Manajer band Efek Rumah Kaca, kala itu, Yurie mencoba metode baru bersama Pandai Besi untuk memasarkan musik melalui crowdfunding atau pendanaan oleh khalayak.
Dilansir dalam Jakarta Post, Pandai Besi menerima pesanan di awal yang bisa diakses di situs website mereka. Orang-orang dapat berpartisipasi mendukung band dengan cara memesan rekaman proyek album dan merchandise eksklusif untuk mendanai proses rekaman dan mewujudkan rekaman proyek album Pandai Besi. Â Pada Februari 2013, sebuah proyek crowdfunding dimulai. Keterlibatan dana publik dalam rekaman ini, menurut Yurie dibatasi paling lambat 19 Maret 2013.
Rekaman album penuh pertamanya dilakukan di studio rekaman Lokananta yang legendaris itu di Surakarta, Jawa Tengah. Sebagai perusahaan rekaman/label musik pertama di Indonesia yang berdiri tahun 1956 di Solo, Lokananta pernah mengalami zaman keemasan memproduksi piringan hitam dan kaset. Nama Lokananta sendiri diberikan oleh presiden pertama kita, yang artinya "gamelan di kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh".
Pandai Besi terinspirasi untuk melakukan sesi rekaman di sana. Sembilan lagu dari album pertama dan album kedua Efek Rumah Kaca dimainkan oleh Pandai Besi dan direkam secara live di Lokananta, 9-12 Maret 2013. Hasilnya akan dirilis dalam bentuk piringan hitam, kaset, dan CD. Sekalipun menurut Cholil dalam Soleh Solihun Interview, Efek Rumah Kaca dan Pandai Besi waktu itu tetap harus menyewa dan mengangkut alat musik dari luar Lokananta. Karena alat di Lokananta kurang sesuai digunakan untuk rekaman. Patungan kala itu dibuka mulai dari Rp 60.000 sampai Rp 10.000 dengan rewards yang berbeda-beda. Namun, nama semua pendukung tercantum di CD, juga foto semua pendukung ditampilkan di website www.efekrumahkaca.net.
Menurut berita yang ditunkan Provoke Online, pada 2 Agustus 2013, Kamis tanggal 1 Agustus, Pandai Besi resmi menutup crowdfunding, dan sekaligus menggelar konser rilis album mereka yang bertajuk Mini Konser Daur Baur. Penggalanan dana ini sukses, dan menurut Felix Dass, dalam Jakarta Post, lebih dari 600 partisipan bergabung dalam kampanye penggalangan dana ini. Beberapa dari mereka bahkan bersedia menyumbangkan uang lebih untuk memesan album dalam bentuk vinyl.
 Penginisiasi, Partisipasi, Transparansi
Patungan, urunan, kolekan, iuran, galang dana, crowdfunding punya makna yang sama. Namun ternyata bentuknya bisa berbeda. Ada penggalanan dana untuk sosial, ada juga untuk kepentingan politik, serta yang menarik adalah album musik. Bahkan negeri kita berdiri atas dasar patungan para Raja-Raja yang ada di bumi Nusantara. Ketika penggalanan dana itu jelas, rinci, transparan, urgent keperluannya, maka di sana selalu ada yang pertama menginisiasi, dan muncul partisipasi. Nilai-nilai gotong royong ini tak boleh lepas. Karena memang kepribadian bangsa dan warisan leluhur. Tentu masih banyak lagi yang harus saya ceritakan tentang konsep 'patungan', juga masih ada beberapa contoh yang Saya temui nilai-nilai kolektif lainnya di desa, dan di tempat lain.
Kalau kalian ada hal serupa yang bisa dibagikan?
Â
_
Sumber: