GILA... Â medan yang dilewati ternyata lebih menantang, harus nyemplung di kali, meniti dahan pohon yang hanyut, dan tentunya landscape lebih indah. Hanya butuh waktu 20 menit saja untuk sampai di curug lawe. di musim penghujan ini debit airnya lebih deras, bulir yang terbang lebih mirip seperti kabut, kamera hape saya selalu basah dalam hitungan detik sampai tidak bisa mengmbil gambar dengan layak.
Curug Lawe (photo by Dhanang)
Curug lawe, dinding tebingnya  berbentuk oval, hampir setengahnya muncul lelehan air. Banyak sekali gelondongan batang pohon berukuran besar dan bebatuan licin seukuran televisi 21 inci yang mengonggok di dasar air terjun. Melihat kondisi tersebut, saya tidak berani untuk berada lebih dekat, sekedar jaga diri saja, karena alam itu abu-abu, susah untuk diprediksi. dan satu lagi "JANGAN NEKAT MANDI DI BAWAH AIR TERJUN!".
Teman kantor saya bertanya "entuk opo? Apa yang saya dapat?"
Bhahaha saya hanya tersenyum, padahal saya sudah 5 kali main kesini, namun setiap perjalanan ada saja hal baru, tantangan baru, dan tentunya cerita yang berbeda. Bayangkan saja Gunungpati - Curug lawe pergi pulang, jalan kaki sekitar 9 jam dengan jarak tempuh 26 kilomenter dalam guyuran hujan dan lutut shock gara-gara terjerbab saat maling buah wuni di kebun cengkeh.
Saya sampai tepok jidat sendiri dan pengen tepok jidat si dhanang, wetipo, dani dan toni!, kok ya jalan kaki! Â bhahaha. Namun bagi orang yang menikmati perjalanan dengan selangkah demi selangkah, Â Curug lawe dan Curug Benowo benar benar jadi candu, bakalan muncul rasa kangen untuk berkunjung kembali.
Salam olahraga
@slamsr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H