Mohon tunggu...
SLAM Indonesia
SLAM Indonesia Mohon Tunggu... Penulis - Media Anak Muda

SLAM kepanjangan dari Suara Laras Anak Muda. Membawa suara dan narasi skena-skena anak muda di Indonesia dan cerita sejarah republik. Melalui medium tulisan dan audio (podcast). Dengan harapan melahirkan 'ruang diskusi' untuk anak muda. Kunjungi podcast kami di Spotify (SLAM Indonesia) spotify:show:2umh8SLetO9aUtkGIfKFGL

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pemuda dan Potrait Sebuah Negeri

5 Maret 2019   23:22 Diperbarui: 7 Maret 2019   11:11 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuhan menciptakan desa-desa.
Manusia yang membangun kota-kota.

Di kota manusia menciptakan imajinasinya.
Agar ketika pulang, terbangun ingin berbuat apa.

Pemuda-pemudinya pun banyak yang berhilir mudik.
Berjuang agar dirinya menjadi yang paling terdidik.

Aku berpesan, identitas terlebih dahulu jangan sampai hilang.
Karena identitas adalah modal awal kita dimasa mendatang.

Mari mulai melihat kembali desa lebih tepat dan dekat.
Meski sudah pintar, tetap mau turun melebur dengan masyarakat.
Jangan kita berpura-pura seolah tak melihat.
Narasi orba sekian puluh tahun nyatanya masih saja melekat.

Mereka itu pernah berlagak peduli tentang desa, namun yang dibangun fasilitas alakadarnya.
Mereka sebetulnya lupa atau sengaja lupa, bahwa membangun manusia adalah perkara keberlangsungan.
Bukan program yang ujungnya hanya sebatas sebuah laporan.

Kita tak lagi mencari yang paling tau.
Tak juga mencari yang mana yang paling jauh merantau.
Yang dibutuhkan adalah sebuah kesadaran.
Bahwa negeri ini pernah berada di puncak kejayaan.

Jika tak sanggup membangun tanah impian, tolong jangan hilangkan semangat 'kerja kolektif' yang sudah lama menjadi kepribadian dan bagian kekuatan.

Kini kita ada, di era, yang di kota belajar tentang desa,
Yang di desa menerima apa yang di bawa dari kota.
Agar tak ada lagi 'jarak' diantara kita semua.
Toh tujuan akhirnya kan tetap bergerak untuk bangsa.

Saya akan selalu ingat bahwa ada seorang Rijal Tanmenan yang membangun masyarakat nagari melalui seni dan budaya.

Tuan Tigabelas, melalui musiknya, berpesan supaya 
kemanapun kita pergi selalu jelaskan akar kita dari mana.

Ada juga Ketjilbergerak dari Yogyakarta.
Yang menggagas konsep Sekolah Kota Sekolah Desa.

Sebetulnya masih banyak lagi cerita pemuda-pemudi 
hebat di luar sana.
Hanya saja kita gengsi untuk menoleh dan belajar dari mereka.

Ini adalah potret sebuah negeri.
Yang akan dihinggapi oleh bonus demografi.
Pemuda kota, pemuda desa hendaknya sesegera mungkin saling mengisi.
Supaya generasi ini memiliki imaji, tentang kejayaan bangsa Indonesia di masa depan dengan pasti.

Salam,
Suara Laras Anak Muda Indonesia (SLAM Indonesia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun