Mohon tunggu...
SYIFA LIMIA
SYIFA LIMIA Mohon Tunggu... Politisi - Seorang perempuan yang pernah berasumsi bahwa hidup adalah kutukan

Jangan tua tanpa cerita~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mesum di Gunung?

17 Februari 2020   01:04 Diperbarui: 17 Februari 2020   01:10 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah kita ketahui, semenjak tayangnya film 5 cm yang disutradarai oleh Rizal Mantovani pada 2012 silam yang menceritakan tentang pendakian ke puncak mahameru yang merupakan gunung tertinggi Jawa, bersama 5 sahabat 2 cinta dan mimpi yang mengubah segalanya. Membuat banyak orang mulai berbondong-bondong untuk naik turun gunung. Mulai dari usia muda hingga usia tua sekalipun.

Kini, banyak sekali orang yang mengaku dirinya sebagai pecinta alam padahal yang sesungguhnya mereka cintai hanyalah potret dirinya bersama alam. Semakin banyak orang yang bercumbu dengan alam, semakin banyak pula kerusakan alam yang terjadi. Berbondong-bondong naik turun gunung bukan lagi untuk mencari ketenangan dari penatnya kota, melainkan untuk berlomba-lomba mencari sensasi dengan memenuhi tuntutan instastory tanpa peduli dengan kelestarian alam yang seharusnya tetap terjaga. Mulai dari sampah yang berserakan, pohon yang di tebang dengan sembarang, pembuatan api di tempat terlarang, bahkan perbuatan asusila sering di lakukan oleh oknum-oknum yang menyebut dirinya seorang pecinta alam.

6 hari yang lalu, tepatnya 11 februari 2020 telah tersebar vidio penggrebekan pasangan yang sedang bercinta di salah satu gunung. Penggrebekan tersebut dilakukan oleh beberapa orang pria yang tampak ingin mempermalukan pelaku dengan cara membuat kebisingan dan mengundang masa agar berdatangan ke TKP. Pelaku wanita sempat memohon untuk tidak dipermalukan, namun penggrebekan tetaplah penggrebekan. Naasnya selimut yang dikenakan wanita itu untuk menutupi tubuh bagian atasnya ditarik paksa agar terbuka oleh penggrebek.

Disini yang akan saya soroti adalah "pelaku penggrebekannya bukan pelaku pembuat tindakan asusila". Saya sama sekali tidak membenarkan perlakuan yang sangat tidak terpuji itu. Namun saya pikir privasi tetaplah privasi, selagi tindakan tersebut dilakukan di tempat yang privasi (tenda) kenapa kita yang repot?. Saya sangat salut kepada pemuda yang penuh keberanian dan percaya diri untuk memberantas tindakan asusila di gunung, jika penggrebekannya memakai etika. Coba saja kalau bisa sedikit memanusiakan manusia dengan cara menegur baik-baik. Tidak perlu kan kita memaksa pelaku wanita agar memperlihatkan auratnya pada masa yang berdatangan dan kamera yang ada digenggaman?, tindakan yang sangat memalukan.

Sebagai manusia kita memang diwajibkan untuk saling mengingatkan. Namun kita harus ingat bahwa seburuk apapun kesalahan yang telah dibuat oleh manusia, wajib hukumnya untuk kita tetap memanusiakan manusia. Mengingatkan itu boleh, merasa paling benarlah yang diharamkan. Biasakan untuk saling menjaga perasaan dan tetaplah saling mengingatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun