. Di ponselku masih banyak fotoku dengan firdi. Karena pada dasarnya kenangan itu bukan untuk dipaksa hilang, melainkan untuk diambil pembelajarannya.

Kamus:
Aing: aku/ dalam bahasa sunda kasar
Sia: kamu atau anda/ dalam bahasa sunda kasar
Biadab: tire&firdi
Sialan: tire&firdi
Brengsek: tire&firdi
Bajingan: tire&firdi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun