Angka yang didapatkan cukup besar, yakni menyentuh angka Rp 147 miliar. Sayangnya angka sebesar ini hanya digunakan untuk kepentingan kampanye seperti iklan, promosi, menaikkan elektabilitas, membuat event politik. Andaikan uang tersebut bisa dialokasikan kepada kebutuhan yang lain seperti di ranah sosial, ataupun membangun fasilitas publik untuk anak muda, atau membantu yang lain. Tapi kan itu dana kampanye, jadinya uang yang mereka dapatkan ya mungkin memang untuk masalah kampanye sendiri saja.
Sebetulnya ada contoh lain, namun Saya memutuskan untuk memilih contoh penggalangan Jokowi-JK saja karena dirasa paling besar jumlahnya yang diterima.
Kenapa ya publik bisa turut berpartisipasi dan menerima konsep penggalanan dana oleh para elite politik, khususnya Jokowi-JK, dalam kasus ini?
Menurut analisa gembel Saya, mungkin waktu itu, Jokowi dianggap bagian dari rakyat dan yang paling bersih track recordnya sebagai pemimpin. Tidak aneh-aneh selama menjabat Walikota dan Gubernur. Dan sebagaimana kita tahu bahwa biaya politik didesain sangat tinggi. Butuh modal yang besar. Ketika publik mengetahui permasalahan biaya politik tinggi dan dihadapkan pada sosok Jokowi yang lempeng dan transparan. Publik pun menaruh harapan dan percaya saja kepada Jokowi. Ibarat seperti kita menyumbang untuk memilih presiden yang kita mau. Sehingga ketika terpilih ia tak boleh macam-macam.
Akhirnya, publik pun mulai cepat bergerak dan berpartisipasi. Relawan mulai turun dijalan menggalang dana. Urgensinya ketika dana cepat terkumpul, Jokowi bisa gunakan itu untuk menjalankan kegiatan kampanye. Publik yang sudah mengenal Jokowi menginginkan hal itu. Sehingga Jokowi bisa dikenal lebih luas lagi di daerah-daerah lain yang belum mengenalnya. Tujuannya agar lebih banyak yang mengenal dan memilih Jokowi sebagai calon presiden yang berasal dari rakyat.
Patungan untuk Rekaman
23 Februari 2013.
Jauh dari penggalangan yang kita temui seperti bencana, kemiskinan, kampanye rakyat yang sudah Saya sebutkan dan jelaskan sebelumnya. Ada hal menarik yang berkaitan dengan galang dana dan kaum muda.
Sekitar enam tahun lalu, Pandai Besi, band asal Jakarta ini akan rekaman. Pandai Besi menyebut dirinya sebagai kolektif musik yang merupakan spin-off dari Efek Rumah Kaca. Pandai Besi adalah proyek baru yang digagas dari rasa kebosanan personil Efek Rumah Kaca yang dirasa membutuhkan penyegaran. Bersama anggota tambahan dan nama baru, Pandai Besi mencoba bersenang-senang dengan menempa lagu-lagu lama Efek Rumah Kaca dengan interpretasi baru, menyuntikkan warna segar yang berbeda dari patron biasa.