Kakinya terasa berdenyut nyeri, dadaku serasa meledak, tetapi dia paksakan, bahkan larinya makin kencang.
Satu di pikirannya, satu yang dia tuju, pusat perbelanjaan dimana gadis pujaan sedang bergandengan mesra dengan pemuda lain.
Larinya makin cepat, dan cepat, bagaikan mengejar buruannya yang semakin dekat, napasnya semakin memburu saat memasuki pintu pusat perbelanjaan itu.
Cepat pemuda itu mencari gadis pujaan, bagaikan mata elang sedang mencari mangsa di kejauhan.
Sampai pandangannya tertumbuk pada binar wajah ceria seorang gadis, yang sedang bergandeng mesra  dengan pemuda lain.
Pemuda itu semakin memerah wajahnya, darahnya mendesir, ini dia sasaranku.
Cepat matanya bergerak ke kanan kiri, mencari sesuatu yang bisa mencelakakan kedua orang tersebut.
Dapat ! Pemuda itu  mengambil tong sampah besi, diangkatnya tong sampah besi tersebut sekuat tenaga.
Ancang-ancang pemuda itu ambil, dan sekuat tenaga yang tersisa, pemuda itu berlari memburu dengan tong sampah besi di atas kepalanya.
Bagai mendapatkan kekuatan dari para dewa, pemuda itu melempar tong sampah besi ke arah sasarannya.
Benda yang terbuat dari besi tersebut mendesir meluncur tajam bagaikan roket.