Mohon tunggu...
SLAM Indonesia
SLAM Indonesia Mohon Tunggu... Penulis - Media Anak Muda

SLAM kepanjangan dari Suara Laras Anak Muda. Membawa suara dan narasi skena-skena anak muda di Indonesia dan cerita sejarah republik. Melalui medium tulisan dan audio (podcast). Dengan harapan melahirkan 'ruang diskusi' untuk anak muda. Kunjungi podcast kami di Spotify (SLAM Indonesia) spotify:show:2umh8SLetO9aUtkGIfKFGL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Indonesia (Seutuhnya)

1 Maret 2019   19:34 Diperbarui: 1 Maret 2019   20:52 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kami dari SLAM Indonesia, Suara Laras Anak Muda, berkunjung ke Yayasan Bung Karno. Di ruang ini, dasar negara bernama Pancasila dirumuskan. Cerita dan cita-cita tentang perjuangan para pendiri bangsa ini terarsip dengan jelas. Bulan Desember lalu adalah pertemuan kami dengan mas Sigit Lingga yang dengan sabar bercerita tentang Bung Karno. Mas Sigit aktif dalam dunia arsip mengarsip dokumen sejarah republik. Kami lantas melemparkan pertanyaan mengenai sejarah, juga memaknai diri kita sendiri sebagai Manusia Indonesia, dan lainnya. Berikut hasil obrolan SLAM Indonesia dengan Mas Sigit Lingga.

Mas Sigit kenapa sih anak muda harus belajar sejarah atau belajar masa lalu bangsa Indonesia?

Belajar sejarah sebenarnya tuh bukan belajar masa lalu, menurut kita, kita mempelajari pola. Pola hidup. Nasib sosial masyarakatnya. Politik, sosial, ekonomi, kebudayaan. Saya liatnya lebih begitu, itu lebih menarik. Bagaimana transformasi itu terjadi. Itu sejarah dan lebih menarik.

Kalau misalnya pemusik bicara mengenai sejarah. Yang membuat saya keliatan, mestinya pemusik mengetahui pola musik yang berkembang di Indonesia. Tujuannya membentuk musik unik yang bernama musik Indonesia. Kita nggak bisa bersaing kalau warna musik kita amrik banget.

Jadi, anak muda harus start dari mana jika belajar sejarah?

Memang sih, mundurnya agak panjang. Bagaimana Indonesia terbentuk? Siapa orang Indonesia? Kayak Pak Presiden (Jokowi) beberapa kali 17 Agustus kan mencoba menghadirkan kembali kan. Kolektif kita. Bahwa kita ini berbeda-beda dengan memakai kostum (adat). Itukan paling tidak memberikan gambaran 'ini baju apa ya' yang mungkin generasi sekarang, nggak pernah tau. Jadi ada baiknya sekarang.

Jadi sebetulnya Pak Jokowi nih, kalau kerangkanya dia nawacita bilang tentang kebudayaan. Sementara ini dia baru bicara Nusantara nih. Harapan saya dia masuk ke modern. Ini ada satu perjalanan yang harusnya dikenalkan presiden lagi. Jadi next Agustus 2019, saya harap warnanya sudah Indonesia.

Mudah-mudahan Presiden sadar, bahwa ke-Nusantaraan kita itu ya benar ada. Tapi modal ini untuk maju ke depan. Ada (frame pidato di Yayasan Bung Karno) yang bercerita bagaimana sebetulnya perubahan atau proses dari Nusantara menjadi Indonesia.

Tugas dan fungsi dan Yayasan Bung Karno ini menghimpun semuanya dan menghadirkan kembali arsip itu dalam arsip kontemporer (buku, film, lagu). Jadikan nggak mungkin semua orang baca arsip.

Ya, beberapa orang kan doyan (baca arsip).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun