Contoh paling pait kita sudah lihat sendiri di zimbabwe. Super inflasi yang mencapai ribuan persen dinegara itu membuat belanja sayur aja mesti bawa  duit berkarung karung. Kalau sudah begini apa bagusnya dapat bunga deposito 30 % ?
Perlu kita ketahui secara umum naik turunnya suku bunga pinjaman akan sejalan dengan suku bunga tabungan. Maka kalo bunga naik tinggi deposan Bahagia, pengusahanya Bengeeeek..
Rata – rata perusahaan besar Indonesia membukukan keuntungan 15 – 25% dari modal setahun, malah banyak yang dibawah. Naah kalau keuntungan cuma 15%, sementara modalnya minjem bank bunga 20%, yang ada tekooor semua perusahaan besar di Indonesia, pada gulung tikar.
Diplanet bernama bumi ini Indonesia tidak sendirian kawan, kompetisi untuk usaha dengan produk mancanegara sangatlah tinggi. Negara – negara maju memiliki bunga yang sangat rendah. Kondisi yang mendukung para wirausaha, bukan deposan.
Dan kalau kita Indonesia tidak mau kalah, setidaknya bunga pinjamannya juga harus kompetitif donk, supaya dapat bersaing dengan negara lain
Daripada jadi Zimbabwe, pusink ngitung duit berkarung – karung tiap kali mau beli sayur, lebih baik kita meniru Korea selatan. Kita lihat  bagaimana tren suku bunga Korea Selatan terus turun sejak 1981 sejalan dengan semakin terkendalinya inflasi
Maksudnya ?
Tren turun nya deposito di Korea memberikan dampak positif GDP per capita Korsel terus meningkat. GDP per capita maksudnya pendapatan rata – rata masyarakat korea setahun. Bila ditahun 1981 GDP per capita hanya USD 4800 atau 5 jutaan rupiah perbulannya. Sekarang penghasilan masyarakat Korea rata – rata 27 jutaan sebulannya